Senin, 27 April 2009

SOLILOKUI DIRI

...

aku bertemu lagi dengan dia pagi itu, masih menyandang kemalasan di tubuhnya itu, matahari pagi tak di sentuhnya, lem masih merekatnya dengan tempat tidurnya, kataku, kamu seharusnya disiram seember air biar segar mengusap wajah dan sekujur tubuhmu. dia tertawa, menertawakan dirinya sendiri, lalu menangis, menangisi kepedihan hari-harinya.



aku diam saja, memandang cermin yang tergantung di dinding. sebuah cermin yang mulai buram dan dipenuhi coretan-coretan spidol tentang pesan-pesan mulia dan semangat hidup. pikirku, apakah dia tidak membaca tulisan-tulisan ini, tulisan indah karya sejati tangannya sendiri. ah, teman bangunlah cepat.



tiba-tiba dia berdiri, menuju jendela dan berteriak keras sekali, hingga kaget orang-orang di sekitarnya, aku juga. dia meloncat-loncat, berlari-lari di kamar kecilnya tersebut, menghidupkan radio di atas meja kayu. memutar-mutar gelombang dan memukul-mukul meja dengan kedua tangannnya. dibantingnya kursi kayu keluar jendela.



seterusnya, dia berlari entah kemana dan belum kembali hingga sore ini.

Tidak ada komentar: