Jumat, 31 Juli 2009

pintu 5, sejenak bersama ijo dan 'blazer' bag. 1




jam pelajaran pertama, jam pelajaran bahasa indonesia pa udan, tapi kosong.
"yan, polres ngadain lomba 'napak tilas' hari jadi polisi. ikutan yu !" ijo membuka forum pagi itu. tentu saja di forum bebas. yang sedang ngumpul di bangkuku saat itu ada 'ditingker' dan anak 3A lainnya.

ijo adalah teman 'ditingker' khusus, selain juga teman sekelas di 3A, dan bagiku ia teman sejak kelas dua. dengan ugun, ijo malahan pernah sekelas di kelas satu. sementara sebelumnya, aku, baik sama ugun maupun sama ijo pernah sesekolah ketika sd. btw, dikatakan 'khusus'karena ijo juga sering datang ke basecamp the thinker di pasundan. emang, secara geografis, letak rumah ijo juga di daerah pasundan. jadi tidak mungkin mengesampingkan makhluk yang jangkung ini.

beneran, ijo memang jangkung. ia lebih jangkung dibanding teman-teman lainnya. seperti pernah disinggung sekilas di bab sebelumnya, ijo menjabat km dan juga anggota pramuka smp. ia paling senang membanggakan 'kak haris' pembina pramuka di smp kami. apa-apa selalu 'kak haris mah, yan gini, kak haris mah gitu' lantas dengan semangatnya menceritakan kak haris dengan penuh semangat yang dimatanya mungkin lebih hero daripada supermarket hero. nah, karena ijo tukang pramuka, maka kegemarannya pada hal-hal yang berbau petualangan atau bepergian sangat kuat. ijolah juga yang pertama kali ngajak aku mengakrabi gunung. pada masa kelas dua, aku udah diajak ijo mendaki ke dua buah gunung terkenal di kotaku. meskipun gak sampe ke puncaknya. yah, cuma sampe di lutut gunung aja, yakni cikurai hingga tempat pemancar TVRI dan gunung guntur bab citiisnya. jangan salah, pada jaman itu kedua gunung masih perawan. belum banyak jalan untuk menuju ke sana dan hutannya masih lebat.

cerita lainnya tentang ijo ini, yaitu bahwa dia pernah nyobain yang namanya mabok 'drinking' saat dibagi rapot kelas dua. bahkan saat porak (pekan olah raga antar kelas) kelas dua dia ikutan tim basket kelas dua sembari mabok berat. mabok beneran, bukannya mabok perjalanan. mabok semabok-maboknya dengan ngomong yang ngaco mata merah dan mulut bau alkohol. entah kenapa ijo yang pramuka tulen dengan disumpah dwidarma dan trisatya serta 'kak haris' minded sampe mabok minuman keras. bahkan kata yoga yang sebangku dengannya, waktu bermain basket ngelawan kelas satu yang ada iyep-nya ijo sampe ngeluarin jurus-jurus kungfu ketika sedikit saja dia kesenggol sama adik kelasnya. lantas marah-marah gak jelas. begitu parahnya ijo teler hingga pas akhir permainan ijo nyungsep di belakang sekolah. untungnya, guru-guru lagi sibuk meriksa hasil ujian ebsem dan nggak pada ngeh bahwa seorang muridnya berbakat jadi 'drunken master".


dan yang paling parah, ya itu tadi. pas orang lain dibagi rapot, dia malah teler di belakang sekolah deket ruang gak terurus milik smpn 8. fyi, sekolah kami bertetangga dengan smpn 8 yang kata sebagian teman di jaman itu, sekolahnya 'ih, kelas teh meni ku bilik'. sorry, bukan kata saya. tapi saya sependapat. nah, kebayang kan, ijo yang jangkung dibanjur di belakang sekolah biar cepat sadar. alhamdulillah, tuh anak akhirnya sadar juga. dengan dramatis dia bertanya," di mana ini, dimana ini?". aku yang jadi saksi mata langsung sama yoga menenangkan, meskipun masih takut-takut mengingat ketika teler ijo tingkah lakunya mendekati zombi. kami memberikan buku rapotnya yang nilainya sebenernya lumayan. ngasih tahu kalau tadi bu yuyun, sebagai wali kelas nanyain dan dijawab ijonya sakit. jadi dia boleh merasa aman saja. ijo juga sempat minta maaf ke semua temen karena kelakuannya yang 'dewasa' banget itu. dengan baju yang basah akibat dibanjur ijo bareng-bareng pulang sama aku. sesekali kuperhatikan ijo yang kusut banget hari itu tidak segagah ketika memakai baju pramuka dengan celana selutut yang sudah menjadi trademarknya itu.

dari obrolan sepanjang pulang, ternyata eh ternyata ijo belajar mabok itu ketika lagi kemping sama teman-temannya yang usianya lebih tinggi. anak sma gitu deh. pada suatu kempeing, si aa-aa sma itu bawa minuman penghangat (baca : beralkohol) ke gunung. katanya sih buat ngehangatin diri dari dinginnya gunung. lagian kalau nggak mau kedinginan mah jangan ke gunung, ya. atau bakar-bakaran aja di gunungnya (hus!). yah, namanya juga anak-anak muda lagi dalam tahap pencarian diri. dan ijo secara tidak sengaja jadi follower di antara mereka. lalu kecanduan atau mungkin juga ingin 'dianggap' udah dewasa. atau seperti klise pelajaran merokok, 'nggak enak menolak tawaran teman, jadi saya nyoba'. semenjak itulah ijo yang 'pramuka itu patuh pada ortu, pramuka itu sayang sesama' jadi pemabok kelas teri. hingga sadar hari ini ketika yoga dengan kejam membanjur ijo pake seember air sumur.

wah, kepanjangan cerita ijonya, ya? balik lagi ke ijo yang sedang mengajakku ikutan lomba napak tilas. oh, ya ijo di bagian ini ceritanya udah nggak mabok lagi. enggak tahu juga kalau tanpa sepengetahuan aku. yang jelas ijo yang ini pramukanya sudah khusyu lagi. buktinya dia dikirim sekolah untuk ikutan jambore di luar kota bersama kawan pramukanya.

demi ajakan itu, 'ditingker' saling berpandangan. wah, asyik juga buat kekompakan.
" kapan lombanya, jo ?" tanyaku tertarik
" tanggal sekian sekian...." sahut ijo seneng pancingannya mengena
" satu grupnya berapa orang, jo ?" opik mulai tertarik juga.
" maksimal lima " jawabnya.
cocok ! ujarku dalam hati. 'ditingker' juga berlima. tapi thinker plus ijo jadi berenam dong.
" pik, gimana? ikutan? " aku minta tanggapan opik.
" setuju, siapa aja jo kira-kira?" opik balik nanya ke ijo
" aku, kamu yan, kamu pik...si ugun..gun, mau ikutan ?" ijo ke ugun yang sibuk dengan catatan entah apa.
malah eka yang jawab, " aku mah gak bisa ikutan..ada acara !".
selalu begitu, eka di masa smp meskipun menyenangi petualangan pegunungan alpen yang ada chamonixnya tetapi untuk urusan berbau-bau keringat rada susah ngajaknya. padahal aku juga inginnya the thinker full ikutan.
" gun, ikutan nggak ?" sekali lagi ijo ke ugun.
ugun, yang udah konsen lagi ke forum mengangguk. artinya mau ikutan. seorang lagi tentu saja kang ombi putra pertama pak wahyo anak asli keturunan gunung gelap di garut selatan yang juga vokalis tetap the thinker. oh, ya ombi di jaman smp, seperti juga opik ikutan grup paskibra di smp. paskibra kan ada urusan fisik-fisiknya, sehingga bagi ombi ikutan acara ini merupakan bagian dari kesehariannya. dengan demikian pas sudah jumlah anggota tim napak tilas.

**

rencananya aku dengan ijo dan opik mau ngedaftarin tim napak tilas ini sepulang sekolah ke kantor polisi yang pada jaman itu letaknya masih terbilang dekat dengan sekolah kami. atas usul aku tim napak tilas kami dinamakan tim blazer. "artinya yang bersinar", jawabku ngarang aja ketika teman-teman lainnya menanyakan. "wah, bagus juga..." ijo langsung oke. opik tadinya menyarankan agar thinker rada dikenal, namanya thinker plus aja. yah, sedikit azas manfaat gak apa-apa, alesannya saat itu. tapi anak-anak lainnya menolak karena, pertama beda bidang garapan, yang kedua takut disangka ikut-ikutan kusplus, band jadul itu. jadinya disepakati bahwa nama timnya 'blazer'.

selain karena hobby dari masing-masing personil blazer, yakni berjalan kaki sambil bertualang, kami juga tertarik dengan hadiah uang yang dijanjikan oleh panitia. meskipun kami belum pernah bernapak tilas kemanapun, tapi dengan pengalaman setiap hari berjalan kaki ke sekolah serta pengalaman plus-plus dari masing-masing anggota mak kami yakin mampu mengikuti perlombaan ini. akupun secara kurikulum viti punya pengalaman yang bisa dibanggakan, yakni pernah lebih dari dua kali naik gunung. ijo dengan segudang pengalaman pramukanya (nggak termasuk urusan mabok). sedangkan opik dan ombi di paskibra. sementara ugun boleh berbangga hati karena ikutan diklat basket sepulang sekolah yang juga gak jauh-jauh dari urusan fisik.

untuk itulah, meskipun harus kembali menyisihkan uang jajan untuk patungan bayar pendaftaran kami tak menyesal. kalupun tidak menang, minimal bisa bangga karena pernah ikutan napak tilas yang gak semua orang bisa ikutan. lumayan jauh lho, lebih dari 30 km.

acara ini juga didukung berbagai pihak serta media elektronik radio lokal kami. gembar-gembornya sering terdengar di acara request lagu sore-sore menjelang malam. seperti malam itu, sehabis magrib ketika 'blazer' sedang ngumpul di basecamp pasundan setelah mengerjakan pr matematik dari bu marni. ada juga yoga yang rumahnya di muhammadiyah masih sodaraan sama pasundan.

" udah nelpon, uy !" kata yoga yang datang ke basecamp dengan sepeda bmxnya. maksudnya dia udah nelpon ke radio rugeri request lagu. nelponnya gak jauh-jauh, di telpon umum perempatan papandayan dengan uang logam gocapan.

begitulah, salah satu kewajiban kami bila mau ke basecamp harus request lagu dulu dan ngasih salamnya ke anak-anak. radio butut milik nenek sayapun dipancang di rugeri yang jam-jam segitu setia memutar lagu pilihan pendengar yang hingga sekarang masih setia di jalur am. semua khusyu mendengarkan. harap-harap cemas semoga yoga berbaik hati menyalami dirinya via radio. saat itu, hal-hal seperti ini ngetren di kotaku, tak peduli lagu yang diminta nggak diputer. biasanya sang penyiar dengan diktatornya bilang, 'gabung aja ya dengan yang lain' jika sang lagu request-an kita gak ada di list. jaman dulu gitu lho, muterin lagu kalu gak dari piringan hitam ya dari kaset. nggak secanggih sekarang dimana di komputer tinggal klik file mp3 meski bajakan.

akhirnya nama-nama kami disebut juga oleh sang penyiar, " ....lagu ini buat izo stradlin di pasundan,... ombi roses di cangkuang, ugun mckagan di pasundan juga....dan semua tim napak tilas blazer yang mau ikutan lomba pekan depan dari yoga di muhammadiyah, ucapannya selamat berlomba". cuma sekitar 15 detik aja dan besoknya di kelas biasanya jadi semacam kebanggaan. dan semua orang di kotaku secara otomatis tahu bahwa salah satu tim yang akan berlaga di lomba napak tilas adalah kami, tim blazer thea.

biasanya pula, besoknya salah satu dari teman sekelas kemudian menelpon lagi ke radio dan merequest lagu serta kirim-kirim salam. meski hari itu gak ada jadwal ngumpul di basecamp aku tetap memanfaatkan basecamp sebagai tempat nongkrong dan belajar serta tak lupa mendengarkan siaran radio request-requestan (jaman itu lebih terkenal dengan istilah pilpen, awas bukan 'pulpen'). siapa tahu ada yang iseng kirim salam.
" lagu ini juga diminta oleh otit di jalan guntur.... salam-salamnya buat izo di tong sampah.... ombi di jarian.... diyan di sawah....opik di solokan... dan tim blazer yang mau napak tilas polres, dengan ucapan selamat hah..heh..hoh...!" demikian penyiar dengan gayanya menunaikan tugas mulia menemani para pelajar yang lagi belajar malam-malam.
waduh, ngerusak reputasi tuh yang ngirim-ngirim salam di radio, umpatku. siapa tadi? otit? otit?...tito... wah dasar. awas ya besok di kelas ! sejuta rencana untuk menjitak kepala tito mampir di otak. tito is our friend too, kelakuannya emang konyol juga di samping otaknya yang patut diacungi jempol. tapi... senang juga ding, karena lagi-lagi blazer terpromosikan ke seantero kota. eh, emang untuk ikutan napak tilas perlu terkenal dulu gitu...?

dan tentang tito ini, emang beneran konyol. suatu ketika di sekolah diadakan lomba baca puisi antar kelas dan yang nanti menang antar kelas akan dikirim untuk mewakili sekolah dalam lomba sejenis dengan skala lebih luas.

fani oshin dari osispun sebagai humas osis berkeliling ke tiap kelas mencari siap-siapa wakil kelas yang akan berlaga di perlombaan. untuk urusan-urusan berani malu, anak-anak kelas gak pernah ada yang mau ikutan. ya, dong kan saya gak biasa ngomong di depan umum. apalagi baca sajak... mengerikan ! demikian rata-rata yang ada di pikiran anak-anak kelas 3 A.
maka ketika fani oshin bertanya lagi, " ayo ngacung, siapa yang mewakili kelas ini ?" anak-anak masih gak ada yang bersedia, baik cewek-atau cowok. fani oshinpun makin gak sabar, jadwal kelas lain untuk didatangi masih banyak, belum kelas duanya, belum kelas tiganya. "siapa?...ngacung...!" suruhnya pada anak-anak kelas yang pada kebingungan. hingga...
" saya... !" ternyata tito yang ngacung. anak-anak kaget bercampur kagum, hm... gak nyangka.
" siapa namanya ??" fani oshin yang 'hampir dikenal semua anak dari kelas satu sampe kelas tiga tapi dia gak mungkin mengenal semua orang yang mengenalnya' itu nanya makin gak sabar.
" apid permana !" jawab tito seenaknya. anak-anak terkesiap sebagian siap-siap ketawa.
fani oshinpun menulis nama 'apid permana 3A' dan langsung minggat dari kelas kami.
tinggallah apid permana, teman sebangku tito yang mencak-mencak karena namanya dicatut tito. sementara tawa teman sekelas pecah sembari merestui apid permana untuk mewakili kelas dalam lomba baca puisi. sementara apid makin kesel dan pindah bangku ke pojok belakang langsung merajuk sendirian curhat sama tembok... hik..hik... hik...

**

Rabu, 29 Juli 2009

pintu 4, misteri lampu merah....




the thinker sedang terkesima, tepatnya terkagum-kagum melihat permainan gitar taher. intro 'sweet child o mine' GNR dimainkan taher dengan cara seperti mengetik di mesin ketik. konon, itulah yang dinamakan teknik 'typing'. salah satu seni memetik gitar yang katanya dipopulerkan oleh edi van halen. taher sendiri memainkannya begitu menikmati. sambil senyum-senyum sendirian. di sisi lain heri memainkan dram dan jodi pada bas.

opik kelihatan serius memperhatikan heri yang menggebuk dram penuh energi. asli, 'ditingker' yang baru sekali ini masuk studio musik seperti orang udik masuk kota besar. "oh, yang namanya drum itu kayak gini,ribet dan banyak yang harus dipukul... yang namanya bass bentuknya gini senarnya gede-gede....yang namanya gitar listrik itu ternyata gak bolong..." kira-kira begitulah yang ada di benak para calon pegawai band ini. mungkin cuma satu yang mereka kenal, yakni mikrofon yang suaranya sember dan tiangnya cukup memprihatinkan, gak bisa berdiri tegak. secara ombi sering adzan di masjidnya jadi dia cukup paham bahwa yang bulat panjang itu namanya mikrofon.

**

hari itu, for the first time the thinker nekad ingin merental studio musik. meskipun mereka belum kompak dan briefingnya belum banyak. kata opik, biar tahu dulu. biar mengenal medan dan nanti gak kuper lagi. kebetulan taher dan bandnya yang katanya dadakan bersedia mengantar 'ditingker' ke studio dan memberikan les privat ngeband secara gratisan. jadilah dengan malu malu mau 'ditingker' berangkat ke studio musik kondangrege selepas bubaran sekolah.

tanpa ganti baju tanpa ganti celana seragam biru puth dan belum pada shalat dhuhur mereka berbondong-bondong menunaikan tugas mulianya sebagai pejuang band masa depan.

"tahu kan kondang rege,... jalan barakatakyuda..." kata taher, tadi pagi waktu istirahat.
" tahu,... yang deket korem...!" sahut opik sok tahu.
" iya, nah nanti ditungguin di depan jalan kondangregenya... studionya mah jalan lagi ke dalam..." jelas taher." nati kita bareng dari sana..."
" kenapa gak bareng dari sini aja...?" tanyaku heran.
" soalna, urang mah rek mabal jam pelajaran terakhir sama si heri..." jawab taher enteng.
" oh.." anak-anak the thinker pada maklum.

**

karenanya sepulang sekolah, ditingker kasak-kusuk patungan uang buat rental mobil. kok mobil? sorry, maksudnya rental studio musik. semalam mereka briefing sebentar di basecamp pasundan. tapi bukan briefing yang genjrang-genjreng, cuma menyamakan persepsi. namanya juga baru ngeband yang namanya persamaan persepsi dan saling memotivasi dirasa perlu bagi mereka. salah satu kesimpulan dari briefing itu adalah bahwa untuk sewa studio bayarnya patungan, posisi personil dengan alat musiknya sesuai kesepakatan awal, dan kalau mau rental gak pulang ke rumah dulu.

lalu mereka menyusuri pengkolan, keluar masuk gang menuju kondangrege. maksudnya sih jalan alternatif biar cepet sampai di tujuan. tapi jadinya malah kacau karena nyasab melulu. aku dan opik sering beda paham arah mana yang benar. namun demikian kami menjalaninya dengan senang hati. namanya juga perjuangan awal, pastilah ada pengorbanan.

sebenarnya bisa aja naik angkutan kota yang menuju daerah kondangrege. cuma jalan bentar ke tempat angkot biasa mangkal dan kita akan dibawa sang supir ke tujuan. namun demi pengiritan, anak-anak ditingker rela berjalan kaki untuk ke kondangrege. lagian, kata opik juga deket. tapi man, jauh oge uy ari ti sakolaan mah.

akhirnya setelah berjalan, tersesat, berdebat, dan menahan lapar sampai juga kami di tujuan. dari jauh udah kelihatan taher dan heri lagi nongkrong di sebuah kios rokok pinggir jalan. alhamdulillah, jadi juga masuk studio. wah tambah deg degan. he he kayak mau menghadapi apa aja.

" udah lama, her..her...!" sapa opik. her..her di sini maksudnya bukan 'her' yang ulangan perbaikan itu. kan, yang satu taher, yang satu heri, tapi panggilannya sama her. makanya opik tadi menyapanya her her....
" nggak.. aku dari rumah heri dulu barusan" jawab taher. taher udah gak pake seragam lagi. ke bawah pake celana jins sedangkan ke atas pake kaos hitam bertuliskan nama salah satu band metal.
" hayu atuh,ke sebelah mana?" tanya opik sembari ngajak. bingung kan, ngajak tapi teuing kamana. parah, parah...
" tunggu bentar,... si jodi belum datang!" jawab taher.
" oh masih ada toh...." sahut kami
" iya ... jodi yang main bas, ngajarin ugun..." jelas heri kalem.
jodi yang dimaksud adalah anak kelas dua. aku mengenalnya sebagai teman dari sepupuku. gak nyangka juga, diam-diam jodi bisa main bas. heri yang kukenal juga baru kutahu bahwa dia seorang drummer. tahunya, dia cuma jago main basket. hebat..hebat.

tak lama seseorang turun dari angkot di hadapan kami. jodi. senum ramah dan menyapa kami satu persatu. jodi kelihatan malu-malu. secara dia itu adik kelas dan kami kakak kelas jadi masih wajar kalau agak canggung.

jodi memberikan bungkusan panjang pada heri. " stik !" jawabnya pendek ketika opik menanyakan.
"wah, aku gak bawa stik uy...!" seru opik khawatir
" emang punya kitu ?" tanyaku
" enggak !" jawabnya spontan.
xa xa xa... semua pada ketawa. dasar.

"nggak apa-apa, pake aja yang ini..." kata heri. " biasanya di tempat rental juga ada.." sambungnya.
" iya, asyik atuh..., nanti aku juga mau beli..." kata opik lagi.
rombongan tukang bandpun beriringan menuju studio tanpa peduli pada para warga yang melihat dengan aneh. ada apa nih. tawuran? penyerbuan? mungkin seperti itu pikiran para warga kondangrege.

sebenernya anak-anak ditingker rada risi juga melewati tempat tersebut yang lumayan padat. kondangrege merupakan nama jalan dan juga kampung kota ( maksudnya kampung yang ada di kota... daerah padat penduduk, daerah padat penduduk !). jadi warganya lumayan banyak. ada beberapa pemuda yang sedang nongkrong di depan sebuah gang. tato tersembul di tangan mereka yang cuma memakai kaos dalam doang. hiiiy... reman. anak-anak 'ditingker' merasa perlu 'pupuntenan'ketika melewati mereka biar nggak disangka nggak sopan. sementara taher dan genk cuek bebek aja. mungkin mereka udah biasa.

ujung jalan kondangrege agak-agak buntu. aneh juga, jalan kondangrege ternyata nyambungnya ke daerah sawah-sawah. untunglah taher nggan membawa kita ke sawah, tapi berbelok kiri masuk gang kecil. bulak-belok lagi dikit. ke kiri kanan, kiri, kanan lagi dan tibalah di sebuah rumah model jadul. nggak jadul-jadul juga sih yang jelas rumahnya udah tua. langit-langit bilik bambu di berandanya terlihat hitam kotor. mungkin karena keseringan kena bocoran air hujan dari atap genteng yang letaknya gak bener. dari sebuah ruangan terdengar bising gak karuan. kali itu studionya, pikirku. sepertinya studio sedang pake. di depan pintu 'studio' berserakan sepatu-sepatu lusuh berbagai merek. di kaca 'studio' tertempel kertas bertuliskan : 2500 per jam.

di depan 'studio' ada bangku panjang dari kayu yang udah mengkilap karena terlalu sering diduduki ( emang itu fungsinya, kan?). tanpa disuruh anak-anak 'ditingker' duduk di bangku tersebut. dasar konyol, pada berebutan.
" aku dulu..." kata eka kesenengan.
" urang kadua... " sambung ombi. lalu ugun idem.
berhubung bangku tersebut nggak terlalu panjang, maka yang lain cuma nitip pantat aja. duduk nggak, berdiri nggak. akhirnya pada berdempet dempetan saling berdesak-desakan. gak karuan.
"naon... ieu, naon ieu..!" eka protes berat.
ombi malah ketawa-ketawa sama aku. opik berinisiatif buruk. mengumpulkan tenaga sisa lalu dengan full power dia memepet anak-anak hingga pada bergeser berdempetan ke sisi kiri. dan dengan tanpa dosa menguasai bangku itu sendirian.
"udah..udah..." heri menetralisir. tapi tak urung dia senyum-senyum juga ngelihat kelakuan temen-temennya yang sableng ini. dia lalu mencoba mengintip ke dalam studio. aku berdiri dan nyoba ikut mengintip dari sela-sela kaca jendela. nggak kelihatan juga. akhirnya aku turut duduk-duduk sama taher dan ugun di lantai. sementara bising studio masih belum juga reda. kamipun ngobrol agak-agak berteriak.
" masih lama nggak, ya her ?" tanya taher ke heri yang mencoba mengintip.
" bentar lagi.... udah merah tuh !" jawab heri.

udah merah? mahkluk apa pula itu? anak-anak 'ditingker' bertanya-tanya dalam hati.

dua menit kemudian suara bising yang entah lagu apa tadi selesai. beneran, mending pada diam aja kali jangan ngeband kalu cuma bising begini. terdengar dari dalam studio suara orang-orang yang lagi meletakkan alat musik. sesekali suara (yang katanya sih) simbal dipukul asal terdengar.

empat orang aa-aa keluar dari ruangan studio. mereka masih memakai seragam sekolah sma. senyum ramah pada anak-anak yang udah gak sabar ingin nyoba masuk studio. anak-anakpun membalas senyum ramah aa-aa tadi. para aa tadi berebutan mengambil sepatu sing masing. nyerocos gak jelas sambil ketawa-ketawa juga.

" ayo, masuk..!" ajak taher pada semuanya.
anak-anakpun dengan bergairah memasuki ruangan 2,5 kali 2,5 meter. bau asap rokok masih tersisa. gitar bas berdiri di sudut ruangan. begitu juga gitar listrik. satu lagi tergantung di dinding. inikah studio musik? gak ada peredam suara. pantes bising. beu ! bener-bener seadanya. tapi bagi kami terasa mewah saat itu. ada juga dua buah lampu warna : hijau dan merah. di sudut-sudut, merapat ke dinding tiga buah box sound system hitam tanpa merk. ada pintu yang menghubungkan ruangan studio ini dengan bagian rumah

kepala seorang aa-aa nongol dari balik pintu itu.
" sabaraha jam?" tanyanya pada kami
" dua jam !" taher yang jawab. si aa-aa masuk lagi. taher mencolok-colokkan kabel alat musik ke sound system. tiba-tiba, brenggg... rupanya sound sytem sudah dinyalakan lagi. ternyata semua pengatur sound system ada di ruangan dalam.
" sok yan,... kalian dulu..." ujar taher pada kami
" asyik euy...asyik euy....!" opik kegirangan langsung menuju set drum. duduk dengan tidak manis sambil mencoba memukul-mukul drum sekenanya seenaknya.
" gimana ini teh, her?" selanjutnya dia kebingungan sendiri dan memohon petunjuk heri. heri menghampiri dan kelihatan memberikan instruksi pada opik.
" never say goodbye, yan?" tanya taher lagi. aku cuma ngangguk. gitar listrik udah di tangan. taher ngambil gitar yang tergantung di dinding. selanjutnya memberikan instruksi chord dan melodi dasar lagu request-an tadi. eka dan aku sebagai petugas gitar dengan penuh takzim mendengarkan wejangan sang master.

ah, babari geuningan. kuncina bulak-balik. A Cis G D A Cis G D. reffnya agak beda dikit. introna kitu. ugun juga dikasih instruksi serupa oleh jodi yang masih tetap merasa canggung. untung saja kemarin kita sempet dengerin lagunya sebentar di radio, jadi susunan intro chorus reff dan seterusnya masih hapal.sedangkan ombi membuka-buka buku teks lagu, kebingungan nyari lirik never say goodbye

sekitar seperempat jam anak-anak 'the thinker' mendapat pelatihan singkat lagu neversay goodbye. setelah semua pada yakin, dengan bismillah maka...

"tak tak dug dug... teeeng..teeeng teeeng...teeeng.....teeeng teengg teng teng teng teng teng teng teng teng....(itu teh intro, pren!)... as i sit in this smokey room.... ombi dengan penuh perasaan menyanyikan lagunya bonjovi. horee !!!! kita udah resmi jadi anak band !!! jerit anak-anak dalam hati. pasti mereka sedang bangga pada diri sendiri, ketahuan dari senyum dikulum yang tergambar di wajah masing-masing. ih, norak pisan !

karena baru bisa lagu itu, maka diulang-ulanglah lagu itu. pas interlude yang menurut istilah kami 'melodi' aku kebingungan. yang bagian ini nih yang susah. lagi-lagi taher memberi jalan keluar. beliau ngasih tahu gini-gininya. karena aku baru belajar juga, maka melodi neversay goodbyenya disimpelkan aja sama sang suhu.

mungkin sudah sekitar 4 kali, never say goodbye kami mainkan. kalau kaset mungkin sudah 'ngageol'. dan selalu saja ada salah satu dari kami yang melakukan kesalahan. maka dengan sabar, lagu diulang lagi. ombi udah serak aja suaranya. untungnya masih tetap semangat tinggi.

**

dengan sukses, band nya kang taher (yang katanya berjudul changkilung) menyelesaikan lagu sweet child o mine, i remember you, seek and destroy, dan bara timur. yang jadi vokalnya heri sambil ngedrum. permainan mereka rapi banget. udah pengalaman sih. aku yang baru kali ini lihat taher maen gitar jadi merasa gak ada apa-apanya. ya, iyalah kan belajarnya baru bab kunci-kunci. " nanti juga bisa, kalau sering latihan ". begitu taher menyemangati setiap kali aku bilang, "wah, susah eta mah, win ! "

tiba-tiba lampu merah menyala untuk yang kedua kalinya. berarti satu lagu lagi. oh, merah merah teh itu maksudnya. begini, pada saat pemakaian studio dimulai, maka lampu berwarna hijau menyala sepanjang penyewaan. nah, pas waktu penyewaan habis, lampu merah menyala, hijau mati. itu menandakan waktu hampir habis. kalau dalam bola mah 'injury time'. he he kereatip juga yang punya studio ini. warna merah juga menandakan bahwa kita masih boleh memainkan satu lagu terakhir. pikir yang punya studio, paling cuma lima menit. tapi aku berpikir lain, bagaimana kalau lagunya dimedley, remix 30 menit lagu-lagu nostalgia 70-an. "ya, dimatiin dong langsung dari dalam...." tukas heri ketika aku menanyakan hal itu. iya juga ya, emang mereka gak pake otak.


dan...hari itu sepertinya menjadi hari bersejarah kedua bagi anak-anak 'ditingker' karena telah berani melangkah lebih jauh dengan tidak hanya ngeband dalam teori saja. mereka udah mulai berpraktek meskipun jatah uang jajan harian terpotong untuk patungan menyewa studio. meskipun nanti-nanti harus melewati para reman sepanjang jalan menuju studio. dan mereka juga harus berterima kasih pada the changkilung band karena telah memberi jalan 'ditingker' untuk menjadi band yang sesungguhnya.

selamat ya... selamat ya.... selamat ya..


(sorry, bab ini rada ngacapruk, udah ngantuk.....)

Selasa, 28 Juli 2009

pintu tiga, vokalisnya ......




seger banget. pelajaran biologi pa sukrianya gak ada. dua jam pula. jadinya cuma nyatet-nyatet gitu. maka the thinkerpun kembali terlibat briefing dadakan. info terbaru datang dari opik.

" kata si taher, di kondangrege per jamnya 2500 perak, buat pemula seperti kita mah cukupan..." kata opik setengah berbisik. raut mukanya menunjukkan semangat saat menginformasikan hal ini ke anak-anak.

aku dan eka harus memutar badan untuk bisa ngobrol dengan opik karena mereka duduk di belakang kita.

" iyalah, nanti kita patungan...." kataku

murah banget ya sewa rentalnya ? jangan salah, itu di tahun 90-an awal, man. rata-rata rental studio musik berkisar 2500-3000 per jam. duh, udah gak tahan pingin masuk studio. pingin nyobain kayak apa megang gitar melodi itu. tahan dulu, yan....

" tapi, kayaknya kita butuh vokalis deh..." usul eka.
" kalo kebanyakan nggak ngerepotin...?" jawabku asal, dan nanya lagi.
" setuju euy... biar semua bisa fokus.." opik langsung menyela.
" iya ding... nanti di panggung pasti repot, nyanyi sambil main alat musik..." ugun menyambut baik usul eka.
" tapi, siapa...?" aku kepikiran juga.

anak-anak memandangi teman-teman sekelas yang lain yang beraktivitas macam-macam di jam kosong. ijo, yang jangkung... ah dia lebih cocok jadi km dan pramuka daripada vokalis. yoga yang juga taher, gak bisa nyanyi, jagonya cuma basket. tito, nggak jelas visi bermusiknya. nanang yang reman, cuma jago teriak 'poison oke poison !' doang, jangan-jangan dia malah drinking di panggung. gawat, gawat.

" siapa dong, pik ?" tanyaku gak sabar. opik menggeleng. kembali kami menata teman satu-satu. erik, ah dia mah jetset.. rada-rada belagu. sony,... meskipun beberapa hari lalu saya antar beli kaset ektreme II dan suka dengerin GMR tapi kelihatannya cuma asyik sebagai pengamat. anak-anak ceweknya, nggak mungkin sekali... cuma sofi yang kelihatan gaul, tapi jangan dulu deh. bukannya nggak peduli emansipasi. tapi pasti bakal ribet. lagian kita belum begitu dekat.

"ada ide, yan ...?" opik yang balik nanya. giliran aku yang menggeleng. ugun seperti biasa menatap keluar jendela sembari berlagak mikir. eka yang punya ide malah lagi bikin sajak. kelihatannya cuma aku sama opik yang semangat nyari vokalis buat the thinker.
" ini teh, harus teman sekelas...?" tanya opik
" iya, biar bisa kompak luar dalam " kembali aku asal menjawab. coba, kompak luar dalam apanya?

aku dan opik kembali menilai teman sekelas satu persatu. tedy, gak mungkin... dia ada sesuatu. ivan,.. kelihatannya nih anak gak suka musik. kentut melulu. syarif, wah..apalagi yang ini. rumahnya dimana aja gak jelas. siapa donk?

"vokalisnya ombi aja...." tiba-tiba eka nyeletuk
kami berpandangan. tanpa berargumen aku langsung setuju. ombi temen deket sejak kelas satu. cuma kelas dua dia gak sekelas. opik juga setuju, ombi temennya di kelas dua D, juga temennya di paskibra. ugun setuju juga karena ombi adalah temen sekelasnya di kelas tiga A. tapi...
" si ombi bisa nyanyi ga ya...?" kata opik entah nanya pada siapa.
" emang kamu udah jago ngedrum, emang saya dan eka gitaris jadi, emang ugun basis handal..?" kataku retoris."... justru bagus, kita belajar bareng semuanya dari nol..."
" dan lagi, yang du ribu limaratus kalau dibagi lima bisa pas, patungannya 500-an..." sambung eka santai.

he he ,...iya juga ya. asyik lah. the thinker nambah seorang lagi, ombi. eit..., tapi jangan seneng dulu. ombinya maueun nggak. opik yang berinisiatif jadi delegasi ke bangku ombi di dua baris ke tiga dari belakang. ombi sebangku sama sony.

" mbi, kadieu guera..." ajak opik
" apa, pik..?" jawab ombi menghentikan aktivitas tebakan sama sofi di bangku depannya. mengikuti opik menuju bangku kami.
" apa..apa ? hai, yank..." sapanya padaku.
" sok, yan... jelaskeun..." kata opik

" gini, mbi...bla, bla bla, bla, ba, bla " akupun menjelaskan panjang lebar terbentuknya ditingker dan diakhiri dengan tawaran jadi vokalis tanpa proposal yang berbelit-belit.

mata ombi bergairah. kelihatan dia tertarik.

" buat perpisahan ini teh ?" tanyanya meyakinkan.
" iya... jangka deketnya begitu...jangka panjangnya mah yah, buat selamanya..." jawab opik.
" hayu, lah..."

alhamdulillah, ombi udah mau. sekarang kita berlima. bon jovi awal-awalnya berlima. GNR berlima juga. slank juga berlima sampe sekarang. kayaknya dengan berlima bakalan sukses seperti mereka. mudah-mudahan.

konfrensi bangku persegipun dimulai lagi. ombi sang vokalis menyimak dengan serius penjelasan opik bergantian dengan aku. eka seperti biasa nyeletuk. ugun the basis, masih setia dengan kekalemannya. kayaknya semua basis emang begitu, ya. santai. kalau personil lain sibuk berdebat, basis gak kepengaruh. perhatiin aja, saat rata-rata band, kalau gak ganti vokalis, drummer maka dipastikan gitaris yang cabut. jarang basis yang sok eksis. berbahagialah wahai para basis dengan kesabaranmu.....

rencananya besok the thinker mulai latihan di studio dengan menyewa secara gratis taher sang master gitaris. tempatnya di rental studio kondangrege. ssttt... tapi ini masih proyek rahasia lho. jadi cuma anak-anak thinker yang tahu dan guru taher aja. makin asyik aja kita ngeband, bro.....

pintu dua, briefing in basecamp




setelah hari proklamasi band baru itu aku semakin semangat saja. biasanya, sebelum jam pelajaran mulai kami diskusi kecil-kecilan dulu tentang kans band ditingker ini. dalam jangka waktu dekat kita akan manggung di acara perpisahan yang terhitung masih di atas enam bulanan lagi. wah, deg-degannya udah kerasa dari sekarang. he he padahal belum latihan, belum apa-apa.
" udah ngasih tahu ke si taher?" tanyaku sedikit berbisik pada opik di sela-sela pelajaran olah raga yang saat itu masih senam-senam pemanasan dengan komando guru olahraga.
" udah, dia mau ngebantu kita kalau latihan...." sahut opik sambil mata tetap konsentrasi pada gerakan senam guru OR.
" latihannya di mana? " tanyaku lagi gak sabar.
" di daerah kondangrege..."
" berapa bayarnya ?" eka yang posisinya di belakang opik ikut nimbrung.
" gak tahu....tapi katanya tempatnya enak..." jawab opik. sekarang gerakan senamnya udah pada gerakan kombinasi yang naik turun itu.

asyik.... bikin band ternyata mengasyikkan. atau tepatnya bikin geng ini mengasyikkan. ada semacam ikatan antara satu sama lain. memang dengan teman sekelas kita saling terikat juga, tapi dengan kelompok yang lebih kecil seperti ini lebih menyenangkan. apalagi untuk sementara kita merahasiakan diri dulu. belum go publik bahwa 'the first band in class' udah lahir. jadinya kita ngomong bisik-bisik atau pake isyarat. bahkan untuk latihanpun kita punya sandi tersendiri. pinginnya anak-anak lain di kelas tahunya kita udah ..jreng... manggung.

karena itu sepulang sekolah, saat yang lain sudah pada keluar kelas the thinker masih duduk-duduk saja di bangku masing-masing. santai-santai setelah pelajaran matematika.
" kan, perpisahan... kita akan memainkan 'never say goodbye'" kataku para personil the thinker lainnya.
" bon jovi ?" tanya opik
" iya, momennya tepat... lagunya cocok. tentang perpisahan.." jelasku meyakinkan. padahal mah sok tahu aja. lagunya juga baru dengar beberapa kali. sementara liriknya juga tidak tahu bercerita tentang apa. cuma judulnya menurutku cukup keren untuk sebuah momen akhir sekolah.

" iyalah... gak apa-apa... siapa yang punya kasetnya? aku pinjam...biar kupelajari ketukan drumnya..." ujar opik

ternyata dari semua gak ada satupun yang punya album slippery when wet-nya bon jovi. lagi-lagi...
"gak apa.. nanti kita pinjem ke si taher..." kata opik " semoga dia punya..."
" nanti kumpul di basecamp, ya..." ajakku pada semua.
" jam berapa? " tanya eka.
" biasa aja" jawabku. biasa berarti sekitar jam empatan sore.
the thinkerpun membubarkan diri dari kelas. bukannnya bubar seperti band-band yang udah sukses atau baru setengah sukses itu (atau yang belum sempat sukses juga). lha wong, bandnya aja baru didirikan he he...

**

" si taher gak punya kasetnya...." opik setengah menyesal membuka pembicaraan. di basecamp hanya ada aku, ugun, dan dia. eka yang rumahnya agak jauh dari tempat tinggalku belum datang. dia emang terbiasa telat. yang namanya basecamp adalah sebuah ruang baca di taman bacaan pamanku yang dikelola aku sama nenekku. biasanya setelah mengerjakan pr bareng anak-anak baca-baca buku komik atau novel atau majalah yang ada di ruangan itu. aku sendiri sepulang sekolah kalau gak ada acara (duh, kayak seleb aja 'acara') suka bantuin nenek menunggu taman bacaan yang menyewakan bermacam novel dan komik. sebagai gambaran taman bacaan yang kami kelola pada waktu itu menyewakan secara lengkap semua seri khopinghoo, novel-novel roman picisan, komik lokal dari berbagai pengarang baik cerita fantasi ataupun silat macam djair, ganes th, adhi, hasmi, wid ns, nono gm dan sebagainya.

" jadi gimana dong, kalau gak ada kasetnya?" aku bingung sendiri. he he aku yang mengusulkan, aku yang kelabakan. lagi-lagi....
" katanya si taher sama heri ngebantu gimana melodinya juga cara dramnya..." jawab opik. " katanya mudah..."
"ya udah, ini teks lagunya udah dapat..." kataku sambil menyodorkan selembar kertas bertuliskan teks lagu never say goodbye. tadi waktu beres-beres meja belajar nemu buku lagu (jaman itu, mereka yang katanya kreatif dan hobi nyanyi suka 'niat' nulis lirik lagu di buku tulis bergaris atau perca-perca kertas yang dibikin buku, dan aku secara tidak sengaja juga suka nulis-nulis teks lagu di buku tulis). dan di dalamnya ada teks lagunya bon jovi tadi.

gitar yang sejak tadi dianggurin (maksudnya didiamkan..) diraih opik.
" kunci A itu gimana yan...?" tanyanya.
aku menjelaskan sambil membetulkan letak jari opik di senar. tapi, ya Allah, itu jarinya keras amat. susah banget meletakkannya di tempat yang benar. kayak memegang kayu aja...
" lemesin dong jarinya..." printahku jengkel
" iya,.. gini.." sahut opik dengan wajah innocent. ugun udah cengar-cengir aja ngelihat kelakuan opik.
" ah, hese pisan...." kesabaranku habis juga, dan meninggalkan opik dengan gitar bolongnya. lupa, mereka belum dikasih air minum. aku bergegas ke dapur. sebotol air kulkas dan sebuah gelas. sajian khas buat ngejamu teman sekelas. iya, kan.

" gimana gun, kunci A itu ?" opik masih tetap semangat belajar kunci A.

giliran ugun, yang sebenernya juga baru belajar gitar, gantian ngajar opik dengan susah payah. untunglah karakter ugun kalem. jadi dia bisa sabar meletakkan jari-jari concorang opik yang kakunya minta ampun itu.

saat aku kembali ke ruang baca, opik baru saja berhasil meletakkan jari-jarinya di gagang senar dengan baik. jreng..... dia menggenjreng gitar sekenanya. masih fals.

" fals tuh, nggak bener grip-nya...!" komentarku. " atau neken senarnya kurang keras..."
"sakit..uy...udahan ah...!" sahut opik sambil meletakkan gitarnya begitu saja di meja yang ada di depannya. " besok belajar kunci B, ya gun...!" lanjutnya.
" yan, kunci B, gimana ?" ugun malah kebingungan. maklum sama seperti aku, dia juga baru belajar nada dasar C. kunci-kunci yang mudah dulu. sementara kunci B menurutku yang baru belajar rada susah.

aku mengambil gitar bolong yang dari fisiknya kelihatan udah cukup uzur. sebuah model gitar akustik klasik dengan batang leher cukup lebar. fret-fretnya udah mulai gak rata. untungnya, suaranya masih nyaring karena lubang suaranya cukup besar. senar-senar dari nilon merentang tegang. tidak dari kawat seperti lazimnya. kata rahmat, biar kita mudah belajarnya dan tangan tidak terlalu sakit. bagi aku yang baru belajar main gitar tetep aja sakit. ujung-ujung jariku mulai mengeras karena keseringan latihan kunci-kunci. kata rahmat, semua yang awal-awal main gitar pasti begitu. dan karena ingin bisa maka aku pasrah aja. tapi asyik. apalagi kalau ada lagu baru yang dipelajari.

" ini kunci B, gun !" tunjukku sembari memperlihatkan pada ugun. cara belajarnya emang gitu. belajar by lagu dan by nanya. jadi dikasih dulu coretan lagu beserta lirik dan gambar kuncinya. itu dulu kunci-kunci yang dipelajari sampe hapal. juga kalau nanya, macam opik tadi.

ugun memperhatikan. mengingat-ngingat. lantas menggambarkan kunci itu di halaman belakang bukunya tulisnya, entah di catatan pelajaran apa. nambah lagi nih ilmunya, pikirnya dalam hati.

ugun, yang teman sekelas denganku sejak di tk adalah juga tetanggaku. rumahnya cuma terhalang tiga rumah dariku. jadi cukup kompak dengan aku. kini sekelas pula di kelas tiga smp. udah jadi solmet aja nih anak. sebenarnya solmetku yang sejak sd ada lagi. namanya riki. berhubung pas smp beda sekolah, kita jarang-jarang lagi berhubungan dengannya. apalagi pas keluarganya pindah dari pasundan ke paseban. secara jaman itu hp belum tren. telepon rumahan saja masih sedikit. di rumahku juga waktu itu belum ada telpon rumahan. masih inget, jaman dulu kami nitip ikut nomor telpon rumah tetangga dengan pesan, " tetangganya baik kok, pasti disampein, ..." he he... kejamanan kan ?

balik lagi ke the thinker yang udah bulukan nunggu eka. sambil nunggu sambil genjrang-genjreng. aku baru apal dua lagu. sendirinya "may" sama unchained melody. ugun juga sama. opik yang nyanyi-nyanyi gak karuan. kakinya berlagak menginjak pedal big-drum. tangan kanan berpantomim memukul hihat, sementara tangan kiri bergaya memukul snar dram. sesekali dengan seenaknya dia bikin gerakan roffle yang berakhir di kepala ugun yang dianggapnya simbal !

sendiri... uncahined melody.... sendiri lagi... unchained melody lagi. giliran ugun. sendiri dengan dipetik basnya aja.... unchained melody lagi basnya doang.... sendiri lagi basnya doa.... unchained lagi basnya doang. ajaibnya, kita gak bosan. sementara roffle opik makin gak jelas. tas gendongnya udah jadi snar dram. pulpen jadi stik. dan kepalaku yang mulai jadi simbal. aku gak protes malah ketawa-ketawa aja. senang juga ngumpul-ngumpul kayak gini dalam rangka main band. padahal besoknya ada ulangan fisika pak jamhari. ah cuek aja.

**

akhirnya eka datang setengah jam kemudian. dianterin bapaknya pake carry. sementara band ' sendiri plus unchained melody' udah break sepuluh menitan lampau. dipikir-pikir bosen oge... euweuh kamajuan. laguna eta-deui eta deui.

"sorry..sorry, rada telat... tadi di rumah ada urusan...!" kata eka langsung minta maaf.
" gak apa-apa, kok...!" jawab kami kompak. padahal udah gondok ditanam lebih dari sejam. sementara muka kami senyum lebar pada bapak eka. bapak ekapun pamit seraya mengingatkan eka bahwa nanti akan dijemput lagi. kalau gak ada bapak eka pasti udah kena ledek abis tuh cep eka.

sementara eka dengan cueknya langsung meraih gitar. mengenjreng-genjreng dikit.
" yan, lagu bonjovi teh ada ?" katanya di sela main gitar.
" gak ada, baru teksnya aja..." jawabku datar
" lagunya teh yang gimana...? tanyanya lagi

aku mengambil kertas berisikan teks neversay goodbye. " es ai sit in dis semoki rum....' yang kayak gitu " jelasku sambil menyanyikan sebaris lagu bon jovi. eka ngangguk-ngangguk aja. nggak tahu mengertieun apa engga.

aku sendiri bener-bener merasa bahagia saat itu. gila, kita anak band gitu lho. meskipun belum pernah latihan di studio, apalagi manggung. awas the thinker akan menggetarkan jagat musik smpn 1. he he sesumbar kita sesuai relitas aja ya. smpn 1 terlalu gede kali, jagat musik kelas tiga A aja deh, malu sama taher.

malam itu kami dengan semangat menggebu berkhayal apa jadinya the thinker bila udah ngetop. paling tidak kalau beneran bisa manggung di perpisahan. pasti seru. padahal nyanyi di depan kelas aja kita pada malu-maluin. apalagi di panggung yang ditonton' berjuta-juta' pasang mata teman-teman sesekolah. ah, gimana nanti aja. ini mah ngeband. tapi kalau matematika, ka bu marni, harus 'nanti gimana?'

pintu 1, first band in the class

bagian 1, first band in the class

waktu itu sedang jam istirahat. kita masih juga di kelas. tak ke kantin atau duduk-duduk di teras seperti yang lainnya. tidak juga mencari keringat seperti anak-anak lainnya di lapang basket sekedar mendapatkan perhatian dari adik-adik kelas biar disangka jago basket.

juga lupa lagi, entah sedang mengerjakan apa di kelas itu saat seseorang dari kita berkata," bikin band, yuk?". mungkin dia itu opik atau eka. atau juga aku sendiri yang baru belajar main gitar kunci dasar am dm c. sebuah ajakan yang yang menurutku menarik dan tanpa alasan aku langsung mengiyakan seraya memikirkan sebuah nama band.

" siapa aja?" tanyaku
" kita aja dulu...., aku, kamu, eka dan ugun..." jawab opik. berarti dua bangku belakang di kolom empat dalam peta kelas.

sebuah klise masa smp. main band. biasanya menjangkiti remaja laki-laki puber yang baru belajar main gitar dan baru saja akrab dengan metallica, guns n roses, ektreme dan sebangsanya. di samping juga sudah mulai melirik-lirik lawan jenis dengan harapan mereka tahu kalau ' saya itu tahu musik, bisa main musik,punya kaset-kaset metal berbagai aliran, dan juga anak band'.

" kamu bisa main alat musik apa?" tanyaku lagi pada opik yang kelihatan paling bersemangat.
" drum !.." jawabnya. ketahuan kalu dia ingin banget di band ini sebagai drummer.
" iya ?" selidik eka gak yakin.
" baru mau belajar...." jawab opik malu-malu. " tapi udah sering ketuk-ketuk di rumah...."
" gak apa-apa, kita juga baru pada belajar main gitar, kan ka..." kataku.

aku, eka, dan ugun memang terhitung telat memegang alat musik berdawai enam itu. bahkan belum sekalipun megang yang namanya gitar listrik. baru kemarin-kemarin belajar menggenjreng ketika seorang teman dari kakak sepupu meminjamkan gitar bolong sederhana ke kaka sepupuku. aku turut belajar dengan coretan chord yang mudah-mudah dari rahmat, teman kaka sepupuku itu.

dan hebatnya, baru tahu empat kunci sudah bertekad membuat band. sementara eka dan ugun belajarnya dari aku. setelah belajar bersama di rumahku yang dibuat basecamp, kami belajar menggenjreng gitar. aku menulis lirik lagu yang sedang kami pelajari yang di atasnya ada kunci-kunci gitarnya. sementara gambar chord gitar yang dimaksud ada di pinggirnya.

" jadi aku main gitar melodi, eka ritem, ugun bas..." kataku menjelaskan.
" wah, aku gak bisa main bas !" sahut ugun.
" mudah atuh bas mah, gun..." jelasku. " cuma dipetik empat senar atas, kalu di gitar akustik..."
"oh gitu..."
"iya... nyantei aja.... belajar bareng deh..." jawab aku. padahal, suer... aku juga belum tahu kayak apa bas elektrik itu. aku cuma tahu bahwa untuk main band itu minimal ada pemain gitar, pemain bas, dan drummer. juga vokalis yang tugasnya teriak-teriak...

"eh, vokalisnya siapa ?" eka seperti baru keingetan.
" iya, siapa ya?" sambung aku. bingung juga karena semua merasa tidak berbakat untuk urusan suara dan urusan bergaya jadi frontman kalau nanti band kita beneran manggung. nyanyi di depan kelas aja semua pada tahu nggak ada yang pernah bener-bener sebagai penyanyi. hanya mengejar nilai dari guru kesenian dan biasanya kalu gak nyanyi lagu perjuangan, nyanyi lagu daerah. dan gayanya semua sama. gaya dipaku. sementara guru kesenian udah maklum dan angka 7 dirasa cukup sebagai hadiah udah mau ke depan kelas.

"ya udah, sementara vokalisnya kita semua saja..." ujar opik. " yang penting musiknya dulu bisa kompak..."
"iya, sekarang nama band. apa?" tanyaku pada semua.
semua berlagak mikir. ugun memandang jendela. opik senyum-senyum gak jelas. aku udah kepikiran satu nama tapi masih disimpan. yang agak serius eka.
" apa, ka?" tanyaku pada eka. teman sebangkuku semenjak kelas dua ini biasanya punya ide bagus.
" sok,.. yang lain dulu..." jawab eka sambil tetap mikir.
" bagaimana kalau anata..?" kata opik tiba-tiba.
" apaan, itu?"
" kependekan dari anak 3 A?" jawab opik penuh harap. " kan kelas kita, kelas 3 A"

emang sih kita anak kelas 3 A. tapi pik, itu terlalu sederhana, kalau gak dibilang terlalu apa adanya. kita kan lagi bikin band, bukan bikin geng kelas. pikiran kami selain opik mungkin sama.

" jangan itu deh,..." aku langsung menolak "... yang rada keren dikit.." lanjutku. opik diam. yang penting aku udah urun pendapat, pikirnya.
" bagaimana, kalau 'amazing'?" dengan ragu aku lontarkan juga nama itu. suer, yang keingetan saat itu adalah spiderman, komik strip spiderman di sebuah tabloid.
" terlalu inggris, yan..." sahut opik seperti bisa membalas tolakannya tadi.
" ya, udah... apa dong? aku cuek aja. tadinya juga gak terlalu berharap.

semua berlagak mikir lagi. ugun mengajukan sebuah nama dan juga kami tolak entah dengan alasan apa.

"ditingker !", tiba-tiba eka bersuara.
" apa, apa?" tanya kami
" thinker... the thinker, pemikir " jawab eka
" heueuh, alus..alus... ada unsur basa sundanya..." tambah opik.
" setuju, lah..." aku juga meng-okekan
" jadi namanya the thinker band..?" tanya ugun
" gak usah pake band, the thinker aja..." jawab eka yang kelihatan senang idenya diterima kawan-kawan lainnya.
" iya the thinker... bagus" sahutku sembari menulis kata itu di kertas kosong dan membuat semacam tulisan simbol seperti grup-grup metal pada jaman itu. langsung saja di otakku mampir simbol-simbol tulisan keramat nama para band metal seperti tulisan metallica atau slank periode awal yang simetris dan menjadi trade mark band-band tersebut. akupun memodifikasi kata the thinker sedemikian rupa dan memperlihatkannya pada anak-anak lain. anak-anak cuma mengangguk-angguk, entah setuju entah bingung.

" eh, tapi kalau mau ngeband itu, gimana...?" tanya ugun
" ya rental... nyewa studio..." jawab opik
" dimana?" tanya aku yang juga masih blank dalam masalah beginian.
" nanti lah... kita nanya ke si taher, dia kan anak band...katanya sudah sering manggung.." jawab opik kalem.

taher adalah temen kami beda kelas. bagiku dan ugun dia teman juga dari sd. kami geng-gengan ama taher waktu sd. dan aku tahu juga bahwa semenjak sd taher udah pandai maen gitar. pas smp dia main band. nama aslinya bagus, erwin. alasannya jadi taher. kayaknya langsung aja nanti ditanyain sendiri sama orangnya deh. he he gak enak.

" kamu juga bisa nanya-nyanya, yan ke si taher untuk urusan gitar-gitarnya kalau gak ngerti..." jelas opik kini tambah sok tahu. secara dia emang pernah sekelas sama taher dan memahami bahwa taher adalah pemain band yang udah jadi.
"iya..."

hari itu, pada jam istirahat, ditetapkan band the thinker resmi didirikan oleh empat personilnya yang belum bisa main musik apa-apa.