Senin, 27 April 2009

Isi gelas

Suatu ketika saya naik angkot sepulang kuliah. Menjelang malam waktu itu. Di dalam angkot selain saya ada dua pemuda yang sedikit lebih tua daripadai saya. Sepertinya mereka para karyawan entah dari kantor mana. Mereka terlibat suatu pembicaraan. Saya tak begitu hirau isi pembicaraan mereka di samping saya agak jauh duduknya dari mereka.



Di suatu kemacetan beberapa perempuan seumuran saya masuk ke angkot. Saya menggeser tempat duduk agar mereka yang baru masuk lebih leluasa mendapatkan tempat duduk. Ramailah pembicaraan di angkot. Hanya saya yang terdiam tak ada lawan bicara.



Diperhatikan dari bahasa yang digunakan, si pemuda lebih sopan dalam berkata-kata. Bahasa yang digunakan halus. Sepertinya mereka terpelajar. Sementara para perempuan yang baru masuk tadi berbicara agak kasar dengan intonasi yang keras. Malah tak jarang bahasa binatang mampir sela-sela obrolan mereka di obrolan mereka. Pemuda-pemuda yang berbicara tadi menghentikan pembicaraannya dan memperhatikan gaya bicara para perempuan



Tiba-tiba angkot berhenti mendadak. Cieet !

'Aww, anjing !!' seru salah seorang perempuan tadi keras sekali. Mungkin ia kaget. Tapi kemudian terlihat wajahnya memerah. 'Turun di sini saja, ah!' ajaknya pada temannya. Mereka turun di tempat itu juga, diiringi tatapan kami penumpang angkot dengan keheranan yang menganga.



'Begitulah' kata si pemuda tadi memulai pembicaraan setelah angkot melaju lagi. 'Air meluber dari suatu gelas yang terlalu penuh diisi dari sebuah teko, sesuai dengan isi teko tersebut' lanjutnya.



'Maksudnya ?' sela temannya tak begitu mengerti. Saya juga, yang agak tertarik dengan pembicaraannya kali ini.



‘Perempuan tadi, keseringan diisi kata-kata kasar, sehingga ketika kagetpun spontanitas yang dia ucapkan sesuai dengan apa yang sering dia dengar atau katakan' jelas si pemuda.



'Sementara tadi, kamu dan aku , ketika kaget bilang 'Masya Allah', aku yakin kalimat-kalimat tadi keluar spontan karena kita terbiasa menggunakan kata-kata demikian atau kalimat yang baik lainnya' tambahnya lagi.



'Sepertinya memang begitu' sambut temannya sambil merenung.



Sementara saya, entah kalimat apa yang terucapkan ketika kaget tadi. Atau malah diam, karena saya kurang daya spontanitasnya. Nggak juga, sih. Yang jelas ucapan si pemuda tadi selalu saya ingat sampai saat ini. Dapat ilmu gratis mah, dari mana saja juga jadi.

Tidak ada komentar: