Jumat, 27 Februari 2009

SEPULANG MENGAJAR NGAJI


Brak !

Sesosok tubuh terkapar tak berdaya di tengah jalanan sepi saat gelap malam mulai merayap. Di sekitarnya berserakan bungkusan plastik hitam berisi entah apa sudah dalam keadaan tidak beraturan. Bisa dipastikan seluruh isinya hancur berantakan. Mungkin makanan. Sementara itu motor tanpa lampu depan yang menabraknya langsung melaju ke arah utara.

Tabrak lari !

Beberapa orang di sekitarnya, santri-santri kecil yang baru pulang mengaji memburu sosok tubuh itu. Sebagian merentangkan tangannya menghentikan kendaraan yang lalu lalang di jalan itu. Yang lainnya memapah tubuh tua ringkih ke pinggiran jalan, ke trotoar.

Ada apa ! Ada apa ?

Darah berceceran di jari kaki pemilik wajah sayu berpeci lusuh itu. Erangan kesakitannya hampir tanpa suara. Orang-orang masih bertanya-tanya. Sebagian mengucap sumpah serapah pada pengendara motor tak berperikemanusiaan yang sudah berada entah di mana. Seorang dari mereka mengambil obat merah pereda luka. Yang lainnya mengambil air minum lantas memberikannya kepada bapak tua itu.

Glek...glek !

Sekejap air bening hangat di dalam gelas berpindah ke tenggorokan lalu ke perut. Nampak wajah sayu itu sedikit demi sedikit mulai membiaskan kelegaan. Tak lagi debaran jantung berpacu cepat. Telah agak ringan keterkejutan. Lalu berceritalah dia, siapa dari mana hendak ke mana.

Luka itu kini telah diobati seadanya. Ditutupi kapas putih yang sudah tak putih lagi karena darah dan obat merah. Agar kuat perbanan sederhana itu diikat dengan karet gelang berwarna merah. Terima kasih ! Ucapnya parau. Seseorang memapahnya menyeberang jalan. Mobil angkutan berhenti didepan mereka. Pak tua masuk dengan susah payah. Masih ada pegal, masih ada kepedihan lain yang harus disembunyikan. Mereka tak boleh tahu.

Hati-hati, pak. Jangan lengah lagi ! Hanya anggukan lalu diam.

Ngeeng...!

Segera angkot berlalu meninggalkan tempat itu. Meninggalkan orang-orang yang menatapnya penuh kasihan. Meninggalkan bungkusan makanan yang tak sempat dinikmati. Meninggalkan cerita sepulang mengajar mengaji.

Malam masih di tempatnya, masih setia membagikan sepi dan gigil dingin.

PRESIDEN IS…..


presiden adalah kamu memimpin negeri diri sendiri seadil bijak ibu guru sd menyapa selamat pagi anak-anak senyuman penuh rindu mengajarkan ilmu

presiden adalah mereka tukang becak di simpang lima menunggu tertidur dan tiba-tiba, narik mang ? tak ada tawar harga ini rejeki hari ini

presiden adalah kamu memelototi tulisan ini berharap pening kamu hilang seketika tapi malah tambah akut lalu pergi misuh-misuh merasa tertipu

presiden adalah kamu tatkala 'aku ada ide' kemudian menghitung berapa banyak kendaraan lalu lalang per jam berharap dia membawa kabar menentramkan hati meskipun kamu tahu dia tak mungkin datang.

presiden adalah presiden rakyatnya aku dan kamu saja tanpa bendera membiarkan suka dan duka bertumpukan tetapi kita terus mencoba saling mengerti

Presiden adalah

Adalah

mendengarkan radio

MENDENGARKAN RADIO

...

mendengarkan radio, apalagi shubuh-shubuh sudah menjadi semacam ritualitas bagi saya semenjak lama. bahkan kalau ditelusuri semenjak sd setiap shubuh saya selalu diisi dengan mendengarkan radio. masih saya ingat waktu itu siaran dari antares, musik terapi, setiap pagi mengantarkan saya yang masih imut meninggalkan rumah menuju ke sekolah. radio yang ada di rumah saya yang masih saya ingat hingga kini adalah radio kepunyaan nenek saya.

memang tradisi mendengarkan radio sudah ada di keluarga saya. saat itu radio memang sarana hiburan favorit paling terjangkau bagi sebagian orang. meskipun televisi sudah merasuki kehidupan orang-orang, tetapi berhubung jam tayangnya yang terbatas maka, memiliki tempat tersendiri bagi kebanyakan orang saat itu. di samping itu stasiun televisi yang ada di negeri ini baru tvri yang dengan bebasnya mendominasi dunia audio visual di indonesia. tvri mengudara dari jam 16.30 hingga jam 24.00 atau lebih malam sedikit. sementara pada hari minggun mulai jam delapan hingga jam dua dan disambung lagi dengan siaran sorenya.

sehingga tidak dapat dielakkan, sarana hiburan yang benar-benar menemani hari dengan setia adalah mendengarkan radio itu. pada jaman itu radio di grt hanya ada sekitar lima buah stasiun . antares, sturada, rugeri, reks dan nbc. semuanya menyiarkan acaranya di gelombang am atau mw. baru kemudian reks membuat terobosan dengan berpindah jalur ke fm yang lebih jernih suaranya.

siaran radio favorit keluarga kami, terutama nenek saya, adalah dongeng baik itu dari mang jaya atau wa kepoh. kegemaran mendengarkan dongeng itu secara tidak langsung ditulari dari nenek saya yang mania dongeng. kalau sudah mendengarkan dongeng pasti kami semua pada khusyuk di sekitar radio. dibutuhkan kesabaran luar biasa dalam menitmati yang namanya dongeng ini, dikarenakan ceritanya yang tidak berhenti dalam sekali siaran, tetapi berseri seperti sinetron jaman sekarang. kadang-kadang ada yang tiga bulan baru tamat ceritanya. tapi kami pada setia di depan radio dengan tidak ada bosannya hingga kalimat sakti,"euh,.... waktosna seep para mitra, cag dugi kadieu heula carios nyambung nu judulna......' disampaikan sang pendongeng. dan radiopun dimatikan atau memindah ke gelombang lain untuk mencari dongengan yang lain.

masih saya ingat, jam sembilanan acara di radio adalah lagu-lagu sunda dari gelombang manapun, kemudian jam 10-11 dongeng wa kepoh. jam 11-12 dongeng mang jaya. jam 13-14 dongeng mang jaya lagi di gelombang lain, jam 15-16 dongeng mang satar/ mang barna, jam 16-17 dongeng wa kepoh lagi, dari jam 17 hingga jam 20 biasanya acara pemutaran lagu-lagu untuk anak muda. pilpen atau request langsung via telepon. jam 20-21 acara dongeng lagi. tiap jam ada berita siaran berita yang direlay dari rri. siaran radio baru berhenti jam 24.00 lalu semua gelombang kompakan menyiarkan keresek-keresek hingga shubuh untuk kemudian shubuhnya diisi oleh siaran ceramah shubuh hingga jam enam.

sayapun tanpa disadari jadi pecinta radio. kala berpergian dulu bersama ayah ke pinggiran kota, radio selalu menemani. padahal kami naik motor. radio yang kami punya itu radio batere yang tak ada colokan headphonenya. untungnya ukurannya kecil sehingga tidak terlalu merepotkan. radio yang saya bawa itu radio 2 band sw mw.

radio memang menjadi ukuran trend saat itu. belum gaul rasanya kalau tidak tahu sandiwara radio saur sepuh dengan brama mantilinya, atau cerita babad tanah leluhur yang mengharu biru itu. para pemerannya digilai habis oleh pendengarnya seperti halnya aktor film. padahal mereka tidak dikenal suaranya. tapi imej yang melekat udah pasti dia seperti orang yang diperankannya. memang kemudian trend sandiwara radio lebih mendominasi hampir semua siaran radio. kebanyakan acara radio disponsori oleh perusahaan obat.

radio selalu saja menyiarkan lagu-lagu baru. saya yang lagi senang-senangnya musik jelas kegirangan sekali. saat itu tidak kepikiran untuk membeli kaset sebagai ungkapan suka musik. maklumlah dengan keadaan keluarga, lagian saya belum punya uang saku yang cukup untuk itu. kalau sudah suka satu lagu dari radio, saya sampai bela-belain merekamnya dengan cara yang manual yaitu menghadapkan radio pada tape recorder, sehingga suara-sura yang tidak diperkenankan terekam juga. saat itu saya tidak memiliki radio yang gabung sama tape recorder.

radio juga jadi ajang gaul. di masa smp belum gaul rasanya kalau tidak merequest lagu ke stasiun radio dan mengirim salam ke teman-teman satu geng. serasa ngetop saja kalau penyiar sudah membacakan pesan kiriman kita kepada orang-orang dekat kita. biasanya kalau yang mania sekali sampai membeli kartu pilihan pendengar dan menulisinya dengan permintaan lagu serta kirim-kirim salam. biasanya nama kita dibikin ajaib biar ngetop, seperti nanang poison atau asep stones. coba pikir kalau dibahasaindonesiakan. lucu sekali kan.

saya juga sering kirim-kirim lagu, tapi cuma lewat telepon. waktu itu dengan teman-teman satu geng nama kita ditambahi semua nama personil gnr. ada ombie roses, opik sorum atau gun mc kagan. saya sendiri memakai akhiran stradlin. biasanya sambil pura-pura ngerjain pr matematikanya bu marni, kami ngumpul bareng di rumah saya. bila penyiar membacakan request kami, kami pada bangga bin geer. kalau ada yang telat datang ke kumpulan itu biasanya kami suruh dulu untuk pergi ke telepon umum di depan untuk merequest lagu dan mengirim lagu atau sedikit pesan bagi kami.

akhirnya teman-teman sekelas juga pada ketularan kirim-kirim lagu dan membahas nya keesokan hari di kelas. mendengarkan radio menjadi semacam kewajiban sampai kita tahu bahwa teman kita ngirim lagu pada kita. ada teman saya yang kalau ngirim lagu suka iseng banget. seenaknya saja dia mengganti alamat rumah kita. misalnya, kirim lagu buat yoga di tong sampah, apid di pengki, ivan di susukan, soni di sawah dan seterusnya. membuat si teman bete setengah mati dan sorenya membalasnya dengan mengirim lagu disertai pesan-pesan ajaib. ringan saja saat itu.

ketika di sma (sekarang smu) saya mulai dibeliin radio tape recorder yang ada fm nya. siaran fm bandung banyak yang tertangkap waktu itu. saya kaget sekali waktu itu, karena siaran-siaran bandung lebih canggih dan mutakhir. penyiar-penyiarnya nganak muda dan profesional sekali. kebanyakan radionya segmented nggak seperti di garut yang seragam yaitu untuk seluruh keluarga. lagu yang diudarakan lagu-lagu yang baru sekali dan kasetnya belum dirilis. kemudian saya tahu sistem single sudah mewabah di radio bandung. dan satasiun radio di bandung banyak sekali. hampir tiap kali kalau kita putar gelombang pasti ada siaran radionya.

meskipun tidak begitu jelas suaranya saya bisa menikmati siaran radio bandung. apalagi kalau malam suaranya jernih sekali. radio ardan fm jadi panutan saya waktu itu. sayapun kadang selangkah lebih maju dibanding teman-teman tentang pengetahuan lagu-lagu baru. informasi seputar perkembangan remaja bandung bisa saya dapatkan dari radio bandung. saya sudah iri saja dengan remaja di bandung yang seabreg-abreg kegiatan anak mudanya dan hanya bisa memimpikannya saja.

dengan tape recorder tersebut saya bisa merekam lagu-lagu baru yang keren-keren meskipun suara sialan penyiar merusak kesempurnaan lagu. saya lurus saja merekam semuanya. asyik sekali, lagu yang belum ada kasetnya sudah saya punya album komplikasinya. dengan kaset itu saya ulik lagu baru tersebut kunci gitarnya satu per satu. untuk urusan lirik, biasanya kalau tidak saya karang sendiri (untuk lirik inggris) saya juga cari dari majalah remaja. dulu susah banget nyari lirik lagu, tidak seperti sekarang ini yang majalah chord lagu sudah mewabah. bisa dapatin lirik lagu nirvana saja udah bahagia banget.

seperti yang sudah-sudah radio menjadi teman sejati menghabiskan malam. saya jarang mematikan siaran radio, karena sering ketiduran ketika mendengarkannya menjelang tidur. sehingga kalau terbangun tengah malam saja sesekali saya bunuh radio itu. tapi kebanyakan suara keresek-keresek lah yang ada hingga pagi menyapa dengan siaran ceramahnya.

karena radio bandung lebih keren siaran lokal mulai saya tinggalkan. pikir saya siaran lokal ketinggalan jaman. meskipun saya juga hanya jadi pendengar pasif saja, yang kepikiran adalah merekam lagu-lagu baru dari radio bandung. saya juga sedang senang-senangnya ngumpulin lirik-lirik lagu beserta chord dalambentuk song book. waktu itu saya sempat menghasilkan sekitar 3 song book. kaset-kaset lamapun banyak yang tak jelas lagi asal-usulnya. hal ini dikarenakan saya sering menimpanya dengan lagu rekaman dari radio karena menganggap lagu yang tidak penting. banyak kaset lama bapak saya yang rusak karenanya. padahal banyak kaset langka yang tak ada di pasaran lagi. tapi saya tidak peduli, dengan amatirnya kaset-kaset rekaman tersebut saya berilabel lagi biar mudah mengingatnya.

***

MENDENGARKAN RADIO II

...

kemudian televisi swasta mengharu biru dunia hiburan di indonesia. nenek(alm) saya tercintapun mulai jarang mendengarkan radio kecuali malam-malam menjelang beliau tidur dengan siaran dongengnya. tapi tidak lagi mendengarkannya bareng-bareng bersama kami karena saya dan yang lain-lain anak cucunya punya sarana hiburan masing-masing.

ketika kuliahan, radio juga tak lepas dari kehidupan saya. pertama kali ke bandung saya hanya berbekal radio walkman. sendirian di tempat kos di belantara bandung tanpa seorang teman selain radio adalah pengalaman takan terlupakan bagi saya. memang lalu kemudian saya dikirimi tv oleh ortu dari garut. tapi masih radio tempat curhat dan informasi paling aktual pagi seorang saya.

ketika mulai kos rame-rame, radio juga paling diminati sesama teman. biasanya menjelang tidur radio diletakkan di tengah rumah lampu-lampu dimatikan dan kaminya dengan cuek tidur membiarkan radio itu sendirian selain dengan paksa menjadikannya sebagai weker. memang kami kebanyakan dibangunkan oleh suara penyiarnya pada pagi-pagi ketimbang oleh jamweker yang berbunyi hanya untuk dimatikan. itu juga suatu pengalaman yang menakjubkan bagi saya. kalau tidak ada kuliah pagi biasanya kami pada tertidur lagi sambil mendengarkan radio.

radio memang sesuatu sarana yang menurut saya dan teman saya paling cocok. untuk mendengarkan radio kita hanya perlu menggunakan syaraf pendengran di telinga saja sehingga kita terkonsentrasi karenanya. tidak seperti televisi yang memaksa mata kita untuk turut bekerja juga. dan radio bagi saya bisa membuai juga di malam hari. hingga kini kalau tidur saya lebih suka membiarkan suara penyiar meninabobokan saya.

dan dengan mendengarkan radio kita tidak perlu membeli banyak kaset untuk memuaskan hobi musik saya. kecuali kaset-kaset tertentu yang masih saya beli. dengan mendengarkan radio kita juga bisa sambil membaca buku atau menghapal pelajaran tanpa terganggu konsentrasi membaca kita.

dahulu saat sma saya sering begadang hingga malam kalau sedang belajar untuk ulangan besoknya. sampe jam dua. kebetulan ada radio bandung yang siaran hinga jam segitu sehingga tak terlalu sepi belajar saya. seorang teman dekat saya juga katanya seperti saya juga. mengahapal tengah malam ditemani radio dan segelas air kopi.

saat ini saya memang sudah jarang tune in di radio, paling kalau sempet shubuh-shubuh mengisi rohani saya dengan ceramah-ceramah agama. dan di garut ini radio butut saya sudah agak rewel susah dalam ngepasin gelombang radio sehingga suaranya tidak jelas dan kadang kadang suka terpeleset. padahal sudah banyak bermunculan fm di garut ini. saya sering mengumpat tak bermanfaat ketika radio bandung kegemaran saya dengan seenaknya tertutup radio lokal yang norak banget.

begitu itu radio mengisi dua puluh tahunan milik saya. mestinya lebih banyak lagi yang terungkap. tapi ingatan saya yang terbatas memaksa saya untuk berhenti dulu menulis kehidupan radio dalam diri saya.

DANGDUT elektone SUCK !


cuma buat dangdut yang sound systemnya kegedean yang mengganggu telinga di siang ini..... electonan suck ! lagu-lagu pop yang mengalir mudah lewat satu alat musik komputer

i hate electon for yet

cukup satu musisi dan beberapa penyanyi jadilah full band rapi. cukup pencet chord dengan tangan yang satu dan improvisasi melody tangan lainnya jadilah musik yang lengkap. kreatif, bangsat !

bagaimana nasib para pemain band 'asli', yang butuh duit untuk bayar uang latihan kalau lahan ini diserobot semua oleh , keyboard bego yang namanya electone itu

emang sih band asli sering sok idealis, gak mau nyanyiin lagu-lagu pesta pernikahan, gak mau kompromi pasar, padahal kenapa nggak ? konon duitnya umayan gede untuk nutup biaya latihan sewa studio selama satu bulan lho. band asli sok idealis yang suck juga !

jadi ngomongin band nggak apa-apa ya soalnya saya juga ngeband dan gagal terus. tapi bener juga tadi (menurutsaya) kita main band, proyeksikan juga nyari duit , nyambi lah... iyalah bawain lagu-lagi idealis, ngerock, metal, punk etc. latihan terus sampai jago, sampai ngaco. tapi ada baiknya juga ajak ngobrol teman-teman band, gimana kalo nyari duit juga. lumayan lho even jadi band komersial selalu ada tiap minggu, ya di pesta pernikahan itulah. gini, simak nih, dengerin, menurut teori saya ini gampang banget.

satu : ngumpul ama teman-teman satu band seperti biasa di luar waktu latihan katakanlah ketika briefing, kan biasanya suka briefing sebelum masuk studio, biasanya sambil nyanyi-nyanyi pakai gitar akustik. ngobrol saja ringan

dua : sehabis beres briefing, atau belum beres juga gak apa-apa, utarakan niat ini, sharing sama temen-temen kamu, hilangkan gengsi, pertahankan argumen kamu tentang bermanfaatnya ide ini

tiga : langsung teknis, bilangin aja di pesta itu gak perlu main bagus banget dalam artian gak perlu-perlu amat skill yang oke, nggak perlu pake efek melodi gitar, yang penting rapi maininnya lagu-lagunya lagu pasaran, lagu-lagu cinta nostalgia, lagu dangdut pasar yang mudah-mudah saja. lagunya cuma itu-itu aja, seperti main di cafe, istilahnya lagu-lagu request...

empat : memang sih awal-awalnya kita kudu kerja keras dulu, ngapalin banyak lagu, mainin banyak lagu, minimal dua puluhan. Tapi di kawinan dsb kita boleh kok bawa catatan kalo nggak apal, oh ya lagunya boleh bawain lagu inggris bahasa gaul itu, itung itung nambah jam terbang.

lima : nggak ada

enam : boleh juga nambahin lagu satu-satu, sedikit-sedikit kalo yang banyak itu udah kompak, dengan catatan lagu-lagu yang sudah kompak jangan dilupakan ( kalo perlu susun di satu song book gede dan tiap-tiap anak punya satu biji)

tujuh : kalo udah siap minimal bisa kompak dan rapi 20 lagu, barulah kita turun gunung ngirimin proposal ke panitia kawinan, bikin iklan sederhana di dinding-dinding kota, tempel di sekolah-sekolah, tempat ramai tempat umum dan sebagainya boleh boong dikit, di proposal tulis aja kita bisa mainin seratus lagu dan cantumin judul-judul lagunya, profesional dikit pajangin juga foto-foto kita di proposal itu biar meyakinkan calon klien kita

delapan : harus aktif, nggak hanya diam saja cari informasi apa ada teman-teman kita satu sekolah atau siapa aja yang mau pesta lalu daganglah kita di situ. informasi bisa didapat dengan menanyakan ke gedung-gedung pernikahan, tanya siapa aja yang mau sewa dalam beberapa waktu ke depan, datangin kirim proposal, cari terus informasinya di sekolahan tanya ke teman-teman siapa yang mau pesta pernikahan dan sebagainya, lalu kirim proposal, nggak apa-apa kkn juga, cuek aja (bikin harga miring, lebih miring dari electon suck !)

sembilan : kalo udah oke, siapin diri, pake jas di panggung ,menghibur melawak juga boleh lebih bagus kalo kita punya alat-alat (sementara, katakanlah alat-alat didatangkan dari penyewa kita, saya agak bingung kalo udah dihadapkan ke infrastruktur kayak gini !) boleh kita berakustik untuk lagu-lagu tertentu boleh juga mainin lagu idealis kita dengan penyesuaian tertentu misalnya lagu cepat dilambanin, sambil melatih improvisasi...

sepuluh : kalo malu pakai nama band idealis kita boleh nyamar jadi nama band lain, misalnya metallica 2, gigi yang lain atau apa saja, tapi kalo kalian cuek boleh pakai nama band idealis kita biar cepet ngetop

sebelas : segitu aja…..

SORE DI ALUN-ALUN GARUT


sepulang kerja, katakanlah begitu, sekitar jam limaan, singgahlah di alun-alun garut. sore yang tidak cerah, tapi tidak juga mendung. tidak usah bingung karena memang seperti itulah sore itu. sebenarnya kadang-kadang cerah, kadang-kadang hujan, tidak pernah konsisten, apalagi di musim seperti ini.

garut, belakangan ini sering diguyur hujan, seperti dua hari silam. sehabis dluhur sampai malam jalan-jalan aspal seputar garut pasti sudah basah, atau malah banjir, luapan dari got di bawah trotoar yang tak mampu menampung air dari mana-mana itu.

hari ini, hujan dimulai sejak shubuh, mungkin sejak dini hari tadi dan baru berakhir sekitar jam enaman. matahari juga tak bersinar, maksud saya bersinar tapi ketutup awan-awan. Tidak seperti kemarin, ketika saya sempat-sempatnya bersepeda sejak jam lima , abis shalat shubuh. menunggu sunrise di balik gunungsebelah timur, di jalan baru suci.

sampai jam sebelasan hujan gerimis-gerimis kecil halus masih ada. jemuran yang dicuci pagi itu saja sampai menyerah, dibiarkan numpuk di dalam rumah.

untunglah menjelang dluhur, hujan itu berhenti, meski tanpa disertai matahari yang hari itu tak kelihatan tertutup awan-awan. sampai sore tak ada hujan yang berarti singgah di garut.

duduk-duduk di sebuah kursi beton di salah satu sudut alun-alun sore itu, ada sepasang kekasih mungkin, sedang mengobrol di pinggiran alun duduk di tembok taman. ada remaja yang bermain bola dengan gawang dari dua buah batu sebesar kepalan tangan orang dewasa, asal saja digeletakkan begitu saja. mencoba menikmati sore itu ada abg cewek yang lagi ngobrol di pojok satunya lagi ada tulisan kebersihan sebagian dari iman di pojok lainnya

saya duduk menikmati tahu goreng murahan yang rasanya gurih sekali plus cabe rawit yang pedes. melihat mereka yang main bola lapangan alun-alun yang dulu jaman saya kecil beralaskan tanah dan di beberapa tempat rumput yang jelek. tapi kini semenjak dua tahun silam lapang itu sudah ditutupi dengan paping blok (buatan ucu pedes) seluruhnya sehingga bila hujan turun jarang lagi terjadi genangan air yang berarti. di beberapa tempat muncul rumput liar yang tak merata.

lapangan alun-alun cukup luas. lapangan yang biasa digunakan shalat hari raya ini mungkin mempunyai luas 50 sampai 70 untuk panjang dan lebar. anak-anak atau remaja yang main bola tidak mempergunakan sampai seluruhnya lapangan untuk main bola. ada sekitar tiga 'pertandingan ' biasanya. sore itu yang bermain ada dua pertandingan secara bersamaan. di sebelah barat dekat tangga masjid agung dua tim berlaga. saya hanya memperhatikan remaja yang main bola dekat saya duduk ini. satu tim mungkin tujuh atau delapan orang, kurang begitu jelas, karena kedua tim tidak mengenakan kostum yang dapat membedakan dua tim. beberapa anak ada yang pakai sepatu, sandal, atau malah tak beralas kaki. cuek aja karena mungkin sudah biasa.

main bola, mungkin iseng saja tapi menyegarkan, juga menyenangkan. kelihatan dari seringnya anak-anak itu pada ketawa-ketawa sambil main bola. bila ada yang jatuh atau yang salah tendang mereka ketawa-ketawa, mungkin itu sesuatu yang lucu bagi mereka. bagi saya juga yang lihat meskipun nggak pada kenal kadang-kadang bikin senyum-senyum, melihat orang tersenyum. beberapa orang yang lihat juga pada tersenyum.

lapang alun-alun disekelilingnya ditanami pohon-pohon yang sudah rindang dan taman-taman kecil. ada ayunan untuk tempat tong sampah di beberapa sudut, kecuali di pojok saya duduk ini. besi penyangganya masih ada tetapi tongnya entah kemana, sehingga plastik bungkus tahu saya tidak saya buang, saya simpan ke tas selendang saya. ada sampah organik menumpuk di sana, yakni sisa-sisa lepat dan daun-daun busuk. di pinggir-pinggir lapangan itu juga ada tempat duduk santai dari beton seperti yang sedang saya duduki atau yang dari batangan besi di beberapa tempat.

lapang alun-alun adalah satu-satunya taman kota yang saya pikir sangat menakjubkan di garut ini. mungkin berlebihan kata itu, tapi itulah menurut saya. multi fungsi. bisa lapang bola, bisa tempat bersantai, bisa kegiatan abri, upacara tujuhbelasan, tempat parkir haji, tempat shalat hari raya, dan seterusnya. kalau pagi-pagi sering saya lihat orang-orang berolahraga jalan santai di sini. biasanya para orang tua. sering iri lihat seorang tua bareng istrinya berjalan di sini menghirup udara pagi sambil ngobrol. semangatnya itu, menakjubkan seperti alun-alunnya.

mesjid agung adalah sesuatu yang tak dapat dipisahkan dengan alun-alun. berdiri dengan angkuhnya di sebelah barat, agak menyamping menghadap kiblat. dibangun sekitar tahun sembilan enam dan selesai tahun sembilan tujuhan (saya lupa lagi) menjadi salah satu tempat bersantai yang enak. ada beberapa tukang dagang di pelataran parkirnya. menjelang magrib, dari pengeras suara masjid diperdengarkan orang mengaji, saya pikir itu bukan dari kaset.

ada babancong di sebelah selatan, tempat pidato biasanya . di bawahnya ada ruanganterbuka dengan tinggi kira-kira semeteran. biasanya anak-anak kecil sering main sembunyi-sembunyian atau kejar-kejaran di sana. tangga naik ke babancong dihalangi oleh tanaman di pot. tanaman itu berduri sehingga babancong itu jarang disinggahi. takut kena durinya. tapi saya besama adik dan ponakan sering nekad naik ke sana, sekedar ingin tahu.

di sekitar babancong sering dipakai anak-anak main sepeda atau beratraksi dengan skateboard. pernah ada pengendara mobil hijet nabrak bagian bawah babancong. padahal di ujung jalan kabupaten ada larangan mobil masuk area pendopo atawa alun-alun. tapi pengendara yang konon lagi mabuk itu main selonong saja. aturan dilarang masuk itu memang tinggal aturan karena tetap aja ada yang melanggar, meski nggak banyak.

oh, ya masjid agung garut memiliki empat buah menara yang diatasnya ada empat buah minoret berwarna perak dan sekarang sudah kusam. tinggi menara sekitar tigapuluh meteran. beberapa kali saya naik ke atas menara yang belum beres bagian dalamnya itu serta nyaris tak terurus. ada beberapa kelelawar dan mungkin sarangnya ada di sana. dari atas menara kita bisa melihat pemandangan seputar alun-alun dan wilayah kota. jalan naik ke atas menara setelah loteng masjid pertama adalah dengan tangga besi sederhana. asik aja naik ke atas, tapi pas melihat-lihat ke bawah agak takut juga soalnya tinggi sekali.

sore di alun-alun lebih indah lagi kalau sedang cerah. sambil menunggu adzan magrib, membaca buku atau sekedar ngobrol, atau nongkrong, atau apa sajalah mengasyikkan. orang yang 'sadar' pasti tak akan melewatkan sore dengan duduk-duduk di alun-alun. sesekali saya pikir tak salah melewatkan waktu di alun, jangan cuma bengong di depan tv membiarkan diri dibohongi telenovela dan berita.

para remaja biasanya bermesraan dengan kekasih di salah satu bangku di sana. murah meriah tapi menyenangkan daripada harus nonton di intan plaza yang makin nggak menarik karena terkesan apa adanya. dengan film-film yang ketinggalan jaman. (padahal pas peresmiannya bupati garut ikut serta) dulu pernah ada remaja yang nekat pacaran di beranda mesjid agung, dan dibiarkan begitu saja oleh petugas masjid. tapi ada pedagang kakilima jualan media islami di beranda masjid malahan diusir, nggak boleh berjualan di sana. akhirnya si pedagang itu jualan agak di luar masjid dan rela kepanasan di sana. sementara orang-orang yang jelas-jelas mengotori kesucian masjid dibiarkan begitu saja.

untunglah kini mesjid itu sudah tidak begitu lagi. paling-paling di beranda ada remaja yang berdiskusi entah apa dan saya pikir bukan pacaran. menurut saya memang kalau mau pacaran (ngobrol dengan lawan jenis, tapi kitanya diam-diam menyukainya) jangan di masjid. biar tidak mencemarinya. lebih baik seperti kawan kita yang pacaran di bangku-bangku alun-alun saja. bukan berarti saya menganjurkan agar pacaran di sana, tapi ya biar bangku-bangku itu ada yang pakai, daripada dibiarkan nganggur begitu aja. yang penting orang yang diam di masjid atau berandanya harus membersihkan hatinya. karena seperti pengalaman yang saya alami , kalau mata kita tak terjaga hati sering tak terjaga juga. dan kadang-kadang pikiran kita sering ke mana-mana tiba-tiba sudah ada di mana gitu.

begitulah, alun-alun di mana-manapun pasti tak jauh dari yang saya saksikan selama ini. dan itu wajar saja. sayang kalau tempat atau fasilitas satu-satunya yang murah meriah ini tidak dimanfaatkan oleh penghuni kota.

alun-alun juga tempat yang netral. maksudnya kalau seseorang ingin ketemu seseorang tapi malas atau malu untuk menemuinya di rumahnya, sementara yang mau di temuinya juga demikian, maka alun-alun ini sering dijadikan tempat bertemu. misalnya dulu waktu ada reuni sma garut, ya bertemunya di alun-alun ini, di pendoponya. atau teman saya orang sedahurip ketika ingin bertemu temannya yang di ciledug janjiannya di masjid agung. atau ketika tempat itu dijadikan acara shalawatan satu muharram orang-orang nu dari berbagai tempat, silaturahmian sahabat lama.

belakangan di alun-alun ada seniman asyik yang memajang karya lukisannya. disandarkannya sekitar lima belas lukisan besar dan kecil di pagar alun-alun. beragam lukisannya dari lukisan pemandangan, orang, atau binatang. dia juga menerima pesanan lukisan foto dengan media potlot di atas kanvas. baru kali inilah sepanjang pengetahuan saya ada seniman yang nekat jualan di sana. baguslah, siapa tahu jadi genre, karena toh tidak ada larangan jualan di sana. pemda juga selama ini cuek-cuek aja. orang-orang yang kebetulan lewat di sana banyak yang berhenti sekedar untuk melihat. dari yang pecinta seni asli sampai yang sok pengamat meluangkan waktunya berdiri memandang lukisan yang ada. meskipun sedikit yang seperti itu, tapi lumayanlah, setidak-tidaknya masih ada yang memperhatikan seni di garut ini. ya di garut ini, karena menurut saya penduduk kota ini kurang intelek versi saya. beberapa yang intelek kabur ke kota lain karena keterbatasan fasilitas penampungan ide-ide. salam buat seniman alun-alun tadi, bertahanlah meski nggak laku dan jangan kalah, kecuali kalau hujan turun.

sekian dulu tulisan saya tentang alun-alun garut ini, karena saya merasa sudah mulai ngaco. mohon maaf, kalau ada waktu disambung lagi.

senjaklasik the prosepoetry 2

niat



sungguh, aku ingin mengatakannya pada waktu itu, tetapi perbincangan kita merampas niatku hingga kita kembali berjalan memutar mencari pintu masuk yang lain dan aku terlampau lelah untuk menjajari langkahmu memasuki ruang-ruang yang selalu menarik perhatianmu. akupun terseret di belakang dan kadang harus berlari agar bisa menggapaimu. tetapi kembali aku tertinggal. hingga suatu saat aku kehilangan jejakmu. tanpa arah, tanpa cahaya, tanpa harum tubuh, aku berjudi dengan waktu mencari-cari kamu di mana.



setiap orang yang kutemui menggelengkan kepala ketika kutanya ikhwalmu dan menyuruhku berhenti mencarimu. sebagian menganggapku gila dan membawaku ke dokter jiwa. aku berontak dan berlari membenci setiap nafas yang menolak adanya dirimu. aku terus saja mencarimu, dan orang-orang semakin tak peduli. aku dianggap tak ada seperti halnya kamu yang tak ada di hadapanku kini. tetapi harapanku semakin membesar dan memuncak karena detak waktu terlampau berharga untuk suatu keputusasaan.



aku melalui hari, meneliti setiap jejak berharap itu adalah sebuah petunjuk yang akan mendekatkan pada tujuanku yaitu kamu. namun setiap kali aku merasa kamu telah dekat seketika itu pula angin berhembus menghapus semua khayal dan semua tapak kakimu. penunjuk ke arahmupun berhamburan, tersapu begitu saja. meski lelah dan sedikit goyah, pencarian adalah pencarian. lebih dari setengah langkah sudah terlampaui. menemukan dirimu terlalu indah untuk dihentikan. aku kini menikmati pencarian jejak baru tentang dirimu yang telah kuanggap sebagai legenda.



ada kesenangan ketika mengingat terakhir kulihat silhuet dirimu di kejauhan. dan juga rasa sesal dan kesal mengenang kebodohan diri. andai saja saat itu aku memenggal saja obrolan kita dan pada jeda yang ada kusampaikan maksud sebenarnya dari pertemuan kita. tetapi ketidakmampuan tetaplah sebuah ketidakmampuan. pesona yang ada padamu menyihirku untuk terus mendengarkan setiap kalimat, kata, huruf, bahkan hembus nafas yang kau lahirkan. dan aku tak ingin tak satupun yang tak terekam.



sungguh, aku ingin mengatakannya pada waktu itu. niat ini sudah sedari dulu, sebelum aku terlahir. aku yakin sekali aku diadakan Tuhan salah satunya untuk mengucapkan hal itu padamu. dan aku sadar aku tak harus menunggu jawaban, aku hanya harus mengatakan saja. hanya mengatakan saja. bila kemudian ada jawaban, itu mungkin hanya basa-basi, atau hiburan, atau memang betul sebuah jawaban seperti yang diharapkan. tetapi sebenarnya aku tak terbebani untuk sebuah jawaban.



hingga akhirnya, hari ini, aku bertemu denganmu lagi. bukan hanya jejak, bukan hanya bayang, bukan hanya harum tubuh, tetapi dirimu senyatanya yang ada. dan ternyata kamu tak lari, kamu tak jauh, kamu tak sembunyi, kamu tak menghilang. kamu hanya sedang istirahat di sebuah telaga, karena letih menunggu sebuah ungkapan yang mungkin memberimu sebuah harapan dan semangat baru.



sungguh, aku ingin segera mengatakannya padamu hari ini juga. menit ini juga. namun aku tak begitu yakin. aku tak siap dengan apapun jawabannya. entah di mana keberanian itu menyembunyikan diri. hingga deretan kalimat sakti itu masih tersimpan rapi, menunggu saat lain datang dan aku kembali tenggelam dalam ketidak pastian waktu.





kenangan akan kamu



...

sebuah kenangan adalah selalu menjadi sesuatu yang berharga. apalagi bila kenangan itu sesuatu yang menyenangkan hati. kenangan bisa melemparkan kita ke masa lalu secara cepat. rangkaian gambar-gambar biasanya tidak begitu saja tersusun dengan rapinya di otak kita, tetapi muncul satu persatu dan saling menyambung. begitu gambar yang satu terpampang, gambar yang lainnya bergiliran terlihat. yang pasti semuanya tidak akan terlihat jelas seperti di layar tipi, tetapi biasanya akan terlihat samar-samar dan buram.



demikian pula kenanganku akan kamu, beruntung saat itu aku sempat menyimpannya lewat tulisan meski sepotong-sepotong tapi benar-benar menjadikan suatu cerita yang utuh. ingin rasanya menangis ketika membaca lagi tentang kisah kita. waktu yang berjalan mungkin telah sedikit mendewasakan aku. yang pasti yang banyak kuakui adalah tumpukan penyesalan yang tak terhingga. melepaskanmu dengan begitu saja sungguh sesuatu yang teramat bodoh bila dipikirkan saat ini.



lalu kaupun jauh. entah ada di mana. hanya kutemui sekali-sekali di mimpi-mimpi yang tak kusengaja. ingin sekali sepertinya berbincang banyak seperti dulu. tapi di mimpi itu kau adalah diam. menyakitkan karena mimpi bukanlah kenyataan, hanya menghibur sesaat kemudian kembali ke realita. untuk mencarimu seperti ada tabir penghalang yang belum berani kusingkap.



yang baru bisa kujalani adalah mendatangi tempat-tempat yang berwarna kamu. segala sesuatu tentang kamu. sungguh, terkadang ada harapan yang melintas sejenak dan cepat-cepat kutabung segera, lalu kukumpulkan. oh, kamu memang terlalu menakjubkanku.



sementara, bagaimana perasaanmu padaku belum pernah terjawab waktu itu. apalagi kini setelah berbilang tahun terlalui. setelah tak ada lagi perbincangan antara kita. dan bila kau telah lupakan semua ingatan tentang aku, aku akan menerimanya dengan nyata. meskipun ku tetap berharap kamu akan menyimpan secuil sesuatu tentangku.



aku kian menyadari bahwa pilihanku padamu waktu itu tidak pernah salah. pandanganku tentangmu pada waktu itu pasti benar. kamu yang ada di mataku pada waktu itu adalah kejeniusanku dalam mencipta khayal. tapi ketololanku dalam keberanian. terlalu banyak ragu waktu itu yang membatasiku.



senyummu yang selalu sembunyi-sembunyi kau kirimkan ketika kita berpapasan di manapun kita bertumbukan adalah darah segar yang mengaliri pembuluh darahku. bahkan melambungkanku. kau selalu menyita perhatianku. akupun cukup bahagia ketika hanya bisa menatapmu dari kejauhan dan bermain-main dengan anyaman angan saja. duh, indahnya kamu.



biar saja sentimentil menjebakku kali ini, tak malu kuakui karena ini adalah tentang kamu. baru kusadari bahwa hati yang gelisah menanti sore ke rumahmu adalah suatu yang menenangkan. berdebar-debar menunggu kau membukakan pintu rumahmu adalah kejutan termesra yang pernah kupunyai. lalu menghabiskan senja setengahnya denganmu, apalagi namanya kalau bukan cinta.



mudah-mudahan, semua itu adalah sesuatu yang tertunda, sesuatu yang bisa dilanjutkan lagi, walau tak tahu kapan. kamu benar-benar telah menempati sebagian besar hatiku kini. tak ada lagi ruang selain untukmu. kupersilahkan pergi semua rasa yang dulu pernah singgah. kuperindah rongga dada ini hanya dan hanya untukmu.



sesungguhnya saja sejak ini aku akan selalu menantimu. pesan-pesan kecil kita dulu akan kutunaikan senantiasa. semoga Tuhan memperkenankan dan menunjuki dengan cahayaNya. aku telah punya jawabannya kini akan semua buram yang pernah mengabut di mata kita. ketulusan, itu yang akan menghiasi dan menemani perjalanan menuju kamu.



ada tekad, bila kau dekat, ah bila kau dekat....





sebuah kesepian terlahir lagi




inginnya, aku menukik saja dari langit ini hingga menjejak kaki di bumi, menembus ke dasarnya, hingga magma dan terbakar panasnya,hingga musnah.

itu akan sangat berarti bagiku, tampaknya

menguap bersama uap, menjadi udara, mengangkasa lagi

menyetubuhi bentuk-bentuk baru

pikiran baru

langit baru





episode




kita ini adalah cerita sekaligus pengarangnya. kita menentukan diri kita menjadi apa, kita memilih alur dan latar mana yang dikehendaki, kita masuki tema dan judul kemudian bergegas menghidupi peran kita sebaik-baiknya. mereka menyebutnya hidup, dan kita lebih suka menganggapnya permainan biasa saja. hanya, kita menambahkan rasa hati lebih banyak di dalamnya. sehingga setiap memasuki sebuah episode, selalu dipenuhi harap cemas akan suatu perjumpaan yang mengejutkan atau pengalaman baru yang belum pernah kita perkirakan di mana kalimat penutup harus diletakkan.



tapi kita tak terlalu peduli hal itu, bagi kita beperjalanan bersama dan sesekali berdebat tentang di mana kita beristirahat, menggelar tikar, lalu berbagi bekal, lebih melancarkan alir darah kita ketimbang saling membisu memikirkan sebuah kalimat yang mungkin tidak akan pernah lengkap karena kita tidak benar-benar menginginkannya.



kita mengalir, membiarkan naskah cerita menempatkan kita. bila seorang dari kita lupa, yang lain mengingatkan. bila kau jenuh dengan peranmu, aku menunjukkan motivasi dan improvisasi. bila aku terbentur buntu, kau menjelma semacam inspirasi menawarkan ramu-ramu dan juga rambu. itulah kita, cerita dan pengarangnya yang membuat suatu episode menjadi baru dan baru lagi.



kita tak sendiri



percayalah, meskipun suatu saat kamu merasa tikaman kesunyian dan keterasingan hingga terasa belenggu itu erat mengikatmu, ada seseorang yang sedang mencari-cari celah untuk menemuimu dan membebaskanmu, mambantu lepas semua jerat. sekian panjang waktu dan gumpalan kesedihan akan segera sirna begitu bayangnya kau rasakan, bagaikan titik cahaya di kegelapan akan semakin terang begitu dia mendekat dan mendekapmu penuh lembut.



kamu tak sendiri, di saat gerimis di waktu itu, di saat kamu merasa bekunya hati tak mungkin tercairkan oleh ribuan fahrenheit derajat panas. karena ada yang tengah berjuang untuk ikut merasakan kebekuan yang sama, kesendirian yang sama. dan dengannya mungkin kamu bisa bersama-sama meruntuhkan dinding angkuh yang selalu menjegal langkahmu. kamu akan menyadari bahwa menggenggam tangannya dan menghayati senyum tulusnya adalah nafas segar seperti pagi sehabis hujan semalaman yang pernah membuatmu terbuai mimpi hingga bangun dan bertanya-tanya gerangan apa makna bunga tidurmu.



kita tak sendiri, percayalah. meskipun di dunia yang lain, yang jauh, tanpa orang-orang yang mengenal dan mengharapkan kita. selalu ada satu bilik di balik hatimu yang seseorang sedang mengendap-ngendap ingin selalu tahu dirimu hingga bisik dan getar. dan sesegera itu pula doa-doa dan jaga mengalun berharap tak sedetikpun waktu berhargamu tercuri dan terbengkalai.



percayalah, kamu tak sendiri, kita tak sendiri.





kecepatan cahaya




tiba-tiba kamu datang, cahayapun malu kecepatannya dirasa telah mengurang. tak lagi ada kebanggaan bahwa dirinya terbaik selama waktu membentang. tak lagi ada selancar menjelajah ruang. yang ada hanya tafakur di pojok malam sambil membersihkan sisa-sisa perjalanan tadi siang.



kecepatan cahaya yang tiga kali sepuluh pangkat delapan itu kalah cepat dibanding kamu yang langsung menyusup hatiku sementara ia berbilang tahun mencari celah hanya untuk diam terpaku kebingungan mencari kalimat tepat setelah salam.

majnun

.


tidak seperti majnun yang menciumi dinding rumah laila, maka cukup bagiku dengan hanya bersepeda di depan rumahmu sambil berharap kamu kebetulan sedang menikmati senja menyiram bunga. ya, tidak seperti majnun yang menciumi dinding rumah laila, maka terasa hebat bagiku dengan melihat genteng rumahmu dari kejauhan karena takut kamu memergoki kepengecutanku yang akan segera gugup salah tingkah seandainya harus menatap matamu. sungguh, tidak seperti majnun yang menciumi dinding rumah laila, aku hanya berani berlama-lama menatap jendela kamarmu di ujung malam, saat kamu mungkin tengah terlelap dibelai mimpi dan aku akan puas sekali setelahnya lalu buru-buru berlalu sebelum derit pintu terdengar.






untitled



belum ada lagi kata untuk dibicarakan, saat ini. diam saja dulu dan pejam mata. jangan berpikir ! itu hanya membuat resah tergugah tidakkah ingat, saat pertimbangan akal terlalu mendominasi otak kiri kita, kita akan terburu-buru menutup buku, merapikan bangku, dan begitu saja berlalu. padahal sesampai di rumah kita merasa ada yang terlupakan. sesuatu yang kita siapkan sebelum bertemu.



diam saja dulu. biarkan sepi-sepi ini beradu dan saling mengadu. sementara kita, diam saja dulu.





sepi



semua sepi yang pernah tercipta dalam hidupku, biarlah kamu saja yang menjadi alasannya. kumohon tak kamu tertawakan ungkapan kelewat bodoh ini. hanya ini obat kesunyian satu-satunya yang bisa menghiburku dan menyemangatiku menjalani hidup. di tengah kegalauan hati yang tak menentu, wajahmu yang melintas ibarat infus yang menambah cerah langit hati yang sebelumnya pucat pasi.



segala rindu yang pernah tercipta di keramaian waktuku, biarlah kamu tempat aku menuju. tempat aku berharap seseorang menyediakan senyum hangat yang menyegarkan dan mau mendengar cerita tak penting di perjalanan pulang tadi. semoga ini bisa menjadi pengantar tidurmu nanti.



seluruh malam yang pernah menjadi teman baikku, yang sering kusalahpahami sebagai deraan tak bertepi biarlah kamu saja yang menyederhanakannya menjadi sebuah taman, di mana aku kan selalu merenung mengenang pengalaman. ini lebih menyejukkanku ketimbang menjadikannya suatu pertarungan tiada henti. ini lebih menentramkanku daripada meraba-raba pembenaran untuk menghentikan perjalanan ini.







message sent



terkirim, dan tak perlu menunggu balas, tak perlu ada cemas, tak harus menyiapkan hias. semua pesan hanyalah untuk penanda bahwa aku selalu ada untuknya. bahwa dia senantiasa menjadi pusat pikiranku di sepanjang waktu. tentu saja aku mesti menyadari untuk tidak mengharapkan lebih dari ini.



message sent, sekarang aku boleh bernafas lega, terima kasih pulsa, terima kasih teknologi, terima kasih telah mengantarkan aku pada kekasihku meski aku hanya bisa menatap dari kejauhan saja sambil membayangkan apa kira-kira reaksinya saat membuka kata-kata tanpa makna yang kulayangkan.



terkirim, saatnya mematikan hp. saatnya memasuki mimpi lagi, mengenyahkan kenyataan yang harus disisihkan dari duniaku. menjadikannya mimpi adalah kenyataan terbaik seperti yang diinginkannya dan aku telah berjanji untuk itu.



message sent, tidur saja ! dia tak mungkin sedang memikirkan kata jawab. agar tenang, bayangkan bahwa dia telah terlelap dan hanya mungkin membaca pesanmu esok shubuh ketika kamu telah melupakan apa rangkai kalimat busa semalam tadi. bukankah sudah janji untuk berhenti berharap ?



terkirim. angin, tolong lampirkan juga : "tak perlu dibaca, delete saja langsung....!"

senjaklasik the prosepoetry

solilokui entah





bismillahirahmanirrahiim.....



ini tentang segalanya, tentang pencarian, tentang hidup , tentang mati, tentang perjalanan, tentang kerinduan, tentang kerisauan, tentang persahabatan, tentang persaudaraan, tentang cinta, tentang lagu, tentang semangat, tentang keraguan, tentang mencoba, tentang proses, tentang tujuan, tentang awal, tentang akhir.



ini tentang segalanya. biru itu mungkin hanya permukaannya saja, sedang jauh ke dalam bisa apa saja warnanya. rasa itu mungkin pahit di lidah, tapi pahit itu obat, pahit itu kesabaran, semacam itu. setengah perjalanan semesta pengalaman membentuk diri, mengubah diri, mengarahkan diri, mengecilkan diri sekaligus meraksasakan diri. dan pelan-pelan itu bukan kesalahan apalagi kejahatan.



ini tentang segalanya. kawan, meniti tangga itu sungguh melelahkan. kadang rasa ingin lepas saja, kembali sebebas dulu. namun itupun ternyata bebas semu, bebas yang sebenarnya membelenggu. maka solilokui ini biarkanlah mengalir. ada semacam gairah di sana yang hanya bisa berwarna dengan solilokui. dan jangan potong bicaraku dulu.



ini tentang segalanya. harapan. keinginan. khayal.



ini tentang segalanya. waktu memaksaku untuk terus berjalan. malam masihlah panjang untuk diistirahatkan. malam masih terlalu pekat. entah. aku ingin bertemu denganmu dulu sebelum fajar biar bisa bersama menikmati cahaya pertama hari esok.







manusia perindu



suatu ketika aku pernah merasa sangat merindukanmu dan menginginkan kamu datang menjenguk hatiku atau aku yang hadir di sisimu, meski aku sadar bahwa mungkin kamu sangat tak mengharapkan hal itu terjadi. aku juga pernah sangat menginginkan menjadi manusia yang bisa berpindah tempat secepat kilat seperti malaikat agar aku bisa segera menatap wajahmu atau kalau beruntung bisa berbincang denganmu. dan aku juga pernah sangat menginginkan bisa menjadi angin agar aku bisa membelaimu sesukaku tanpa menjadikannya suatu dosa.



namun ternyata aku hanya bisa menjadi manusia perindu yang selalu menantikan malam dengan putus asa dan ketakutan karena sejenak kemudian pagi merenggutnya dengan paksa dan tiba-tiba.







senja klasik



sebuah pertanyaan bisa saja tanpa harus ada jawaban. orang menyebutnya retoris. aku mengatakannya "senja klasik". entah apa kamu akan menyebutnya. satu hal yang selalu mengganggu benakku. memenuhi ruang batin. mengait-ngaitkan aku kepada suatu masa. mendorong-dorong aku kepada satu peristiwa.



aku masih suka menamakannya senja klasik, karena ketika lembayung dan ketika mendung, kamu masih saja sedang duduk di beranda, tidak terayu tv ataupun teracuni lagu. dan senja makin klasik bila aku mendatangimu, berbicara segala hal, menertawakan ketololan masing-masing, hingga menjelang maghrib aku harus pamitan pada ibumu. naif sekali, padahal masih banyak yang harus diungkapkan, belum sampai setengah paragraf, belum sampai titik. sementara malam masih bersedia menjadi perantara bisik sunyi yang terdengar berdegup keras bila aku di dekat kamu. hanya aku saja yang kan mendengarnya, kurasa.



anggap saja ini sebuah pertemuan yang tidak disengaja meskipun dalam hati kita mengharapkannya atau minimal pernah terlintas ingin untuk kembali ke suatu senja di mana kita duduk-duduk di bangku sebuah taman atau teras rumah dan ada seseorang di samping kita yang mau mendengar resah dan serapah kita. dan seperti waktu itu, kita akan berebut siapa bercerita duluan atau saling menyilahkan membuka wacana, menebak-nebak kisah hidup masing-masing, mengukur seberapa jauh jarak memberi pengalaman. lalu semuanya akan mengalir, membelah belantara perasaan yang itu-itu saja, dan berakhir di lubuk jernih pemikiran tentang kenyataan bahwa kita di senja klasik hanya mampir saja untuk saling mengenang.



namun meski hanya teh, tanpa gula dan kue-kue, bagiku senja klasik bersamamu terasa tetap manis, hangat, menyegarkan, dan mencerahkan. inspiratif. bahkan malampun menyerah tak bisa lagi berujar tentang ilham yang bertubi-tubi melayang-layang di atas langit-langit rumah. sampai aku kegirangan dan terbang memungutnya satu-persatu. menyusunnya sebenar mungkin ibarat puzzle yang sering kita mainkan ketika kita adalah anak-anak. walau tak berupa puisi, senja klasik tetap saja sebuah sajak yang selalu aku ulang-ulang tanpa bosan, entah sampai kapan.





!




kamu adalah hari terjauh yang pernah kusentuh. hari ketika ku terjatuh, tanpa seseorang membantuku berdiri, tanpa seseorang mengetahui lukaku, tanpa seseorang berbasa-basi menghiburku. kamu juga hari terdekat yang pernah menjadi tempat. menjadi kotak aku menyimpan umpat. menjadi rumah setiap saat.

Selasa, 24 Februari 2009

Toko Merdeka

Bicara pengkolan tahun 80an, ingatan kita pasti tak lepas dari toko Merdeka. Inilah the one and only mall Garut era 80an. Letaknya di jalan Ciledug dekat simpang tiga jl Ahmad Yani, di sebelahnya ada toko obat hen ho tong yang juga khas Garut 80an. Sebenarnya toko Merdeka masih punya saudara lagi, yakni Warung Merdeka yang letaknya masih di jalan Ciledug juga. Secara, warung merdeka ini mengkhususkan jualannya berupa kebutuhan pangan sehari-hari, termasuk sayur-sayuran. Sementara itu toko Merdeka ada di jalur penjualan barang kelontong, pakaian, mainan, sepatu, peralatan rumah tangga, jenis-jenis kain, gorden, alat-alat tulis, makanan ringan, dll.
Toko merdeka, berdiri di atas areal seluas sekitar 500 meter persegi dan merupakan bangunan tiga tingkat. Di pelataran luar toko dekat kaca berjajar pot-pot tanaman. Konsep pelayanannya mirip borma-borma atau griya-griya di jaman sekarang. Barang-barang jualan masih di simpan di etalase-etalase, seperti alat tulis, alat kecantikan, mainan. Bayangin aja, toko-toko konvensional yang barangnya di simpan di etalase dan pelayannya melayani di dalam, jadi tidak ada konsep swalayan. Apa-apa dilayani pelayan. Kalau mau barang ini itu kita tunjuk dan pelayan mengambilkan. Memang sih ada juga barang yang bisa kita lihat-lihat secara langsung.
Di lantai pertama berjejer etalase-etalase jualan makanan, kain-kainan, perabotan rumah tangga. Juga kasir. Setiap pembayaran mau-tidak mau harus bayar di sini, pembeli tinggal ngasihin bon sama uang. Barang yang dibeli diantarkan ke kasir oleh pelayan. Kadang-kadang kita ngantri untuk membayar. di dekat kasir ada etalase jualan kaset, hanya jumlahnya tak banyak. Yang saya ingat di sana ada jualan kaset ceramah bahasa sunda KH AF Ghazali.
Kemudian di lantai dua ada etalase alat tulis plus mainan, kain-kain rumah tangga, serta alat kecantikan. Yang unik, untuk 3 tempat lantai 2 tersebut tangganya berbeda-beda dan lantainyapun terpisah. Jadi kalau mau ke tempat alat tulis dari tempat kain rumah tangga kita harus turun dulu ke lantai satu. Oh, ya Garut 80an belum mengenal tangga berjalan. Jadi tangganya masih tangga semen dengan lantai keramik jadul yang tebel-tebal. Di pinggirnya ada pegangan yang sering dipakai perosotan kalau turunnya mau cepat sampai.
Barang-barang seperti sepatu dan tas diletakkan di lantai tiga. Sepatunya banyak jenis dan harganya tidak terlalu mahal. Ada tempat duduknya juga kalau orang mau nyobain sepatu yang hendak dibeli. kalau diizinkan kita boleh main ke balkon lantai tiga yang langsung menghadap ke jalan dan melihat-lihat keramaian jalan Ciledug. Itupun kalau kebetulan pintu keluar balkom sedang dibuka.
Kalau dilihat dari sudut pelayanan, toko merdeka ini mengambil konsep semi swalayan. Ya, karena ada yang dilayani oleh pelayan untuk barang tertentu dan ada juga yang kita bebas menentukan sendiri barangyang dibeli. namun dalam hal pembayaran tetap kita harus menyerahkan bon pembayaran. Gak ada cerita kita langsung bawa barang dan membayarnya di kasir. Makanya ada juga yang iseng, barang yang dibawa pelayan ke kasir tidak jadi dibeli.
Dari segi harga, barang yang dijual tidak bisa ditawar lagi. Sudah ditentukan dari sononya harga sekian. Jadi tidak ada acara tawar menawar seperti toko konvensional yang longgar. Konsep harga mal-mal kota besar sudah digunakan oleh pengelola toko Merdeka. Namun, yang namanya barcode, sistem harga dengan komputer tentu saja belum ada. Meskipun kasir menggunakan alat hitung yang semi modern, yakni mesin hitung gabungan dari kalkulator dan mesin ketik dan pakai listrik (he he saya gak tahu namanya).
Para pelayannya memakai seragam. Sistem kerjanya pakai shift. Jadi toko buka dari jam delapanan sampai jam satuan. Lalu toko tutup dan buka lagi selepas ashar hingga jam delapanan malam lebih. Kalau toko merdeka sudah tutup, dipastikan kawasan pengkolan akan segera sepi. Toko Merdeka ini memang termasuk trendsetter pada jaman itu.
Di bulan-bulan Ramadhan hingga Lebaran toko ini rame banget. Para pembeli yang mau berlebaran sering berbelanja di toko ini karena barangnya lengkap. One stop shopping, hanya di sini gak ada restoran siap saji. Kalau mau makan, maka kita tinggal jalan sedikit lalu nyebrang ke jalan Mandalagiri atau biasa disebut kawasan jagal. Sebelum pasar makanan malam Ceplak dipindah ke di jalan Siliwangi, maka disinilah tempatnya dulu. Kalau gak salah di tahun 90an ceplak dipindahkan ke jalan Siliwangi. Insya Allah seri di seri Pengkolan akan kita bahas pasar Ceplak Jagal (wah, saya harus ngumpulin memori-memori lalu nih).
Begitulah sekelumit tentang toko Merdeka di jaman 80an. Sebuah toko yang terintegrasi yang mungkin masih banyak dikenang orang-orang Garut. Saya yakin orang-orang Garut yang mengalami masa 80an masih kangen untuk ‘shopping’ di toko Merdeka ini. Namun toko Merdeka sekarang sudah hampir punah (hus, memangnya hewan langka). Tempat itu sekarang (mungkin) sudah dijual sama pemiliknya (atau disewakan) karena kalah bersaing dengan toko lainnya terutama dengan jaringan mall-mall yang barangnya lebih up to date, lengkap, dan tentu saja pemiliknya punya modal gede.
Yang saya tahu, toko Merdeka sekarang sudah dibagi dua tempatnya. Salah satunya ada yang jadi toko pakaian obralan. Sementara itu di depannya berjejer kaki lima. Toko Merdeka memang hanya tinggal kenangan saja. Tentu saja kenangan yang indah, setidaknya bagiku.

Kamis, 19 Februari 2009


percayakah engkau bahwa hidup ini lingkaran......
kita pernah bersama di satu masa
lalu di masa lain kita akan bersama lagi

yogyakarta borobudur


inilah kenangan lama di yogya semasa sma. adakah engkau diantaranya ?

yang bisu adalah doa

ketika harus pergi diam-diam

di antara semua cemas

yang masih membias

yang sepi, yang bersembunyi, yang tak berkata-kata

adalah doa, selalu doa.

POLUSI CINTA


Sebaiknya segera gunakan penutup hidung. Polusi cinta melanda kota. Semua knalpot mobil dan motor, asap dari cerobong pabrik, asap kompor rumah tangga, dan semua-muanya mengeluarkan polusi cinta yang bisa mengganggu paru-parumu. Terlalu banyak kau hirup, kau bisa mati. Atau setidaknya tbc (terlalu batuk cinta) akan menyesakkan nafasmu. Lama-kelamaan kalau berdahak, berdarah, muntah akan menyebabkan kau mati juga, kan.

Hati-hati dengan polusi cinta. Ia tak kasat mata, menyerangmu dengan perlahan. Menusuk hidungmu lalu merusak jantungmu dan hatimu. Hingga kau lumpuh dan hari-harimu disibukkan dengan obat ke obat. Polusi cinta bisa mengurangi darahmu karena tidurmu yang semakin sempit itu.

Andaikan analgesik, tapi iapun tak akan mampu. Polusi cinta langsung menyerang syaraf dan dialirkannya ke seluruh pembuluh darah hingga kau tak sempat berpikir, tak sempat melarikan diri. Sudah menyerah saja, kenakan penutup hidung serapat-rapatnya, selekat-lekatnya, setebal-tebalnya agar polusi cinta tak berkutik menghadapimu.

PHK


...

dia menatap gedung bekas kantor bekerjanya untuk terakhir kalinya. selamat tinggal semuanya. pastilah ini sudah merupakan takdirnya, katanya dalam hati. dipecat dari pekerjaan untuk pertama kali dalam hidupnya. dia tidak kaget siang tadi ketika kepala personalia memberikan surat pemutusan hubungan kerja kepadanya. sebelumnya dia sudah merasa ada yang tidak beres dengan sikap kepala personalia padanya. kemudian di dalam meeting pagi, dia juga merasa atasannya tidak mempedulikan laporan pekerjaanya.

sore itu dia tidak pulang bareng- bareng dengan rekan kerjanya seperti biasa. dia terburu-buru meninggalkan gedung yang sudah dua tahun ini dikenalnya. biarlah saya ingin sendiri dulu, katanya dalam hati. selain atasannya dan kepala personalia, belum satu rekan kerjapun yang mengetahui kejadian ini. sebetulnya jatah bekerjanya sampai akhir bulan ini, tapi dia memutuskan mulai besok dia tidak akan datang lagi ke tempat ini. buat apa, tidak ada artinya sama sekali. paling-paling dikurangi uang makannya di dalam gaji bulan terakhir ini.

dia berjalan saja semakin meninggalkan tempat itu. matahari sore semakin condong ke barat, meninggalkan garis-garis jelas cahaya di langit biru. hatinyapun biru saat itu, meski bibirnya mengumbarkan senyum. saya harus tabah, pasti Tuhan telah menyediakan tempat lain yang lebih baik dari ini. pastilah di suatu pekerjaan lain saya akan mendapatkan kepuasan yang sesungguhnya dalam bekerja. karena doa itulah yang kerap didengungkannya setiap habis shalat.

PELANGI

...

masih saja dia berharap pelangi itu tak memudar, masih ingin menikmatinya lebih lama lagi, masih belum terbalas kerinduan lamanya untuk bertemu tangga bidadari itu. namun busur tujuh warna tersebut seolah tak peduli. perlahan-lahan menghilang di langit timur menyisakan bentukan awan tak berarturan berwarna putih dan abu yang bertumpuk. mungkin pelangi harus segera pergi ke tempat lain yang masih membutuhkannya. senja yang murampun kembali ke sedia kala, menyisakan sedikit ingatan tentang pelangi.

baru beberapa lama kemudian dia tersadar bahwa pelangi sudah meninggalkannya. dialihkannya pandangan kepada sekelompok anak remaja yang tengah bermain bola. namun benaknya masih saja tenggelam mengkhayalkan mejikhibinu yang terlanjur disukainya. teringat pada seseorang yang sering dikabarinya pelangi. seseorang yang telah lama menjauhinya, seperti pelangi sore ini.

di suatu hari yang beranjak berganti ke malam di suatu masa, dia menemukan pelangi di langit timur tengah membusur dengan sempurnanya. ini menakjubkannya. sesaat dinikmatinya pelangi sendirian, tanpa peduli lalu lalang orang-orang di sekelilingnya. dan orang-orangpun sepertinya tak peduli padanya dan pelanginya itu. beberapa saat kemudian, dia tersentak dari lamunan yang entah di mana. bergegas menuju telepon umum di seberang jalan. beberapa angka ditekannya. kemudian harap-harap merayapinya. ada yang mengangkat telepon di ujung sana. salam dijawab salam lagi. dia yang bicara, teriak hatinya girang.

" mengganggukah ?" tanyanya

" tidak......" pendek saja suara dia di ujung sana.

" ada pekerjaan ?" tanyanya lagi

" tidak, tadi sedang mendengarkan radio menatap langit-langit kamar...."

" kalau begitu keluarlah segera, lihatlah timur langit yang sesungguhnya...."pintanya halus.

" kenapa ?"

" ada pelangi yang melintang di horizon, saya berharap kamu juga memandanginya. dan merasakannya, mumpung masih jelas cahayanya....."

" terima kasih, kamu jadi serepot ini...."

" tidak apa-apa, saya sangat senang membagi rasa takjub saya, sudah ya..."

klik, setelah salam penutup dijawab. kembali dia berdiri menatap pelangi sore itu dengan getaran rasa yang tidak terlagukan oleh nyanyian manapun. gembira hatinya ada yang telah diberi tahu olehnya tentang pelangi yang menghias langit sore itu. dia yakin seseorang sedang menikmati pelangi seperti dirinya juga. tapi sayang, hanya sebuah keyakinan, sesungguhnya dia tidak tahu yang sebenarnya. di suatu tempat seseorang sedang menatapi langit-langit kamar.bersama sebuah kegelisahan.

bola kulit yang menuju ke arahnya duduk di bangku taman mengembalikannya lagi ke sore ini. diambilnya dan dilemparkannya bola tersebut ke tengah lapang. di bangku sebelahnya sepasang remaja sedang asyik dengan obrolannya. dipandanginya langit yang merangkak tanpa peduli. ada gradasi warna kuning ke abu di barat jauh sana. sebagian hatinya juga merasa jauh di suatu tempat suatu waktu. buku yang dibawanya dari rumah sebagai teman bergumul pikiran semenjak tadi tak dihiraukannya ketika pelangi menggodanya. hanya diletakkan di bangku itu tanpa daya.

senja yang kini dirasakannya berlari memaksanya untuk segera meninggalkan tempat itu. lampu-lampu taman telah dinyalakan. permainan bola telah terhenti beberapa saat tadi. remaja sepasang baru saja saling berpisah menyisakan janji esok hari. dia, berat meninggalkan bangku itu. tapi dia berdiri juga melangkah menjauhi tempat itu. dingin malam telah menusuk ke kulit hingga sumsum. kota kecil inipun gemerlap dengan cahaya yang sederhana. semoga hujan tak akan turun malam ini, batinnya berbisik. langkah kakinya saling bersusulan satu sama lain. sementara itu, adzan magrib berkumandang memenuhi langit.

***

DOEL SUMBANG, PKL, TUKANG BECA, DAN 'PEDAGANG DAGING'.

Pernah dengar lagunya Doel Sumbang yang berjudul 'genah merenah tumaninah'?. Atau setidaknya pernah tahu lagu tersebut ?. Sayang sekali kalau anda belum kenal dengan lagu tersebut. Saya mungkin terlalu berlebihan, tetapi lagu berlirik bahasa sunda tersebut memang keren habis. Saya tertawa ngakak ketika pertama kali mendengar bait-bait lirik segar sususan kang doel itu. Lucu sekali gaya bernyanyi kang doel di lagu sepanjang sepuluh menitan itu. Bagi para orang tua mungkin bakal mesem-mesem saja apa lagi di seputaran lirik tentang 'pedagang daging'.

Lagu ini bercerita tentang pemahaman slogan kota bandung 'genah, merenah, tumaninah' dari sudut pandang para 'wirausahawan kecil' penghuni kota dan pemerintah kodya bandung dalam hal ini walikota. Memang sepertinya latar belakang penulisan lagu ini adalah ketika pak walikota bandung waktu itu memperkenalkan semboyan bandung yang baru sesuai dengan visi misi kepemimpinannya. Dan untuk memasyarakatkan semboyan ini di beberapa tempat di sekitar kota tulisan-tulisan gmt (genah merenah tumaninah) bertebaran. Kang doel yang jeli menangkap fenomena ini dan dari pergaulannya dengan masyarakat kecil, lahirlah karyanya ini.

Gaya bahasa bercerita dalam lagu sepertinya sudah menjadi 'trade mark' setiap lagu ciptaan kang doel. Monolog dan dialog yang diselipkan di sela-sela lagu sering kali membuat para pendengarnya tersenyum. Gaya ini terutama di lagu-lagu berlirik bahasa sunda, ingat saja lagu 'polisi no ban' dan 'sono ka kodim' di album ema. Hal ini diulangi lagi di lagu gmt dari album bong abong. Sementara iringan musik yang cuma gitar akustik memang ciri khas doel sumbang sejak dulu di pertama kemunculannya ketika kang doel mencipta lagu berlirik bahasa indonesia. Ini dapat diamati pada lagu 'aku', 'didi benjol', dan 'gendut bandel' yang menurut pengarangnya 'sangat doel soembang' banget.

Sebagai mantan penyanyi jalanan, kang doel masih konstan menciptakan lirik-lirik yang mengkritisi keadaan masyarakat sekitar dan juga penguasa. Namun beberapa tahun belakangan, mungkin karena faktor komersialisme, kang doel mambawakan lagu pop berduit dengan penyanyi wanita dan wara-wiri berlip sinc ria di sejumlah stasiun tv swasta. Menurut saya saat itu doel soembang sedang keluar dari khittahnya. Bisa jadi invasi penyanyi-penyanyi baru membuatnya agak bercabang antara idealisme dan kebutuhan dapurnya.

Kritik yang dilontarkan kang doel dalam 'genah merenah tumaninah' tidak hanya ditujukan untuk pemerintah saja tapi juga terhadap pengusaha kecil yang dianggapnya kurang begitu paham tentang pentingnya kebersihan dan keindahan kota.

Odoy obarna, seorang pedagang kaki lima sangat 'reueus' (salut) pada pak walikota bandung yang baru karena telah memperbolehkankan para pkl berjualan di alun-alun. Dia tidak perlu gelisah lagi kalau sedang berdagang karena tidak ada lagi tibum yang akan megobrak-abrik jualan mereka. Padahal dahulu pada jaman walikota yang lama pkl tidak bisa berjualan di tengah kota. Sekarang, katanya bisa membawa uang lebiht ke rumah.

Seorang tukang becak, ojay sumpena, asli orang leuwidulang, juga mengungkapkan hal yang kurang lebih sama tentang kekagumannya pada walikota yang baru. Saat ini dia bisa narik beca hingga ke kota, ke alun-alun, 'ngaleor' ke cikapundung hingga ke jalan braga. Dia merasa income nya menjadi bertambah dengan banyaknya penumpang yang naik becanya. Dulu, kalau sedang narik beca mang ojay selalu resah karena takut ditangkap polisi. Tetapi sekarang kalau sedang parkir beca dan malahan tertidur lelap di depan pendopo tidak ada seorangpun yang mengusiknya. Lewat kang doel, mang ojay sempat juga titip salam untuk pak walikota yang sangat baik terhadap wong cilik itu

Sementara itu seorang 'pengusaha daging', ceu sari item, juga merasa terbantu ekonominya dengan diperbolehkannya berusaha di alun-alun. Sebelumnya dia berjualan di jalan gardujati belok sedikit agak ke dalam, yakni gang sari, sesuai dengan namanya yang sudah populer. Ceu sari mempunyai langganan yang banyak, dari mulai duda hingga mahasiswa. Usaha dagingnya yang sudah lama dan berpengalaman itu mendapat pujian pelanggan, para pelanggan menyebutnya 'pelem'. Namun belakangan ini ceu sari merasa bahagia sekali karena di tempat jualannya yang lama didirikan pesantren, tempat menimba ilmu agama katanya menambahkan. Tetapi yang lebih membahagiakannya lagi adalah akibat tempat jualannya dibersihkan, ceu sari kini bisa berjualan di alun-alun dan langganannya menjadi bertambah, tidak hanya duda dan mahasiwa tapi juga pns. Menurutnya harga jualnya tinggi dan incomenya meningkat.

Nah, menurut odoy sobarna, ojay sumpena, dan sari iteum keadaan mereka sekarang ini sesuai dengan slogan pemerintah yakni 'genah merenah tumaninah'. Mereka tidak peduli apakah keadaan kota bersih atau tidak, itu bukan urusan mereka. Kebersihan kota tergantung pada siapa yang membersihkan, demikian pendapat ceu sari. Sementara 'genah merenah tumaninah' menurut pendapat warga lainnya adalah bandung yang aman tertib indah bersih lancar sehat.

Akhirnya disimpulkan bahwa 'genah merenah tumaninah' versi warga kota (usahawan kecil) dan pemerintah/walikota berbeda. Yang menjadi masalah adalah bagaimana caranya agar perbedaan itu bisa menghasilkan sesuatu yang positif. Dan yang pasti pemerintah harus terus berupaya keras agar bandung menjadi indah. Tetapi warga kota juga harus berpartisipasi dan bertanggung jawab dengan keadaan kota bandung tercinta. Demikian kira-kira isi dari lagu 'genah merenah tumaninah' ciptaan doel sumbang

Doel sumbang sangat pintar mengangkat tema sederhana menjadi sebuah lagu yang bermutu. Karya-karya doel sumbang patut disejajarkan dengan karya-karya iwan fals yang telah menasional. Kelebihannya, kang doel ini juga bermain di wilayah lokal (sunda) meskipun mereka berdua sama-sama beranjak dari bandung. Jumlah album lagu berbahasa sunda dan lagu berbahasa indonesia doel sumbang seimbang. Setidaknya dua tahun sekali kang doel menelurkan album baru. Pemunculannya di televisi saat ini sepertinya diatur, tidak terlalu sering. Mungkin ini strateginya agar pendengar tidak cepat bosan. Manggung-manggung dengan sponsor perusahaan swasta juga dijajakinya terus, di samping kadang-kadang berbagi pengalaman di berbagai forum kebudayaan sebagai pembicara.