tag:blogger.com,1999:blog-51398149441669932762024-02-07T05:31:47.863-08:00senjaklasik...tentang sebuah senja yang telah silam namun terlampau indah untuk dilupakan. maka kita namakan saja ini senjaklasik.....senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.comBlogger178125tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-37174426210458156852010-10-12T06:12:00.000-07:002010-10-12T06:13:29.811-07:00wavesometimes, love has to end<br />sometimes, love must resign<br /><br />say goodbye to the road<br />say goodbye and days<br />say goodbye to the love<br />say goodbye and wave....<br /><br />maybe, the world's like stop spinning<br />maybe, the rain's gonna falling<br /><br />say goodbye to the love<br />say goodbye and wave<br />say goodbye to the love<br />say goodbye and wave<br /><br />i can't believe it<br />i just don't know why<br /><br />10.10.10.10.10<br />garutsenjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-67333641217608633852010-09-20T17:12:00.000-07:002010-09-20T17:39:43.958-07:00derita jiwa<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmelKIumblFxrqSM3JET1l8quHK_5jcdiZw_xrCoKiRmGHcA5aUWNsa50B9V8liLioTqu1QoKiahngpS12hlPp4PT-a5cQgEgK9B9JPSrqni9Hhk9fmSTXBcjYrNUe7Cs8swFZQhoPUho/s1600/art+rock.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 191px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmelKIumblFxrqSM3JET1l8quHK_5jcdiZw_xrCoKiRmGHcA5aUWNsa50B9V8liLioTqu1QoKiahngpS12hlPp4PT-a5cQgEgK9B9JPSrqni9Hhk9fmSTXBcjYrNUe7Cs8swFZQhoPUho/s320/art+rock.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5519154367041382834" /></a>
<br />derita jiwa
<br />
<br />*
<br />aku hadir kini, menghadapi pagi
<br />menatap sisa bintang malam tadi
<br />berdegup dada mendengar nada
<br />menjeritkan derita jiwa
<br />hati merasa, batin bertanya
<br />tentang takdirku sebagai manusia
<br />
<br />sering kurasakan isyarat alam
<br />namun tak kutahu apa maknanya
<br />seakan berjalan, di dalam gelap
<br />aku inginkan sinar lentera
<br />untuk jalanku, untuk hidupku
<br />agar jelaslah masa depanku
<br />
<br />masa depanku masih kelabu
<br />hari depanku, belum kutahu
<br />bosan dan resah menghantuiku,
<br />oh, oh, oh, menghantui hidupku
<br />
<br />kembali ke *
<br />
<br />***
<br />
<br />saya selalu kangen dengan lagu-lagu seperti ini, baik dari segi tema yang diangkat maupun aransemen musiknya. di tengah serbuan lagu-lagu bertema seragam dari band pop yang setiap minggu berdatangan seperti jamur di musim hujan, lagu 'derita jiwa' yang dilantunkan ahmad albar ini seperti mewakili segenap rasa akan lirik yang berisi dan musik yang berkualitas.
<br />
<br />saya pertama kali menemukannya di kaset 'art rock' semasa smp dengan hits 'syair kehidupan'. yang dijual memang ahmad albar yang sudah diakui keeksisannya. tetapi nama lain juga berkontribusi besar di album itu yakni ian antono dan areng widodo. kedua musisi itu menyumbangkan karya-karyanya di album yang memuat 'panggung sandiwara' versi ahmad albar. sementara itu, anak asuh ian antono lainnya, nicky astria, sepertinya mengisi bagian backing vocal di beberapa lagu.
<br />
<br />'art rock' sebenarnya bisa dikatakan sebagai sebuah genre rock tersendiri. dan lagu-lagu di album ini bisa dikatakan bergenre 'art rock'. grup-grup luar semacam pink floyd, rush, dan yes, konon adalah biangnya art rock. namun menurut saya, art rock yang ditawarkan ian antono dan kawan-kawan termasuk sederhana. berbeda dengan band-band art rock masa itu yang lagunya panjang-panjang dengan penuh improvisasi terutama untuk instrumen keyboard, maka art rock versi ahmad albar ini termasuk sederhana dan ringan.
<br />
<br />apapun namanya, keseluruhan lagu di kaset yang kini sudah langka ini enak didengar. hampir semua tema menyentuh sisi humanisme dan bersifat universal. hampir setiap komposisi lagu yang ada menawarkan perenungan yang mendalam. dan 'derita jiwa' adalah salah satunya. musiknya sendiri memang lebih mengarah ke rock 70-an ketika musik rock sedang berkembang dengan berbagai variasi genrenya. lagu-lagu yang ada di album ini 'disinyalir' telah berkumandang semenjak tahun 80-an ke bawah meskipun saat itu, kelas dua smp, tahun 90-an awal saya menikmatinya. lagu 'panggung sandiwara' sendiri setelah ditelusuri ternyata ada versi yang lebih jadulnya yang dinyanyikan oleh duo kribo di era 70-an. setelah itu ahmad albar dan nicky astria melantunkannya dengan gaya sendiri dan keduanya sukses sehingga versi siapapun yang menyanyikannya memiliki daya tarik dan kekuatan sendiri. mungkin memang lagunya sendiri sudah memiliki magnet bagi pendengarnya karena ternyata ketika almarhumah nike ardila menyanyikan kembali masih tetap nyaman di telinga kita. lirik panggung sandiwara yang di rangkai oleh penyair taufik ismail memang sudah kuat dengan makna-makna penuh filosofis.
<br />
<br />makanya ketika akhirnya menemukan kaset ini dalam bentuk digital mp3 full album saya melonjak kegirangan. apalagi kaset yang dulu saya beli second di jaman smp itu telah raib entah ke mana setelah berpindah tangan dari satu teman ke teman lainnya. biasalah, tradisi jaman dulu di sekolah salah satunya dalah bertukar pinjam kaset. kalau dulu hanya mendengarkan lagu-lagunya sembari menghafal buat ulangan ekonomi besok hari lalu tertidur setelahnya, kini mendengarkannya sambil menulis sesuatu semacam resensi atau diari yang mungkin hanya bisa dipahami oleh diri sendiri. sesekali terhenti kalau di satu lagu menemukan sesuatu yang rasanya baru. kemudian kembali meneruskan memelototi layar monitor tanpa hirau bahwa tengah malam telah merangsek menjadi pagi. lalu, kalau tidak tidur dengan tergesa, keluar rumah menatap ke langit kalau-kalau masih ada sisa bintang malam tadi.
<br />
<br />sementara itu saya masih tetap memimpikan akan ada musisi baru yang mengikuti jejak 'art rock' dan membuat lagu-lagu berkualitas dengan tema-tema yang lebih universal dan lirik yang tidak seadanya.
<br />
<br />
<br />
<br />senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-14658995072539403822010-09-01T03:03:00.000-07:002010-09-01T03:04:31.589-07:00fail, just faildi perhentian ini. gagal. dan mencoba biasa saja tanpa merasa perlu menghibur diri dengan kata-kata peredam luka 'keberhasilan yang tertunda' atau semacamnya. hanya bisa memaksakan diri menikmati kegagalan ini dan kembali mendaki gunung, menyepi, menghindari tatap mata mempertanyakan. dan sebagian yang menertawakan. <br /><br />dan masih juga bernafas lega karena telah tunai sebuah tugas. setelah sekian lama menyibak alang-alang, meneliti jejak, sengat panas matahari, melawan frustasi, dan mencoba bertahan dengan bekal dan air mineral yang tinggal seperempat sementara tujuan masih jauh di horizon. juga masih ada sedikit harga diri karena tidak sampai menyerah terlebih dahulu meski rupa-rupa goda dan rayu di telinga adalah balik kanan atau mengibarkan bendera putih. atau bunuh diri.<br /><br />inilah saat yang tepat untuk menunduk ke bawah lebih dalam lagi. memperhatikan lebih seksama terhadap kerikil tajam dan duri yang menyilang jalan. juga menengok ke belakang. mengingat persimpangan terakhir yang dilalui. andaikan ada 'save as', tapi tak mungkin karena di dunia nyata hanya ada 'save' saja. lalu, bismillah, kembali melangkah dari titik persimpangan meski masih juga dipenuhi kekhawatiran. tapi tetap harus memilih satu jalan dan merasai segala kemungkinan.<br /><br />lalu bersiap lagi dengan ketegangan dan rasa penasaran tentang apa yang akan ditemui selanjutnya. berdoa dalam harapan dan cemas sambil memperbarui nafas. tapi kini menggeserkan kakinya lebih berhati-hati dari sebelumnya. musuh dari dalam dan luar masih tetap mengikuti, mencari celah agar kita jatuh dan terpuruk lagi. karenanya terus saja berjalan dan abai semua bisikan yang akan membuat langkah tertahan.<br /><br />hingga akhirnya tiba lagi di perhentian. mungkin berhasil. mungkin gagal. kalaupun gagal lagi, itu hanyalah gagal. just fail.again.senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-35244401737383540752010-08-23T00:32:00.000-07:002010-08-23T00:35:03.962-07:00bulan puasa 80-an (di garut, di pasundan), 3belajar puasa semenjak sekolah di tk. bahkan sebelum sekolah juga sudah diperkenalkan dengan momen puasa. bapak dan ibu membangunkan saya yang belum lima tahun untuk ikutan sahur. didudukkannya saya di atas meja makan. mata masih mengantuk berat tapi ibu menyuapi saya makanan antara ingatan yang jelas dan samar-samar.<br /><br />tapi benar-benar mulai puasa ketika tk itu. hebatnya, hanya batal satu hari. entah karena kuat atau memang orang tua dan lingkungan mengkondidikan demikian. bulan puasa yang sebulan itu diisi dengan kegitan yang terasa sama sekali baru karena otak saya mulai bisa menangkap makna ramadhan meskipun keriaannya saja. nawaitu sauma godin dan alohumma lakasumtu sudah hapal di luar kepala meskipun baca qur'an masih terbata-bata. semenjak shubuh hinggga magrib bisa dilewati dengan sukses tanpa makan minum.<br /><br />sesekali menangis kalau digoda sepupu. <br /><br />"kalau nangis puasanya batal ...", kata mereka yang usianya sebenarnya tak terpaut jauh. makanya nangisnya cuma sebentar meskipun masih diliputi tanya apakah memang benar nangis membatalkan puasa. akhirnya waktu itu saya mendapat jawaban sederhana yakni bahwa dengan menangis akan mengeluarkan air mata yang kalau kena bibir akan terasa asinnya. jadilah puasanya batal.<br /><br />bulan puasa juga ditandai dengan lengangnya jalanan depan rumah di siang hari. tukang-tukang jualan makanan sebangsa mang pe'i atau mang ijun menghilang entah ke mana. begitu pula mang aman tukang bubur ayam yang biasanya setiap pagi nongkrong di depan warung bi atih. <br /><br />nuansanya memang jadi berbeda dengan bulan-bulan lainnya. apalagi sekolah memang diliburkan sebulan penuh. praktis waktu banyak luangnya. untunglah paman kami membuka taman bacaan sehingga kami lebih banyak menghabiskan waktu dengan membaca komik-komik di taman bacaan tersebut emskipun sebenarnya hanya melihat gambarnya saja. dari segunung komik yang ada di sna maka komik hero semacam godam, gundala, dan labah-labah merah adalah menu wajib yang tak bosan diulang-ulang.<br /><br />***<br /><br />malamnya, seperti biasa sholat taraweh berjamaah di aula gedung pgri. oh, ya di bulan ramadhan ini acara ngaji yang biasa dilaksanakan setiap habis magrib di rumah mang ojo cakrabuana ditiadakan. katanya selama bulan ramadhan diliburkan. gantinya memang pesantren kilat itu. namund emikian panitia mengaji di mang ojo dan panitia pesantren kilat berbeda. jadi kalau mau pesantren kilat boleh, tidakpun tidak apa-apa. dan saya memilih ikut pesantren kilat karena semua sepupu ikutan pula.<br /><br />awalnya saya rada heran dengan pelaksanaan shalat taraweh ini karena rakaatnya panjang sekali. <br /><br />"masih lama ya pa..?", tanya saya yang shalat di dekat bapak.<br /><br />"sebentar lagi...!"<br /><br />maka saya berdiri lagi setelah imam mengucakan salam. bapak sengaja mengajak sya shalat di dekatnya agar saya tidak ikut-ikutan anak lain yang shalatnya sambil main-main. kadang saya melirik ke belakang karena tergoda keasyikan anak-anak yang ngoceh dan bercanda melulu di sana.<br /><br />teman saya, yopi, dan ganknya dari gang rajawali tak henti-hentinya bergurau. dorong sana dorong sini. mereka sebenarnya bukan orang pasundan. tapi gank rajawali cukup dekat juga ke aula pgri. padahal di rajawali ada masjid juga yang representatif. tapi rupanya mereka lebih senang taraweh di sini.<br /><br />kalau menjelang rakaat terakhir, mereka buru-buru ikutan sholat lagi lebih khusyu dari mereka yang sholatnya serius. saya tahu, itu agar tidak kena damprat bapak-bapak atau aa-aa yang tadi mereka ganggu dengan keributan dan bercandaan. apalagi kalau sudah tahiyat akhir, suasana hening mereka ciptakan. saat salam sudah diucapkan imam dan bapak-bapak yang ada di dekat mereka melotot, mereka saling tuduh.<br /><br />"kamu, ribut melulu...!"<br /><br />"iya, ade nih..."<br /><br />"nggak saya mah... tuh, si yayan....!"<br /><br />begitulah. saat imam memulai shalat lagi, kembali mereka bercanda-canda. atau kalaupun tidak, shalatnya sambil duduk. saya yang berdiri pegal iri ingin ikut gaya shalat duduk itu. he he, padahal itu kan shalat khusus bagi mereka yang sakit atau tak kuat berdiri. tapi sepertinya enak sekali shalat sambil duduk.<br /><br />untunglah, shalat taraweh berakhir juga malam itu. kalau dijalani sebelas rokaat memang tidak terasa apa-apa. apalagi kalau benar-benar khusyu, ikhlas, dan merasa nikmat melaksanakannya. tapi bagi anak-anak mungkin shalat taraweh lebih dinikmati ngumpul bareng temannya dan main-mainnya. ya, namanya juga anak-anak. tapi alangkah bagusnya kalau semenjak anak-anak itu mereka diperkenalkan lebih dahulu. para orang tua ada bagusnya mendampingi mereka agar tidak terlalu mengganggu orang yang memang berniat shalat.<br /><br />"kalau mau bermain, gak usah shalat sekalian..!", kerap sekali orang yang terganggu shalatnya tak bisa menahan sabar. imam juga bukan sekali dua kali mengingatkan. tapi sekali lagi, anak-anak memang memandang shalat taraweh dengan cara yang berbeda. begitu sepertinya yang ada di benak yopi and the gank of rajawali.<br /><br />ketika shalat beres dan waktunya pulang, maka jangan heran kalau sendal kita bertualang ke mana-mana. belum dikenal beberes sendal secara aa gym dan dt-nya waktu itu. menyimpan sendal sekenanya saja, berserakan di mana-mana. apalagi suasana luar cuma remang atau gelap sama sekali. bahkan tak jarang yang sandal jepitnya hilang atau tertukar. hampir tiap hari ada bapak-bapak yang pulangnya nyeker. saya sendiri pernah mengalami sekali peristiwa. <br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxpUSSkpEvzr7Nm2p5WZuh3sCwy-PFZ0iUqvjCoxbV1MftBFR500aXqoFOFHjy4-k1DOcs1jqVVtTyqJGXJY0doUO9Y3HwgMbr8GlwranMOv62ElOZHDJ5szFDztIG6MCAi-h_owIJdkk/s1600/000+sendaljepit.jpeg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 193px; height: 262px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxpUSSkpEvzr7Nm2p5WZuh3sCwy-PFZ0iUqvjCoxbV1MftBFR500aXqoFOFHjy4-k1DOcs1jqVVtTyqJGXJY0doUO9Y3HwgMbr8GlwranMOv62ElOZHDJ5szFDztIG6MCAi-h_owIJdkk/s320/000+sendaljepit.jpeg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5508505492811944466" /></a><br />"sendalnya pake plastik, bawa ke dalam, agar tidak hilang lagi...", saran ibu saya. maka besok-besoknya hampir tiap orang yang shalat bawa keresek dan meletakkan sendalnya di belakang dengan keresek itu.<br /><br />dan seperti lazimnya jaman sekarang, dulupun orang taraweh hanya rame awal-awalnya saja. pas lilikuran aula pgri kembali menjadi meluas karena orang-orang sudah jarang taraweh lagi. kamipun kadang tidak taraweh berjamaah. saya sering juga taraweh berdua dengan ayah di rumah. meskipun jumlah rakaatnya sama tapi taraweh di rumah lebih cepat karena selain bacaannya pendek-pendek juga tidak diselingi oleh ceramah kultum yang meski namanya kultum sering lebih dari tujuh menit. <br /><br />bahkan di kali lain sering juga saya tidak taraweh sama sekali, hanya melaksanakan shalat isya saja, baik ketika di rumah ataupun di masjid. tidak apa-apa, kata saya. teman-teman saya saja banyak yang tidak taraweh. apalagi bapak juga tidak terlalu mempermasalahkannya saat itu. yang penting puasanya tidak batal.<br /><br />sejak tk saya diajarkan berpuasa. hanya batal sekali waktu itu. kelas satu sd juga kalau tidak salah batal sekali. namun semenjak kelas dua hingga sekarang tak pernah batal sama sekali. alhamdulillah, puasa ramadhan telah menjadi darah daging yang mengalir dalam tubuh. alhamdulillah orang tua kami mengajarkan puasa semenjak dini meskipun saat itu hanya 'ibadah kasarnya' saja yang diajarkan. dan kini saatnya kami mencari sendiri makna yang lebih dalam dari sekedar menahan makan dan minum saja. dan masih terus mencari hingga kini. belajar dan terus belajar.<br /><br />***senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-791824107065694612010-07-22T07:08:00.000-07:002010-07-22T07:10:18.196-07:00sorry* : in harmonia progresio<br /><br />biasanya cukup dengan 'sorry' saja maka langit kembali biru dan terang. akal yang tadi tertutup prasangka menjadi terbuka lagi. gelombang dendam yang simultan mengoyak hati perlahan tenang seperti tak pernah terjadi badai sedahsyat tsunami sebelumnya. rekaman perdebatan yang tak berujung pangkal dan cenderung ingin saling mengalahkan terhapus oleh perasaan ikhlas saling memaafkan. lalu seperti mendadak diserang amnesia, semua permasalahan dilupa begitu saja.<br /><br />tapi itu dulu. dulu sekali sebelum matahari terasa panas menyakitkan. ketika udara malam masih setia dengan dinginnya tapi tidak lagi menyejukkan. saat hujan yang turun malah menyuburkan sakit hati dan benci. dan diam-diam kita saling mencari kelemahan. diam-diam kita ingin dari belakang menikam. diam-diam kita siap menarik picu pistol tepat menembus dada, mengoyak jantung.<br />black !<br /><br />tiba-tiba senyummu berubah tawa ejek, menertawakan ketololan yang entah siapa memulainya. 'sorry' tak lagi cukup ketika luka itu terus diperam. dipendam di lubuk dalam hingga membuncah. seperti bom waktu yang bisa meledak tak terduga. menghancurkan diri dan sekitar. hingga cerita tak lagi bersisa. hanya puing-puing yang meninggalkan pedih. dan luka yang makin menganga menjadi borok, menjadi penyakit.<br /><br />'Sekarang kita bukanlah sahabat bagiku<br />Sekarang kita berdua telah jadi musuh<br />Kata sayang sepertinya juga telah hilang<br />Mereka pergi angkat kaki jauh dari sini'<br /><br />karena itu lupakanlah saling menanyakan kabar. lupakanlah pernah menyimpan janji. entah masih bermaknakah doa-doa yang pernah saling terkirim. hapus saja dari ingatan bahwa dulu pernah bersama menempuh pencarian panjang, berlarian sepanjang lorong untuk sebuah mimpi. kini saatnya mengubur segala kebersamaan dan sumpah yang telah kita khianati. biarlah itu menjadi omong kosong yang menunjukkan siapa sesungguhnya kita.<br /><br />hidup itu memilih dan inilah pilihan kita yang tak bisa menyiasati perbedaan. pilihan kita yang merasa bahwa ego dan arogansi intelektual kitalah yang lebih penting. anggap saja petualangan kita di masa lalu menembus hari ini adalah kesalahan terbesar. sesuatu yang paling buruk dalam riwayat hidup kita. atau jalan terbaik yang membuka kedok kebusukan masing-masing.<br /><br />'Sorry, kita tak sejalan<br />Sepertinya kita tak sepaham<br />Sorry, sorry…..'<br /><br />ketika aku memilih timur dan kau ke barat. ketika aku ke kiri dan kau ke kanan. ketika kalimat tak lagi satu. ketika kata telah berubah makna. ketika berpisah adalah cara terakhir yang paling jitu sekaligus bodoh. semoga saja kita tidak menyesal. sorry !<br /><br /><br />(*diinspirasi dari sorry, sebuah emo melodic punk by netral )<br /><br /><br />****<br /><br />'Sekarang aku berkawan dengan kesepian<br />Sekarang kita berdua sependeritaan<br />Belajar mengenal cinta Arti kata sayang<br />Semoga esok lebih baik dari hari ini'senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-10292743154935778152009-09-28T00:32:00.000-07:002009-09-28T00:40:59.332-07:00pintu 18, hidup itu kemping bagian 3.....<br />hidup itu kemping<br />menantang kemapanan<br />memaknai keterasingan<br />merasakan kesendirian<br />menyiasati kegetiran<br /><br />mereguk pengalaman<br />yang tak bosan-bosan<br />......<br /><br />malam pertama bagi pengantin baru katanya menegangkan. begitu pula bagi kami para pecinta alam dadakan yang baru pertama kali kemping di gunung guntur. segala macam perasaan berkecamuk dalam dada. takut kalau-kalau gunung tiba-tiba meletus. takut kalau-kalau tenda tiba-tiba diterbangkan angin. juga takut kalau tiba-tiba ada hewan buas mendekati tenda dan tanpa permisi ikut masuk ke dalam tenda.<br /><br /><br />teringat pula cerita wildan fahmi beberapa waktu silam.<br />"kadang-kadang bagong juga masih ada, yan....!" katanya sebelum kami mandi-mandi di bawah curug yang airnya deras. " biasanya mereka keluar di malam hari, kadang ke sungai untuk minum..." sambungnya.<br />" tapi tidak menyerang manusia, kan?"<br />" tergantung,... kalau tempat tinggalnya terganggu pasti mereka akan menyerang manusia..."<br />" kalau menyerang kita bagaimana, dan...?"<br />" usahakan saja kalau dikejar kita jangan berlari lurus, tapi bolak-belok... mereka kan menyeruduk kayak banteng.... pasti kita selamat ! itupun kalau kita tidak panik. tapi biasanya kan panik duluan. makanya kalau di gunung tidak boleh panik. kalau ada apa-apa harus tenang. otak tetap bekerja selain otot"<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCa2cpYifbMFUM9yosPMCsfcFh8GJHKqHcKdF5uz8ZK9D5_VTGF76Xc5KSsuHDClB222rK9qfyfRF1OHx282NYa0xS4Ql3_CDwt55Uw9cz2-OcJ2mw6xWS88Db5gjFPRAb7B4Xp1y2gBk/s1600-h/033.JPG"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 218px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCa2cpYifbMFUM9yosPMCsfcFh8GJHKqHcKdF5uz8ZK9D5_VTGF76Xc5KSsuHDClB222rK9qfyfRF1OHx282NYa0xS4Ql3_CDwt55Uw9cz2-OcJ2mw6xWS88Db5gjFPRAb7B4Xp1y2gBk/s320/033.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5386418512815843618" /></a><br />jangan panik. ya, apa yang mesti ditakutkan toh belum tentu dan belum kejadian ? tapi kan waspada dan hati-hati tetap sebuah kewajiban.<br />" jo, sekeliling tenda sudah ditaburi garam ?" sebagai tanda hati-hati aku memastikan segala sesuatunya harus beres.<br />" sudah..sudah...!" a asep yang jawab di antara sadar dan ngantuk.<br />alhamdulillah. cukup aman. konon sekeliling tenda ditaburi garam agar hewan melata tidak berani mendekat misalnya ular, kadal, kelabang, dan sebangsanya. katanya, mereka akan merasa perih kalau tubuhnya terkena garam. pantes aja kemarin ijo wanti-wanti agar membawa garam balok agak banyak.<br /><br />tapi masih juga kami merasa was was setajam silet. tadi sebelum masuk ke tenda sempat menengok arah pepohonan. kok, mirip monster ya. tapi ah, yakin kalau itu cuma pohon. waktu mencari ranting ke arah sana bareng ugun itu kan memang pohon. tapi kenapa tadi mirip monster ya. apakah kalau malam pohon itu berubah jadi monster? hiiy... jadi serem, ya. lagian, malam ini kok sepi banget.<br />" yan, udah tidur ?" kata ugun setengah berbisik.<br />" belum... susah tidur, euy !"<br />" sama.... yang lain udah pada tidur?"<br />" sepertinya sudah, tuh si ijo mah ngorok....eh, jam berapa sekarang...?"<br />" setengah satu...!"<br />" sepi ya... nyalakan radio...!"<br /><br />ugun memutar-mutar gelombang radio. kebanyakan sudah keresek-keresek. ada juga yang muter lagu nasional, rayuan pulau kelapa. sudah itu keresek-keresek. siarannya habis sampai di situ. akhirnya didapat pula radio yang masih bersiaran. entah radio apa. oh, siaran dongeng atau mungkin sandiwara radio.<br /><br />" udah, itu aja gun...."<br /><br />ugun berhenti di siaran itu lalu mengoptimalkan gelombang agar suaranya lebih jernih. diputar-putarnya pula antena radio hingga dihasilkan suara yang oke. namun keresek-keresek masih tetap saja ada. kamipun dengan khusyu mulai menyimaknya. suara musik yang dramatis menyeramkan sebagai latar belakangnya.<br />" mak lampir pun menghampiri para pemuda yang sedang kemping di gunung yang dikuasainya seraya berseru..... Hik hik hik... kalianlah mangsaku berikutnya... hik hik hik!"<br />" matiin gun.... sereeeem !"<br />sekejap radio itu sudah dimatikan. kamipun buru-buru berlindung di balik sarung masing-masing. berdoa agar cepat tertidur. berdoa agar pagi segera saja datang.<br /><br />tapi masih terngiang juga suara mak lampir itu,...hik hik hik.....<br /><br />***<br /><br />kami dibangunkan oleh adzan fals nya a asep. uh, di mana nih kok gelap begini ? lho lupa atau apa...kan, masih di gunung. masih di dalam tenda sempit. duh, punggung lumayan pegel juga. kok, kasurnya empuk banget sih ?<br />" bangun euy... bangun.... udah shubuh, sholat...!" a asep membangunkan semuanya sehabis menyelesaikan adzan shubuh tadi.<br />" masih gelap juga... tidur lagi ah...." ombi yang baru menongolkan kepalanya di pintu tenda langsung berbalik.<br />" eh, sholat mbi....!"<br />kami semua keluar dari tenda. masih pada bersarung dan berkupluk.<br />" dingin....!" ugun berseru<br /><br />untungnya dingin shubuh bisa terhibur dengan pemandangan maha sempurna dari alam. langit gunung menawarkan bintang gemintangnya yang bertaburan tanpa dihalangi mendung atau awan gelap. apalagi suasana sekeliling yang gelap menambah kesempurnaan cahaya yang mungkin saja sebenarnya sudah pudar berjuta tahun silam itu. padahal di waktu-waktu lainnya langit malam selalu saja dicuekin karena biasanya juga seperti itu. tapi entah kenapa kali ini terasa lebih indah, lebih jelas dan lebih dekat. ingin rasanya sejenak terbang memunguti satu-satu.<br /><br />" yang itu rasi kalajengking.... yang itu rasi beruang....yang itu rasi bintang layang-layang " aku menjelaskan bentuk-bentuk yang sudah kekenal dari buku pelajaran fisika kelas dua.<br />" itu, yang maju apa, yan.....?" ombi berseru<br />" mungkin itu bintang jatuh atau meteor...... dari tempat dengan pencahayaan kurang seperti ini semua terlihat jelas, ya"<br />" coba kalau ada teleskop....!"<br />" sholat dulu, barudak....!" a asep kembali mengingatkan.<br /><br />berduyun-duyun kami menuju bawah. menuju aliran sungai untuk mengambil air wudhu. brrr, dingin pisan.....<br /><br />setelah sholat, ijo membuat perapian lagi. dingin-dingin begini paling enak minum kopi sambil berdiang di depan perapian. perapian juga dimanfaatkan sebagai pengusir binatang buas yang umumnya takut melihat api. di atas perapian dipanaskan sepanci air.<br /><br />" kemping kalau dinikmati bakal nikmat....!" ujar ijo sambil meniup bara di perapian agar apinya membesar.<br />" setuju... tapi dinginnya itu, jo..." tukas aku.<br />" makanya belajar merokok...nih, jarcok !" sahut ijo dan dengan cekatan dia menyalakan rokok di bibirnya dengan bara dari perapian. asap rokok keluar masuk dari mulut dan hidungnya.<br />" nanti ah... kalau kopinya udah jadi..."<br /><br />kami mengelilingi perapian yang mulai membesar. a firman memasukkan ranting-ranting dan beberapa batang kayu bakar. untungnya beberapa sudah mulai kering. beberapa yang masih basah diletakkan di dekat perapian agar cepat kering.<br />" ombi ke mana ?" tanya a firman celingak-celinguk.<br />" tidur lagi, masih ngantuk katanya, biasa shubuh jam enam sih......" jawab a asep.<br />" oh, seandainya ada hui boled......!" ijo mulai berkhayal<br />" ada, jo.... tadi di jalan menuju tenda ada kebon.... kayaknya kalau singkong...!" sahut ugun. aku dan dia memang sempat melihat kebun tak jauh dari tenda kami.<br />" sok atuh nyabut..... bubuy singkong plus kopi.... enak, yan !"<br />" nggak mau ah, maling itu mah... nanti saja kalo ada yang punya kita minta... kalau perlu beli..."<br />" iya, ding.... nanti malahan sakit lagi..."<br /><br />kamipun melupakan khayalan tentang singkong bubuy dan sejenisnya. untuk sementara kopi plus jarcok sudah cukup. sruput-sruput...... huuuhh....<br /><br />menit berlalu cepat langit beranjak terang. di sekeliling kami mulai kelihatan semuanya juga. pohon yang semalam diduga telah menjelma monster ternyata tetaplah sebuah pohon. rerimbunan perdupun mulai kelihatan jatuhan embunnya. kota yang semalam terang berkilau kini mulai padam dan terlihat seperti pemantauan 'google earth 3 dimensi'. dan meski bintang mulai tak tampak di langit ada pengganti yang tak kalah menakjubkan.<br /><br />" sun rise ! ", kami berseru terkagum-kagum dan tersenyum hangat ke arah matahari di timur sana. sang matahari balik tersenyum dengan kehangatannya yang tidak terbendung.<br /><br />ah, bumipun benar-benar hangat karenanya.<br /><br /><br />**<br /><br />jatuhan air curug menimpa punggung. antara nikmat dan sakit seperti di gebugin hansip pada awalnya (emang pernah ?) . namun lama-lama saat sudah terbiasa enak juga. seperti dipijit. tubuh menjadi segar. terbayar sudah lelah perjalanan mendaki dari tenda ke curug sekitar satu jam dengan sejuknya air curug.<br /><br />butuh tambahan keberanian untuk mandi di bawah curahan air puluhan kilogram. akupun awalnya ragu-ragu. dengan bismillah langsung masuk, bergabung bersama ombi, a asep, dan ugun yang sudah bermain air dan ketawa-ketawa senang. sementara a firman masih enggan. masih memilih bermain gitar di pinggiran.<br /><br />meskipun baru kami doang yang sudah sampai di curug namun kami tak berani 'naked ria' sambil mandi. nanti dikira tarzan lagi meskipun habitatnya emang bener di hutan ini. makanya celana hawai yang kami pakai tak kami copot saat mandi. paling-paling cuma bajunya saja yang dicopot dan diletakkan begitu saja di antara bebatuan besar yang ada di sana.<br /><br />untungnya curug belum ramai. diprediksi hari ini curug bakalan ramai oleh orang-orang yang berpiknik dan berkemah seperti kami. dan kalau udah banyak orang biasanya tidak bisa sebebas sekarang. kamipun berpuas-puas diri dengan kondisi yang masih memungkinkan ini. a firman pun sudah bergabung berbasah-basah.<br /><br />terasa lengkap tujuan berkemah kami. ya, curug adalah target utama kami semenjak dari rumah dan mandi di bawah guyuran air alami including di dalamnya. ke citiis tanpa mandi di curugnya sama juga boong. " sama dengan ke mekkah tanpa ke madinah", kata wildan fahmi sedikit lebay pada suatu waktu. karenanya kesempatan langka ini kami manfaatkan sebaik-baiknya. jarang-jarang ada kesmpatan kemping tiap semester<br /><br />meski tanpa ijo. ijo ? iya, makhluk itu kemana, ya?<br /><br />ada. ijo sedang korpe di tenda. sebagai komandan ekspedisi ijo rela mengorbankan dirinya sendiri demi kesenangan anak buahnya. ijo memutuskan untuk menjaga tenda saja daripada tenda ditinggalkan nanti ada orang iseng yang menjarah barang-barang bawaan anak-anak. sementara anak-anakpun ingin melaksanakan amanat wildan untuk mandi-mandi di curug. dan jarak tenda ke curug ada sekitar sejam perjalanan.<br /><br />" nanti saja, aku ke curug di kloter kedua, sendirian..." putus ijo. anak-anak seneng dan bergegas meninggalkan ijo dengan setumpuk alat-alat makan kotor. tapi ijo rela. toh, di pramuka juga di sering kebagian tugas-tugas seperti ini. yang penting, teman-teman saya senang, katanya dalam hati.<br />" tapi jangan terlalu lama....!" teriak ijo di kejauhan ketika anak-anak mulai meninggalkannya. alone.<br /><br />namun anak-anak sedang melupakan teriakan ijo tadi. saat curug mulai dipenuhi orang-orang berpiknik, kami tanpa ijo sedang mendaki lagi bukit yang ada di atas curug. setelah puas mandi-mandi. setelah puas dengan pijitan alami. setelah puas bermain air. saatnya menjajal keberanian lagi.<br /><br />" kata wildan, di atas curug utama, masih ada dua curug lagi....!" ajakku pada anak-anak. anak-anakpun penasaran. juga sedikit niat jelek, mau kencing di curug atas kan aliran airnya nanti dipake mereka yang ada di cfurug utama bawah. soalnya sempet sebel ke orang-orang yang datang belakangan yang membuang sampahnya di mana-mana. lalu dengan tanpa sopan berteriak-teriak seenaknya. emangnya ini di hutan ? kan, memang. tapi gak usah gitu-gitu amat dong.<br /><br />" kan, tiap orang beda-beda tingkat intelektualnya..." a firman menengahi<br />" lagipula kalau kita kencing di atas... berarti nyampe juga dong ke sungai dekat tenda kita... mau minum kotoran sendiri...? " sambung a asep.<br />iya juga. makanya kami mengurungkan niat untuk membuang hajat di curug atas. biarlah orang-orang yang mengotori hutan dan gunung dihukum sama alam sendiri.<br /><br />***<br /><br />apakah wildan yang bohong atau kami yang kurang gigih mencarinya? yang jelas di atas curug utama kami hanya menemukan sebuah curug yang kapasitasnya lebih kecil. lalu kami menelusuri lagi ke tempat lebih atas dan atasnya lagi. bela-belain kena duri dan berkali-kali terpeleset.<br />" nanti bakal ditemukan, air yang keluar dari dalam pasir... bagus banget !" masih teringat ucapan wildan waktu itu. mungkin itulah mata airnya. akupun jadi penasaran karena pada saat pertama kali mendaki gunung ini beberapa waktu lalu tidak sempat berkeliling lebih jauh. wildan memang jurignya citiis karena dia sering main ke gunung ini. makanya aku percaya benar dan meneruskan 'amanat' wildan ke anak-anak hingga anak-anak yang lainpun penasaran juga.<br /><br />tapi hingga sejam lebih kami mencari dan menelusuri hulu sungai tak juga kami temukan. air curug yang ke bawahnya deras banget ternyata semakin disusuri ke hulu semakin hanya berupa aliran sungai kecil saja dengan semak belukar dan batu kecil di sisinya. airnya kelihatan semakin jernih.<br />" kalau air ini aku berani minum langsung....!" ujar ombi sembari mengambil air dengan tangannya dan meminumnya. kamipun mengikutinya. airnya memang seger.<br />" kayak air akua, ya....!'"<br />air seger itupun kami masukkan ke dalam botol air mineral masing-masing. kami melanjutkan perjalanan menusuri aliran sungai ke arah hulu. namun ternyata jalan setapak semakin sulit. mungkin jalan ituy belum ada artinya belum ada orang yang nyampei ke sini. kalaupun ada mungkin sudah lama sekali. suasana hutan terasa sehutan-hutannya. sepi dan sesekali suara binatang hutan saja.<br /><br />" istirahat dulu, yu..." a asep mengajak kami berhenti. cape juga, naik turun gunung.<br />" kayaknya mah, air keluar dari pasirnya gak bakal ketemu, yan...!" kata ombi sambil minum air akua alami.<br />" iya.... kita turun aja.... kasihan si ijo....."<br /><br />kamipun memutuskan untuk kembali ke tenda. hati-hati menuruni bukit di atas gunung. jalan turun lebih licin dan susah. harus ekstra waspada. kata sebagian pendaki, jalan menurun saat pulang lebih berbahaya daripada jalan saat mendaki. ini disebabkan kondisi kita yang sudah cape saat mendaki sebelumnya.<br /><br />memang demikian. makanya segala yang bisa dipegang untuk membantu turun kami pegang. rumput alang, pohon, bahkan batu kami jadikan pegangan agar tidak terpeleset. tak lupa kami saling memperhatikan teman di depan atau di belakang.<br /><br />kalau pas berangkat tadi kami menggunakan jalur ilalang, maka pas kembali ke tenda kami menelusuri aliran sungai. beberapa kali berpapasan dengan orang-orang yang hendak ke curug. lalu saling menyapa basa-basi seadanya<br />" di atas rame, a...?<br />" rame....!"<br />" terima kasih..."<br /><br />tempat-tempat yang kami rimbun oleh pepohonan sehingga mirip goa. tiba-tiba saja teringat dengan tempat syutingnya film-film silat indonesia. ya, gak jauh beda lah. makanya kami harus siaga juga. siapa tahu, kapaknya wiro sableng nyasar.....senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-65196705993208952802009-09-16T21:50:00.000-07:002009-09-16T21:53:56.477-07:00pintu 17, hidup itu kemping bagian 2hidup itu kemping<br />perjalanan serba sementara<br />perjalanan mengira-ngira<br />belajar dari tenda ke tenda<br />belajar dari angka ke angka<br />belajar dari lupa ke lupa<br /><br />..............<br /><br />hujan ternyata rada lama turunnya meskipun tidak besar. rencananya kalau tidak hujan kami mau langsung bikin perapian dan masak di situ. maksudnya biar irit parafin bahan bakar yang mirip lilin itu. takut di gunung parafinnya tidak cukup karena belinya terbatas. harganya ternyata sudah naik lagi.<br /><br />ya, kemarin aku, ijo, dan opik membeli parafin di toko sumatra jalan a yani sepulang sekolah. toko sumatra adalah toko-toko yang jaman itu menjual berbagai macam keperluan kepramukaan. termasuk tanda-tanda lokasi sekolah atau lambang-lambang yang biasa dijahit di seragam baik seragam sekolah ataupun seragam pegawai.<br /><br />dari sekolah kebetulan toko ini tidak terlalu jauh. hanya beberapa kali nafas dan nyebrang dua kali. makanya kami berjalan santai saja di tengah terik matahari. langsung menyeberang di depan gerbang sekolah yang berhadapan dengan toko citra, sebuah toko yang menurut ugun aneh sekali. tokonya nggak rame padahal terletak di tempat yang strategis. ruangannyapun luas seperti toko merdeka jaman itu. ada tingkat satu dan tingkat duanya. konsepnya swalayan. pelayannyapun teteh-teteh yang manis-manis. sepengetahuanku sejak dari pertama dibuka hingga sekarang toko ini selalu saja sepi.<br />" menurut aku, toko ini sepi gara-gara pelayannya ", ujar ugun suatu ketika sepulang kami diklat basket sore-sore di sekolah.<br />" emang kenapa?"<br />" lihat aja, pelayannya pada berdiri di muka toko... kita baru datang aja udah langsung dilayani ini itu..."<br />" kan malahan bagus..."<br />" tapi pembeli jadi segan, yan. apalagi yang niatnya cuma mau lihat-lihat dulu....toko-toko kan biasanya rame bukan karena banyak yang beli. tapi banyak yang lihat-lihat. cuci mata. window shopping !" jelas ugun panjang lebar.<br />" ya, terus...?" aku belum ngerti juga.<br />" kalo banyak pengunjungnya, walaupun gak beli sering disangka barang-barangnya bagus atau murah... makanya orang pada berdatangan ke situ...dan kadang-kadang yang mulanya gak niat beli bisa jadi beli"<br />iya, juga ya. pengalaman aku juga gitu. keluar masuk toko cuma lihat-lihat harga saja. beli mah kapan-kapan.<br /><br />tapi kalau sekarang aku, opik, dan ijo sedang termangu di sebuah kios pedagang kaki lima emang beneran cuma berniat lihat-lihat saja. dasar opik, di tukang jeroan ( daleman ...daleman... buat cewek !) yang mangkal di depan toko sinar timur. diajaknya kami bertukar pendapat.<br />" koleksinya nambah, jo....!" kata opik<br />" iya, kayaknya yang di atas itu bagus, pik!"<br />sialan ! opik dan ijo kini malah mengomentari bh yang digantung si mang tukang jeroan di rak kayu sederhana itu.<br />" yang itu unik... ada rendanya..."<br />" ini dong.... ukurannya jumbo...."<br />lalu ketawa-ketawa. tuh, kan. iseng banget.<br />" sok, mau beli yang mana jang...?" sebuah suara mengagetkan. ternyata si mang jeroan udah ada di samping kami.<br />" nggak...nggak... cuma ngecek aja...!" sahut opik antara malu dan menahan tawanya. aku juga jadi ingin ketawa tapi ditahan, takut si mangnya malah kesinggung.<br />" hebat lah si mang...koleksinya nambah terus...!" sambung ijo<br />" eh, jangan ngehina...!" si mang malah kesinggung beneran.<br />" nggak kok..mari mang, makasih....." tukas anak-anak langsung cabut<br /><br />kamipun berjalan lagi. anggap saja hiburan, kata opik tadi. hiburan apaan ? malu nih malu. kasihan juga tukang dagangnya dilecehin gitu. tapi ijo dan opik masih ketawa aja hingga sampai di toko sumatra. membeli barang yang diinginkan yaitu parafin.<br />" harga pas...!" sahut pelayan toko saat kami menawar.<br />akhirnya kamipun harus rela dengan harga yang ditawarkan karena toko yang menjual parafin memang hanya itu satu-satunya.<br /><br />***<br /><br />dan kini dua buah balok kecil parafin sudah terpakai untuk memasak nasi di dalam tenda. karena hujan belum reda maka kami memasak nasi di dalam tenda. panci ijo yang sudah hitam pantatnya jadi andalan utama saat itu (nb : perhatikan cara baca dan jeda tiap kata, tahu kan, maksudnya bukan pantat ijo yang hitam, tapi pantat panci...maklum, itu emang khusus panci kemping, kata ijo). kamipun berharap-harap cemas menunggu kematangan nasi liwet cap kemping itu. mungkin inilah makan sore pertama di tengah gunung.<br />" pake garam jo....!" usulku.<br />" gak usah, ..enggak enak !"<br />akupun diam aja. membiarkan ijo sendirian memasak nasi. a firman dan ombi udah ketiduran. mungkin terjebak di antara cape dan lapar. ugun sibuk memutar-mutar gelombang radio. a asep sedang di luar dengan jas hujan yang dibawanya membetulkan tenda yang tadi sempat kena angin serta air hujan yang terkumpul di atas tenda. dia juga mengencangkan tali-tali pengikat tenda. kini tenda lumayan nyaman ditempati meskipun kami harus berdesak-desakan. ya, dipas-pasin dan dienak-enakin aja. namanya juga kemping.<br />" udah berhenti hujannya...!" a asep berseru dari luar.<br />aku keluar tenda. hujannya sudah berhenti. hanya tinggal kabut dan dingin saja. tapi udara jadi segar.<br />" yan, cari ranting....!" perintah ijo yang juga keluar dari tenda. nasi dalam panci yang belum matang dibawanya keluar. lalu kompor parafin yang masih nyala. kini dia memasak nasi di luar tenda.<br />" ayo gun, nyari ranting....!"<br />ugun mengambil golok yang tergeletak di tanah. aku dan ugun menembus semak-semak di sekitar kami mendirikan tenda. ya, yang dekat-dekat aja. kalau kejauhan mah takut juga.<br />" yang kering, ya....!" ijo berseru lagi<br />" yang kering ? nggak ada atuh jo.. pada basah nih...." sahut ugun<br />" seadanya ya...?"<br />tapi ijo tidak menjawab. kini dia sibuk menutup perapian kompor parafinnya dari angin yang menghembus. ah, bentar lagi masak nih nasinya. habis ini bikin perapian.... bikin kopi. sambil ngerokok, pikir ijo.<br /><br />***<br /><br />meskipun dalam urusan naik gunung ijo sudah setengah profesional, tapi dalam masak memasak ilmunya masih belum seberapa. terbukti, anak-anak tadi cuma disuguhi nasi liwet setengah jadi. istilahnya masih 'gigih'. mungkin kebanyakan air. ijo juga sempet mikir, kenapa airnya gak kering-kering. jadinya gitu deh, atasnya belum matang sementara bawahnya gosong. itulah pencapaian maksimal seorang ijo dalam hal masak nasi di hari pertama kemping bersama kami.<br /><br />untungnya ijo gak hilang akal. nasi yang setengah matang itu langsung ditaburi supermi kering yang diremes-remes plus bumbu plus minyaknya. seterusnya ijo dengan kalap mengaduk-aduk nasi aneh itu. eksperimennya tak berhenti di sana. ikan asin yang dibawanya dari rumah ditaruh di atas nasi ajaib itu. setelah dirasa cukup, barulah ijo menghidangkan kreasinya yang entah diilhami acara tivi mana itu.<br /><br />kini anak-anak sedang berusaha mencerna makanan itu. namanya juga kelaparan, makanan seancur apapun masuk ke perut dengan tidak mempedulikan bagaimana nantinya.<br />" pingin yang enak-enak mah , di rumah aja....!" selalu begitu alasan ijo saat anak-anak tadi mengkritik habis kreativitasnya.<br />" gak apa -apa sih, minimal masih ada rasanya....," a asep sedikit membela ijo. tapi, enak juga pikirnya. dan dengan tanpa dosa dia menghabiskan sisa nasi yang berupa kerak gosong di atas panci.<br /><br />aku membereskan alat-alat makan tadi : panci yang bawahnya tambah hitam, piring plastik yang tak seragam, dan beragam ukuran sendok. bersama ugun aku turun ke bawah untuk membersihkannya. udara dingin tak kami hiraukan. yang penting perut sudah terisi nasi. sebentar lagi magrib akan datang. langit beranjak gelap.<br />" sekalian ambil air bersih...!" seru a firman dari atas.<br />" tempat airnya....!!" sahut aku dan ugun.<br />" awas.... tangkap...!" a firman melemparkan botol air mineral kosong ukuran satu liter.<br />ugun dengan sigap menangkapnya. ugun bergegas mengisinya dengan hati-hati agar tidak ada kotoran atau pasir yang masuk.<br /><br />air sungai yang kami gunakan merupakan aliran dari curug citiis. airnya masih jernih. kata wildan bisa diminum langsung tanpa direbus. hanya saja kalau sudah ke hilir seperti tempat kami berkemah ini agak riskan juga. siapa tahu di hulu, di dekat curugnya telah digunakan orang untuk berkegiatan. ya, meskipun kelihatan bening dan menyegarkan mungkin saja telah dikotori manusia-manusia yang kemping di atas. makanya kami gak berani minum air itu secara langsung tanpa merebusnya. kecuali ijo, " kalau mau yang yang mateng mah di rumah aja...!" dan langsung meminumnya tanpa keraguan. lalu, " seger...!" sambungnya dengan mimik kayak iklan-iklan minuman di tivi swasta. mungkin kalau dari mata airnya langsung atau dari air terjun kami masih mau meminumnya langsung. berhubung air ini sudah mengalamai perjalanan cukup panjang dan tidak dijamin di perjalanan tidak kena kotoran manusia maka kami waspada dengan cara merebusnya. biarlah ijo saja yang jadi korban sakit perut dengan kenekadannya itu.<br /><br />"Allohu akbar..allohu akbar....!" tiba-tiba terdengan orang beradzan. fals dan seadanya dengan tanpa mikropon. ternyata a asep sedang berdzan karena waktu magrib telah tiba. sayup-sayup memang terdengar suara dzan dari kampung terdekat dengan kami berkemah.<br />" sekalian wudhu aja, gun....!"<br />anak-anak lainpun pada turun ke air sungai untuk berwudhu. hanya a asep dan ijo saja di atas. a asep meneruskan adzannya hingga selesai, sementara ijo sibuk membuat perapian lain, untuk membuat air panas dan juga api unggun. sayangnya, ranting-ranting yang dibakarnya masih basah. makanya agak susah juga dia membuat perapian bahkan hampir lupa shalat magrib kalau tidak diingatkan.<br /><br />**<br />tim ekspedisi nasi liwet remes mie instan.... dalam hujan... terasa nikmat semuanya<br /><br />setelah shalat berjamaah secara sederhana, kamipun berkumpul di depan api unggun sambil menunggu air panas yang belum mendidih. rencananya mau bikin kopi. wah, asyik pisan. tapi, berhubung rantingnya basah, apinya susah naik. untungnya kami cukup bersabar. sempat juga ombi nanya ke ijo, " kenapa gak pakai parafin aja biar cepet, jo...?"<br />" harus irit, mbi....parafin nanti digunakan kalau darurat...!" sahut ijo.<br /><br />orang sabar memang biasanya berhasil. seperti kami yang saat itu akhirnya bisa juga menyeruput kopi dengan rasa yang lumayan untuk ukuran gunung. jangan disamakan dengan kopi butan rumah deh. pasti jauh. tapi yang lebih penting kan suasana. tujuan kami berkemah di tempat yang jauh dari rumah kan salah satunya membeli suasana seperti ini : hening sepi, dingin, gelap di sekitar, cemas kalau-kalau turun hujan lagi, kerja sama tim, dan sedikit tegang.<br /><br />dengan kemping juga kami sedikit beban pelajaran yang dirasa-rasa semakin sulit. lupa dengan omelan bu marni kalau ada anak yang tak buat pr yang kadang merembet ke semua anak. lupa dengan ulangan-ulangan yang bikin kelimpungan. lupa dengan suasana kelas yang sering bikin suntuk. pokoknya dengan kemping kita lupakan status kita sebagai pelajar, hari ini dan dua hari ke depan kita posisikan diri sebagai pelarian yang sedang mencari kebebasan di alam liar.<br /><br />juga mencoba hal-hal yang baru. yang belum 'begitu' boleh. seperti,<br />" isap dulu...., baru minum kopinya... jadi gak pahit....!" ijo membagikan ilmunya. kali ini pelajaran bagaimana caranya agar tidak kedinginan di gunung secara praktis : merokok.<br />" ah, pahit...!" jawabku. ugun dan ombi juga merasakan hal sama. secara cuma kami bertiga yang sedang belajar smoking. maka ijo melanjutkannya ke sub bab 'bagaimana agar merokok di gunung tapi tidak pahit untuk pemula'. pelajarannya ya itu tadi.<br />" coba... isap yang dalam..... keluarkan asapnya dari idung...., langsung minum kopinya....enak kan....gak pait....!" ijo kembali mengajari.<br />kamipun mencobanya. uhuk..uhuk... aku batuk. ombi dan ugun lancar. lali menyeruput kopi yang masih panas itu. sruuttt... enaknya kopi manis.<br /><br />" kalo di gunung jarcok lebih cocok..." jelas ijo sambil mengeluarkan asap rokok.<br />kami para amatiran merokok cuma ngangguk-angguk aja. jarcok adalah nama merek rokok yang kami isap di gunung ini. sayangnya ijo tidak menjelaskan lebih lanjut kenapa jarcok yang pas untuk di gunung. apakah karena ijo adalah seorang salesman rokok jarcok?<br />" harganya murah,....jadi bisa beli banyak...!" a firman yang menjelaskan.<br />" kalo gitu, kenapa tidak bakao sama pahpir aja jo...?" tanyaku<br />" itu juga bawa..... tapi nanti kalau darurat..."<br /><br />sambil merokok dan ngopi kami memandang ke bawah, ke arah kota yang sudah bermandikan cahaya lampu. indah sekali dengan kelap-kelip seperti perhiasan. konon bung karno menamai kota ini kota intan di tahun enam puluhan karena kerlipnya yang menakjubkan ini. kamipun, meski jauh dari rumah dan beberapa puluh meter di atas permukaan laut dengan melihat kota yang bercahaya merasakan dekat sekali dengan rumah. apalagi sambil mendengarkan radio siaran request lagu-lagu.<br /><br />" lihat, yang warna merah itu...!" a asep menunjukkan sesuatu di arah kota.<br />" itu apa a..!" tanya kami penasaran.<br />" itu toko asia...!"<br />" kalau yang merah ?"<br />" itu mah masjid agung....!"<br />malam itu kami lalui dengan ngobrol-ngobrol segala macam. termasuk rencana esok hari yang katanya mau menuju ke curug citiis tingkat tiga. tempat yang paling ramai dikunjungi orang-orang yang piknik. kalo sempet mau naik lebih atas lagi. nyari edelweiss liar.<br /><br />" tidur ah......" ombi masuk.<br />" isya dulu mbi...! seru a asep.<br />" tadi udah di jama...!"<br />" emang bisa kitu....? ini mah bukan perjalanan...."<br />" ah, udah tanggung..." ombipun dengan selimutnya yang dari tadi dipakainya untuk menahan dingin meneruskan niatnya. capek juga ya, tidur pasti enak. dia langsung merebahkan tubuh.<br /><br />ya, semua merasa cape. tubuh kumayan pegel-pegel. ijo mengambil cempor dan dinyalakannya. lalu dia menggantungnnya dengan hati-hati di bambu penahan tenda. a firman dan ugun juga udah masuk ke tenda. di susul ijo. posisi menentukan prestasi. dengan tenda yang sempit memang harus berbagi tempat dengan yang lain. tapi biasanya yang tidur duluan tak bisa diganggu gugat.<br /><br />makin lama makin dingin. tak ada alasan berlama-lama di luar tenda. akupun gabung dengan anak-anak berdesakan dalam tenda. hiih... dingin uy....<br /><br />" aduh... kakiku keinjek...."<br />" sorry mbi...sory..."<br />" tidurnya gak enak uy... keras..."<br />" pingin enak mah.... di rumah aja...."<br /><br />***senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-83408544967472115892009-09-16T21:34:00.000-07:002009-09-16T21:37:33.471-07:00pintu 16, hidup itu kemping bagian 1pintu 16, hidup itu kemping bagian 1<br /><br />hidup itu kemping<br />menyusuri jalan setapak<br />menyibak belukar dan semak<br />mencari tanda-tanda dan jejak<br />dengan beban di pundak<br />tetaplah berjalan tegak<br />tetaplah mengabai jarak<br />meski masih tanya : bilakah kita di puncak<br />....<br /><br />" lewat mana, jo.... cemara atau menyusur sungai?"<br />" cemara....lewat sungai mah, pulangnya aja...!"<br />" hayu, barudak....!"<br /><br />enam pasang kaki itupun meneruskan langkah kaki. memilih melanjutkan perjalanan di antara batuan besar kasar bekas letusan gunung ketimbang berbelok kanan ke tanah yang lebih rata. tadi sempat istirahat sekitar 3 menit di antara persimpangan jalan setapak setelah berjalan lebih dari sejam mulai dari belokan jalan cipanas. tujuannya citiis di gunung guntur kawasan cagar alam kamojang.<br /><br />sempat pula turun hujan gerimis. namun tak menyurutkan langkah untuk terus ke tujuan. dengan ransel seadanya mereka terus saja berjalan. ada ijo, aku, ugun, ombi, a firman, dan a asep yang akhirnya mengikuti ekspedisi kempingnya ijo kali ini. ya, ekspedisi ijo yang sebelumnya kan napak tilas yang gagal jadi juara. ceritanya ijo ingin menebus kesalahan perhitungannya dulu di napak tilas dengan mengajak kami kemping di tempat yang berhawa dingin ini.<br /><br />dan seperti pernah diceritakan mula bahwa tujuannya adalah citiis gunung guntur yang saat itu masih banyak hutan cemaranya. masih menawarkan kesegaran dan kalau rajin bisa nemu edelweiss.<br />" itung-itung latihan sebelum ke himalaya, gunung yang cetek aja dulu...!" kata ijo saat menawarkan proposal ekspedisinya beberapa hari lalu. ya, citiis emang cukup gampang didaki dan ditelusuri. bahkan kalau gak niat kemping, cuma piknik aja juga bisa. pagi berangkat, ashar juga udah nyampe rumah. yang ditawarkan di citiis selain gunungnya yang unik, serta hutan cemara yang masih rimbun, juga ada air terjunnya yang bertangga-tangga.<br /><br />"ada tujuh air terjun, besar dan kecil..." kata wildan ketika pertama kali memperkenalkan gunung guntur dan citiisnya. dulu, waktu kelas dua aku bareng wildan, nurdin, dan yuyus yang terhitung teman sekelas pernah mendaki gunung guntur meskipun tidak kemping. seumur-umur, baru kali itulah aku mendaki gunung secara mandiri. berempat kami memulai langkah dari rumah wildan di tarogong. namun saat itu ucapan wildan belum sempat terbuktikan karena waktu yang terbatas. hanya sekitar empat air terjun yang ukuran standar aja yang sempat ditemui. namun itupun tak mengurangi keindahan yang ada.<br /><br />dan kini, i'm back again. kesampaian juga niat ingin kemping di gunung ini. makanya proposal ijo kuterima dengan baik dan kusampaikan kepada teman yang lain. tadinya the thinker mau ikut semua. lagi-lagi eka gak bisa ikut. opikpun menjelang keberangkatan membatalkan rencananya karena ada keperluan keluarga. aku mengajak sepupuku, a firman. diapun oke untuk ikut. sementara ombi mengajak a asep, pamannya yang umurnya tidak jauh beda dengan kami. sebenarnya ombi ngajak a asep agar ada yang udah sepuh aja.<br />" mbi, sama a asep aja... biar ada yang jaga..." kata ibu ombi. dengan syarat itu barulah ombi boleh ikut. secara, ombipun untuk urusan kemping di gunung baru sekali ini. makanya ortunya khawatir kalau tidak ada pendamping yang lebih tua takut ada apa-apa. memang sih, dulu di kegiatan pramuka kelas satu ombi pernah juga kemping. tapi tempatnya di lapangan upacara sekolah. jadi gak ada tantangannya. sementara untuk saat ini tantangannya begitu banyak. alam liar, bo !<br /><br />" kadang-kadang masih ada meong congkok !" ujar wildan waktu itu. saat kami mendaki lewat jalur berbatu dengan alang-alang cukup tinggi.<br />" meong congkok teh apa?" tanyaku gak ngerti di antara keringat yang berjatuhan.<br />" ini, lah... kayak macan nya...?" nurdin mencoba menjelaskan setengah tidak yakin.<br />" ya, kayak kucing, hitam... tapi rada besar...biasanya muncul di balik alang-alang seperti ini...!" wildan menjelaskan.<br />" waduh... sekarang bagaimana, takut muncul euy...!" kataku bergidik.<br />" kalem yan, ada golok...!" sahut yuyus yang dari tadi menghunus golok buat memapas alang-alang yang menghalang sepanjang jalan setapak.<br />" nggak apa-apa di sekitar sini mah gak ada. jalan ini mah sering dilalui orang.... biasanya mereka lari ke atas. sekarang tinggalnya di kawasan yang masih belum banyak dilalui orang" jelas wildan menenangkan.<br /><br />alhamdulillah. selama dua kali ke sana belum sekalipun menemukan yang dikhawatirkan tadi. namun kali ini kami agak ragu-ragu memasuki hutan cemara yang lebat. tadi masih sempat bercanda-canda dan berfoto di jalanan yang agak rata dan cukup terang. bahkan sambil berjalan ijo memainkan gitar akustiknya. lagunya 'bis kota' franky and jane dimodifikasi bebas olehnya :<br /><br />" berjalan di hutan cemara, di gunung guntur yang dingin. keringat mengucur sekujur tubuh. tapi semangat tak runtuh..."<br /><br />gitar digenjrengnya bolak-balik aja tadi dengan kunci-kunci standar: C, D dan G. seolah tidak mengenal cape. padahal di pundaknya beban dia paling besar. ranselnya paling standar PA. tenda sederhana yang dipinjamnya dari 'kak haris' mengantung di bawah ransel. di sisi kiri ransel ada cempor yang diikatkan ke gantungan-gantungan ransel. di kanan ada botol bekas air mineral besar berisi minyak tanah.<br />" minyak tanah untuk apa, jo...? kan ada parafin...!" kataku sebelum berangkat tadi.<br />" untuk bikin api unggun, dong....biar kelihatan dari pengkolan bahwa di gunung guntur ada yang sedang kemping...!" sahut ijo seenaknya.<br /><br />bukan apa-apa sih, aku takut ijo berbuat aneh-aneh dengan minyak tanah itu. mabok drunken master seperti dulu misalnya. atau membakar hutan. naudzubillahimindalik... ah, gak mungkin. meskipun semenjak perjalanan ijo kelihatan sumringah, tapi aku yakin bukan karena hal-hal negatif. mungkin dia terlampau senang karena rencananya yang disusun beberapa waktu lalu sekarang bisa terwujud.<br /><br />ya, ada tanggal merah di hari sabtu. sempurna. bisa dua hari di gunung bercengkrama dengan alam.<br />" berangkatnya hari jum'at. kira-kira jam satu. setelah shalat jumat. biar nyampainya gak terlalu sore..." ujar ijo memaparkan rencananya. jadinya dua hari dua malam di gunung. kamipun setuju. pas hari H-nya, tadi siang kami berkumpul di basecamp. dasar anak-anak jamnya terbuat dari karet, baru pada ngumpul jam duaan lebih.<br /><br />dua hari sebelumnya kami saling berbagi tugas barang-barang apa aja yang dibawa. saat jam istirahat kami mematangkan rencana itu.<br />" ada yang punya tenda ?" tanya ijo yang lagi-lagi didaulat sebagai pimpinan ekspedisi.<br />anak-anak semua menggeleng. kecuali aku, semua emang minim jam terbang dalam hal kemping.<br /><br />" ya udah... aku usahakan...!" kata ijo akhirnya. " sleeping mat?... tikar, tikar...", lanjutnya sambil mencatat data-data barang yang diperlukan buku panduan pramuka miliknya.<br /><br />kembali anak-anak menggeleng<br /><br />" dari aku aja, ada di rumah...!" kata ijo lagi.<br />" panci ?" ijo mendata lagi<br />" ada sih, tapi dipake kayaknya...!" sahut ombi.<br />" sama, aku juga dipake jo....!" jawab ugun.<br />" ya, udah...dari aku lagi....! cempor ?"<br />yang lain diam. ombi pura-pura menulis sesuatu.<br />" dari aku aja lagi... golok, pisau, tambang, lampu senter ?.... "<br />kali aku ikut-ikutan ombi mencorat-coret sesuatu. ijo menatap teman-temannya yang gapkemp 'gagap kemping' ini satu persatu. tak ada tanda-tanda memiliki peralatan dimaksud.<br />ijo meneliti catatannya. atas ke bawah, bawah ke atas.<br />" ah, ini mah semuanya dari aku.....!" katanya garuk-garuk tak gatal.<br />"eunggeus we aing kemping sorangan....!"<br /><br />he he... anak-anak pada ketawa. habis ngajak kemping ke orang-orang yang gak ngerti sama sekali. jadi rada gak nyambung juga. akhirnya anak-anak ditugasi membawa keperluan pribadi masing-masing aja. juga bawa bahan makanan sebangsa beras dan mie instan. sementara yang bersifat umum semua ditanggung ijo. aku sendiri rencananya mau bawa radio agar malam-malamnya tidak terlalu sepi. bisa denger teman-teman kirim salam dan lagu di sore-sore menjelang magrib.<br /><br />" patungan buat beli parafin !" kata ijo.<br />" berapa...?"<br />" seribU..."<br />uang terkumpul. dipegang sama ijo yang secara illegal merangkap bendahara juga.<br />" yan, nanti antar ke toko sumatra, beli parafin....!"<br />" siap, bos..."<br /><br />***<br />hidup itu kemping....<br /><br />kalau bawaan ijo kelihatan PA dengan ransel yang kelihatan kokoh di pundak. maka aku sekelas di bawahnya. masih ransel PA juga. cuma yang lebih kecil. ini dapat minjam dari weni, teman sekelas yang anak pramuka juga. segala macam barang bawaan dimasukkan. pakaian seperlunya. sarung dengan sajadahnya, beras dengan mi instan, termasuk radio kecil 2 band, serta alat-alat makan dan air mineral dalam botol plastik.<br /><br />ombi lain lagi. dia bawa tas model travelling bag. sepanjang perjalanan kelihatan paling repot. salah sendiri sih, ini kan ke gunung bukannya bepergian antar kota. untungnya dia ngajak a asep, jadi bisa gantian bawanya.<br />" kelihatan penuh banget mbi, bawa apa aja...?" aku iseng nanya karena kelihatan tasnya ombi padat banget.<br />" sama, bawa pakaian... anduk.... selimut..."<br />" selimut ?" aku dan ijo hampir berbarengan nanya.<br />" iya... eh, jangan salah di gunung mah dingin.... jadi perlu selimut !" jawab ombi.<br />" he..he he... pingin enak mah, di imah we....!" sahut ijo<br />" masih jauh, jo....?" tanya ugun yang kelihatan udah ngos-ngosan<br />" setelah hutan cemara ini.... masih harus menyusuri ilalang...!" jelas ijo.<br />" walahh.... jauh banget uy !" seru ugun.<br />" nanti sehabis hutan cemara ada gubug derita, tempat peristirahatan. istirahat dulu di sana sebentar...!"<br /><br />memasuki hutan cemara semakin terasa suasana hutannya. menjelang sore dengan suasana sepi mencekam. ijopun udah gak main-main gitar lagi. kini semuanya lebih konsentrasi di jalan setapak yang ditutupi jatuhan-jatuhan daun cemara berbentuk jarum yang sudah layu kecoklatan. kadang-kadang harus menyibakkan daun yang menghalangi jalan atau malah membabatnya dengan golok yang kini jadi senjata utama ijo. sesekali terdengar binatang hutan entah burung entah apa. kami saling membantu kalau ada jalan yang susah dilalui. aku berjalan di belakang ijo yang jadi komandannya. meneruskan pesan-pesan komando ke teman-teman di belakang yang berturut-turut : ugun, a firman, ombi, dan a asep.<br />" awas, ada lobang...!"<br />" awas... lobang...!!"<br />"lobang, uy...!"<br />" Lobang...!!!"<br />saling memperingatkan memang penting agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan juga sebagai bentuk komunikasi. atau bahkan saling menyemangati di tengah suasana lelah agar cepat tiba di tujuan. selain itu agar tidak terlalu sepi karena masing-masing memilih diam.<br />" awas uy, tanaman berduri....!"<br />" hati-hati tanaman berduri....!"<br />begitulah sepanjang hutan cemara yang rimbun dan gelap. tidak ada yang berani menengok ke kiri ke kanan. he he he pada takut ada macan atau bianatang buas, kali. maklumlah baru kali ini mereka menghadapi suasana gunung menjelang sore. tapi, asli... meskipun tegang kayak gitu asyik juga. adrenalin terpacu sedikit. padahal mah gunungnya juga masih cetek.<br /><br />setelah perjalanan setengah jam di hutan cemara. menyibak-nyibakkan daun yang menghalangi jalan sampai juga mereka di ujung hutan yang ditandai dengan tebing terjal. ada jalan setapak untuk naik ke atasnya tetapi sepertinya bekas terjadi longsor. mungkin akibat hujan yang mengguyur sebelumnya. anak-anakpun dapat berhenti sejenak. sementara ijo mencari cara agar bisa menaiki tebing tersebut. dikeluarkannya tali tambang pramuka. ranselnya diletakkan begitu saja di tanah.<br /><br />lalu dengan gaya spiderman dia merayap di tebing. mencari-cari celah untuk menjejakkan kaki. aksinya sudah mirip dengan yang di film-film petualangan itu. wajahnya serius. tapi sepertinya dia menikmati tantangan ini. sementara kami melihatnya dengan tegang. berpacu dengan waktu takut keburu sore dan mendung yang dari tadi menggantung. di lihat dari segi yang beginian ijo cocok menjadi adventurer atau petualang. ijo memang pernah cerita bahwa dia berniat mendaki seven summit di dunia.<br />" baru dua yang udah dijajal, yan...!" katanya suatu ketika.<br />" gunung mana aja...?" tanyaku gak percaya. masa, sih ?<br />" gunung cikurai, cuma sampai yang ada pemancar tvri, dan kedua gunung guntur... cuma nyape air terjun citiis...!" jawabnya nyantai.<br />" ah, di sini sini juga.. itu mah...!"<br /><br />dan kini ijo tengah berpacu dalam melodi ketegangan tebing setinggi 15 meteran dengan kecuraman 60 derajat. "uh, sedikit lagi......." katanya dalam hati. nanti tinggal digusur satu-satu dengan tambang ini, pikirnya. rencananya emang kayak gitu. setelah ijo sukses di atas, dengan tambang itu ijo menarik kami satu persatu.<br />"yan, pingin pipis uy...!" ujar ombi yang kelihatan udah gak tahan ingin buang air. dia memang sepanjang perjalanan tadi minta berhenti buat nyari wc. tapi mana ada wc di tempat seperti ini. mau di sembarangan tempat takut sompral atau kualat seperti pernah ijo wanti-wanti sebelumnya. tapi sekarang udah gak tahan lagi.<br />" iya atuh, cari tempat yang rimbun...." jawabku sembari menyerahkan air mineral dalam botol buat nyuci 'burungnya'<br />" maksud saya,... temani..... takut !" jawab ombi malu-malu<br />aku melihat ke yang lain. semua sedang pada selonjoran dengan wajah ' aku gak bisa temenin'. akhirnya dengan terpaksa aku menemani ombi mencari tempat rimbun. kembali 'kukusrukan' i hutan cemara.<br />" sebelum pipis, minta izin dulu, ya mbi....!"<br />" minta izin ke siapa..?'<br />" ya, pada yang mendiami tempat ini...!"<br />" ah, jadi takut, gak jadi ah....!" ombi bergidig dan sempat mengurungkan niatnya.<br />" eh... udah tanggung... tuh di sana kayaknya aman...!" aku menunjuk sebuah tempat yang agak 'nyingkur'.<br />" ayo temenin...!" jawab ombi sambil menuju tempat yang dimaksud. aku mengikuti dari belakang. tapi, sueerr aku enggak mau lihat proses yang terjadi kemudian.<br />" udah, yan...."<br />" ayo..."<br />" eh, yan...kayaknya ke sebelah sini ada jalan setapak... tuh...!"<br />" heueuh...." aku mengamati jalan yang ditunjukkan ombi. sepertinya ini jalan lain menuju ke tebing tadi tapi lebih landai dan mudah cuma agak memutar.<br />" ayo... kasih tahu yang lain...!" bergegas kami menuju ke bawah tebing tempat anak-anak mengaso sembari melihat atraksi spiderman dengan tambang pramuka alias ijo.<br />" jooo.... ada jalan alternatip, uy...!" seru aku.<br />" apa...?" ijo menyahut dari atas. dia sedang mengikatkan tambang pramukanya ke sebuag pohon.<br />" ada jalan lain.... kita mau muter aja... tungguin nya...!" seru kami dari bawah.<br />" iya.... sekalian atuh bawain ransel aku....!"<br />aduh, kenapa gak sekalian naik aja tadi ransel PA ijo ini. nyusahin ! akhirnya beramai-ramai bawaan ijo kami gotong. untungnya jalan setapak yang ini lebih mudah. tak lama kami udah nyampei di atas tebing.<br />" tuh si ijo... di sana ..Jo !!" tunjuk a firman sembari memanggil ijo yang celingukan.<br />ijo menoleh. setengah berlari dia menuju ke arah kami. lompat-lompat di antara batu bekas letusan gunung ini berpuluh tahun silam. dalam hatinya kesel juga, udah cape-cape manjat tebing tahunya ada jalan lain. rurusuhan sih jo.....<br /><br />gunung guntur dipenuhi material alam bekas letusan di jaman lampau. konon, akibat letusan ini kawasan gunung menjadi gundul dan kering. hingga saat ini susah untuk ditanami dan dijadikan hutan hijau lagi kecuali bagian bawah gunung yakni dengan masih tumbuhnya pohon-pohon. gunung guntur akhirnya hanya bisa ditumbuhi ilalang-ilalang saja karena tanahnya menjadi keras dan berbatu. dari kejauhan kelihatan gunung guntur kuning kecoklatan padahal itu adalah ilalang-ilang yang tumbuh liar memenuhi gunung. tapi jadinya unik. di dunia kayaknya cuma gunung inilah yang unik kayak gitu.<br /><br />" istirahat dulu di gubuk itu...." seru ijo sambil menunjuk sebuah gubuk sederhana. sebuah gubuk beratap genting berdinding bilik setinggi satu meteran dengan beberapa bangku bambu. kami melepaskan lelah lagi di sana sambil membuka bekal makan dan ngobrol-ngobrol.<br /><br />akhirnya diputuskan untuk membangun tenda di dekat-dekat situ aja. kalau meneruskan langkah hingga ke curug citiis takut keburu gelap. belum lagi kondisi yang sudah lelah. padahal kalau diteruskan menelusuri padang alang-alang ada sekitar setengah jam lagi. apa daya sudah ingin beristirahat.<br /><br />alhamdulillah, kami menemukan tempat yang bagus untuk berkemah. tempat yang agak luas dan landai cukup untuk mendirikan tenda dan membikin perapian buat malam nanti. dekat pula ke air, tinggal ke bawah aja. dan yang mengasyikkan kami bisa melihat ke arah kota yang katanya kalau malam berkelap-kelip seperti kemilaunya intan. itupun kalau kebetulan tidak ada kabut yang menhalangi. sepertinya kemping itu memang mengasyikkan.<br />" langsung masak, jo...?" tanya ombi begitu nyamoe di tempat itu..<br />" eee... dirikan tenda dulu....! bakal turun hujan...." sahut ijo yang langsung mengeluarkan tenda dan perangkatnya. ijo yang pengalaman kempingnya udah banyak dengan cekatan mendirikan tenda dibantu a firman dan a asep.<br />" yan, radionya nyalain...!" kata ijo " biar gak sepi !", lanjutnya<br />" siap bos...!"<br /><br />kukeluarkan radio dan memutar-mutar gelombang. antares.... dongeng, keresek-keresek...rugeri..... iklan, keresek-keresek...sturada.... dangdutan,keresek-keresek....nbc...sandiwara radio. mendung yang tadi mengintai mulai menjadi hujan rintik.<br />" hujan uy.... masuk tenda..!" seru ijo. kami berebutan masuk tenda yang tidak terlalu besar itu. untungnya tenda sudah berbentuk meskipun tali-tali pengikatnya masih kendor. barang-barang bawaanpun belum sempat dibereskan langsung saja ditumpuk tidak beraturan di dalam tenda yang setengah jadi itu. maklumlah dalam keadaan darurat yang penting terhindar dari hujan. gak asyik dong kalau kemping-kemping malah sakit. dengan berdesakan di tenda seperti ini jadinya memang hangat. masing-masing pada mikir, kok kemping gini sih...<br />" kalo hujan justru bagus,... malamnya gak akan terlalu dingin" jelas ijo sok berteori.<br />anak-anak pada mengangguk. untung tendanya tidak tembus air. ah, cape juga ya....<br /><br />kembali aku memutar-mutar gelombang radio. antares... masih dongeng, rugeri... masih iklan, sturada...iklan, balik lagi ke rugeri......intro akustik lagu yang udah begitu akrab....<br /><br />"udah itu yan.... itu aja....! pinta yang lain setengah berseru. aku pas-pasin gelombang radio sampe gak ada kereseknya.<br /><br />........wake up to the sound of polring rain,<br />the wind would whispers and i think of you<br />and all the tears you cry that call my name<br />and when you needed me i came thorugh..........<br /><br />i remember you !! nyampe juga skid row di atas gunung. a firman mengikuti dengan gitar ijo yang lebih rendah setangah nada. dan kami berbarengan membantu backing vocals saat sebastian bach nyampe di bagian reff...<br /><br />remember yesterday...walking hand in hand<br />love letters in the sand... i remember you !!<br /><br />oh hujan cepat dong berhenti.... super mie rebus... will be nice !senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-68752450327603796512009-09-04T03:25:00.000-07:002009-09-04T03:30:56.719-07:00pintu 15, poison... tidak okay, poison !<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmPjNRN1hDw48HrOwTGuisJfnBIBdB5-FI0UBR5oIprH7ZB56m-HZy6bDKLVnILEl6Grxqf5FNDS179_ZLvhsbGxPi-X3y5XGXUmN89PbVnbRsMQvpNbq1-yQbUQ7hH0bGzlHRS-Jtbuk/s1600-h/opik+metallica.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 221px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmPjNRN1hDw48HrOwTGuisJfnBIBdB5-FI0UBR5oIprH7ZB56m-HZy6bDKLVnILEl6Grxqf5FNDS179_ZLvhsbGxPi-X3y5XGXUmN89PbVnbRsMQvpNbq1-yQbUQ7hH0bGzlHRS-Jtbuk/s320/opik+metallica.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5377557697014914130" /></a><br /><br /><br />rasa-rasanya aku menyenangi musik sudah sejak lama sekali. mungkin sejak tk atau awal-awal sd. bapak dulu sering memutar lagu-lagu sebelum beliau berangkat bekerja sebagai pns biasa di suatu instansi. biasanya sudah rutin, setelah mandi bapak memperdengarkan ceramah basa sunda pa gozali dari radio lokal atau ceramah lainnya yang jaman itu disiarkan langsung dari masjid agung dan terkadang di radio lainnya dari masjid lio. setelah selesai menjelang jam enam pagi dilanjutkan bapak dengan menyetel lagu-lagu koes plus koes bersaudara atau kaset iwan fals ' sarjana muda'<br /><br />koleksi kaset bapak tidak banyak. kebanyakan musik pop dan ada juga kaset dangdut oma irama. biasanya bapak menyetel koes bersaudara yang entah membelinya di toko kaset atau di pinggir jalan. yang jelas di sampul kaset tertulis harganya seribu rupiah. karena bapak terus memperdengarkan kaset itu, lama-lama akupun senang lagu-lagu koes bersaudara. bahkan bapak pernah menuliskan teks lagu tersebut. jaman itu jarang teks lagu ada di kaset-kaset. setel, stop... tulis di kertas. setel lagi....stop, di-rew ketika kurang jelas kalimat dalam lagu. begitu seterusnya sampai selesai. dengan play stop rew - play stop rew jadilah teks lagu 'angin laut' di selembar kertas. akupun di kemudian hari meniru cara bapak kalau ingin sebuah teks lagu. bahkan aku punya buku kumpulan teks lagu dengan tulisan tangan. saat smp dan mulai bisa main gitar serta ngeband buku kumpulan itu sudah lebih dari beberapa biji. di atasnya ditambahkan chord-chord gitar sederhana hasil belajar mengulik sendiri.<br /><br />kalau koes bersaudara mulai bosen, bapak menyetel iwan fals 'sarjana muda'. kalau yang ini aku yakin bukan kaset bapak. mungkin kaset bi ade, adik ibu yang saat itu sudah kerja di jakarta. secara waktu itu, kami masih numpang di rumah nenek. jadi kadang-kadang ada barang penghuni lain yang mampir-mampir ke ruangan keluarga kami. bapak paling suka menyetel lagu 'umar bakri' hingga kasetnya pernah kusut,pitanya harus dipotong, dan agar bisa disetel lagi disambung dengan lem. tapi jadinya ada bagian lagu yang melompat. di lain saat, bapak juga sering memutar kaset oma irama. kalau tak salah ada sekitar tiga kaset oma milik bapak. salah satunya adalah kaset 'begadang 2 dan 135 juta'. akhirnya senang juga mendengarkan dangdut oma yang penuh lirik sosial dan nasehat.<br /><br />mungkin juga darah senang musik bapak menurun kepadaku. atau memang fitrah manusia senang mendengarkan musik. maka akupun menaikkan tingkat kegemaran musik dengan senang bernyanyi-nyanyi, bermain gitar dan membentuk the thinker. tidak lagi sebagai konsumen tapi juga produsen musik. minimal untuk diri sendiri. dan semenjak bisa main gitar mulai mencoba-coba menciptakan lagu. tentunya bersama teman-temanku.<br /><br />" gripnya dari C ke B ke Am ke F ke G....", jelasku ke ugun yang memposisikan gitarnya sebagai bass. ada dua gitar bolong, aku dan ugun, sementara opik memegang pulpen dan buku tulisan kumpulan lagu. tadi sudah bermain gitar dan nyanyi-nyanyi lagu yang ada di buku tersebut. setelah bosan kepikiran buat lagu sendiri.<br />" ayo musiknya bikin dulu, ini lagi mikir liriknya.....!" ujar opik sembari tulas tulis.<br />akupun ber-na na na sambil memetik gitar seenak mungkin. ugun main basnya. asyik juga membuat lagu.<br />" ah, itu mirip lagu anu !" sesekali di antara kami protes kalau ternyata na-na na na yang dilagukan mirip sama lagu tertentu. ganti lagi, nyari melodi lain, nyari na na na na yang lain lagi sampai merasa bahwa lagu yang dibikin itu belum ada. sampai akhirnya jadilah sebuah bagian yang kami anggap layak disebut lagu <br /><br />....<br />dunia ini milik siapa, sepi tanpa penghuni<br />ku berjalan, aku bernyanyi<br />dalam keheningan pagi'<br /><br />menyambut hari tinggalkan malam<br />lupakan semua impian<br />hari ini kusimpan harap<br />kan datang keajaiban<br /><br />langkahku telah jauh menyusuri hidup<br />namun belum berarti<br />....<br /><br /><br />"lumayanlah, lebih beradab daripada lagu pertama yang kita bikin kemarin-kemarin .." komentar ugun puas.<br />" setidaknya yang ini lebih filosofis....!" tambah opik senang<br />" setuju, ayo kita coba lagi.... takut lupa...!" ajakku dan memainkan intro lagu tadi. sekarang intronya agak dimodifikasi. metik Chordnya pakai variasi melodi. iya dong biar tidak terlalu biasa. dan harus selalu diulang-ulang, biar ngingatnya gampang.<br />" eh, judulnya apa ya.....?" tanya ugun<br />" dunia tak bertuan..." jawabku asal.<br />' setitik debu di angin....!" ugun juga usul.<br />" hmmm, dunia tak bertuan aja, kayaknya lebih cocok... tapi sementara, nanti bisa kita cari yang lebih pas...." sahut opik. " ayo, ...please welcome, dunia tak bertuan by the thiker prok prok prok.."<br />" aku...seorang kapiten.... kalau berjalan prok-prok prok!" aku langsung motong<br />" yan, yang bener dong, udah semangat nih..... "<br />" sorry...sorry....poison...okay, poison ?" <br />" tidak ah, tidak okay..." <br />" ha ha ha..., nyanyi pik.....!"<br /><br />.... masih hanya, setitik debu di angin<br />yang tak terkira, tak bermakna, dan terlupa....<br /><br />**<br /><br /><br />ada dua guru di kelas 3a yang dianggap galak. sebenarnya bukan galak sih. lebih tepatnya mungkin tegas dengan volume suara'bebeledagan' kayak meriam. namun anak-anak mengkategorikan keduanya sebagai dua guru galak bila dibandingkan dengan guru-guru lainnya yang cenderung kalem dan 'kalah' sama anak-anak. guru pertama yang dimaksudkan di sini adalah bu marni (semoga Allah SWT meridhoinya). beliau mengajar matematika. semenjak kelas satu nama bu marni emang sudah kukenal sebagai guru 'galak'. apalagi kakak-kakak kelas waktu itu dengan bangganya menerangkan kegalakan bu marni sampai ke titik komanya. aku yang kelas satu langsung ciut nyali dan berdoa mudah-mudahan guru yang dimaksud tidak mengajar di kelasku nantinya. atau jikapun harus mengajar di kelas kami semoga selalu ada halangan untuk itu. sebuah doa yang tidak patut dikabulkan.<br /><br />dalam mengajar memang bu marni termasuk berbeda dengan guru lainnya. guru yang paling senior dengan pengalaman seabreg-abreg ini suaranya lumayan kerasbayangkan saja, matematika featuring guru galak. pas banget untuk membuat anak-anak kelas gak ada yang berani ngelawak di depannya. pas jam itu dipastikan suasana belajar mengajar tertib terkendali. sesekali terdengar juga tawa anak-anak padjam mengajarnya. tapi bukan karena salah seorang penghuni tetap kelas ada yang ngelawak, tapi karena bu marni menghukum salah seorang teman kami yang tidak bisa mengerjakan pr di papan tulis atau tidak mengerjakan pr sama sekali lalu ketahuan sama sang guru dan menceramahinya habis-habisan di depan anak-anak. saat itulah anak-anak bagaikan 'kuda lepas dari gedogan' tertawa sepuas-puasnya karena bu marni kalo marah menggunakan kalimat-kalimat retoris yang membuat sang anak tidak berkutik. kadang-kadang beliau juga mencubit si anak terhukum tersebut hingga kegelian. itulah yang membuat kelas tertawa riang di tengah ketegangan, melihat cara bu marni menghukum dan ekspresi si anak yang dihukum antara pasrah dan berkelit dari cubitan bu marni. <br /><br />langganan dimarahi di depan kelas biasanya adalah sarif yang rumahnya cukup jauh dari sekolah. sarif tinggal di perbatasan kota dan selalu telat nyampe di kelas sehingga telat pula mencontek pr dari teman lainnya yang selalu rutin diberikan bu marni tiap kali mengajar. pengalaman sarifdalam hal telat juga seabreg-abreg. sejak kelas satu dia bisa dipastikan dalam seminggu ada satu atau dua kali terlambat ke sekolah. padahal jamannya kelas satu masuk siang. sampai-sampai bu eti, guru olah raga kelas satu berujar , " udah, kalau telat melulu kamu sekolahnya pindah saja....!". tapi bukannya mikir sarif malah menjawab sambil cengar-cengir, " mendingan sekolahnya aja bu yang dipindah...!". sebuah lawakan garing yang pernah ada dan tidak membantunya dari hukuman push up 20 kali. untungnya sarif cukup tabah dan hingga kelas tiga ini nggak tergoda untuk pindah sekolah maupun pindah rumah.<br /><br />lawakan garing lainnya juga pernah kudengar dari sarif. misalnya ketika sempat pulang bareng melewati jalan cikuray.<br />"yan, sebenarnya ini bukanlah tiang listrik, tapi pulpen..." kata sarif dengan serius sambil memegang tiang listrik yang kami lewati<br />" iya ? " <br />" iya.... karena dipasang dan ditanam di sini maka jadilah pulpen itu tiang litrik....". <br /><br />atau saat naik angkot bareng ketika hujan deras sepulang sekolah, sarif berbisik :<br />"yan, sebenarnya ini bukanlah angkot, tapi roti...!"<br />" kenapa bisa gitu?"<br />" ini dikarenakan ada sopirnya, ada penumpangnya, dan ada bannya..maka orang-orang sepakat menyebutnya angkot. sebenarnya ini, roti yan..." jawab sarif dengan tampang meyakinkan. biarpun gak lucu aku menyempatkan diri tertawa. yang, kasihan dia udah mikir. tapi idenya orsinil juga ya, kalau jadi pengarang bakal bagus tuh.<br /><br />yang kedua langganan kemarahan bu marni adalah agus. nih anak emang bengal. bukan lagi telat tapi memang jarang masuk kelas sama sekali. pun pada pelajaran-pelajaran lainnya. yang sering ikut terkena getahnya adalah sang km ijo. berkali-kali ijo diminta menasehati agus agar rajin-rajin masuk sekolah. apalagi kelas tiga sudah mendekati ujian dan ebtanas. berkali-kali ijo menasehati dan berkali-kali agus tak peduli. makanya berkali-kali agus kena marah bu marni dengan berbagai alasan. agus juga termasuk manusia yang tabah. seperti syarif, dia hanya cengengesan di depan meski jadi tontonan anak-anak selama pelajaran berlangsung. <br /><br />bisa dipastikan dalam menghadapi mahluk macam ini bu marni mengeluarkan quotenya yang terkenal, " harus mikir dari sekarang.... jangan gimana nanti... tapi nanti gimana !". sebagai guru yang bertanggung jawab terhadap murid-muridnya, wajar saja kalo bu marni selalu 'streng' saat mengajar. tujuannya kan baik, agar anak-anak berdisiplin dan berprestasi baik di sekolah.<br /><br />guru kedua yang dianggap galak oleh murid-murid adalah pak udan (semoga Allah SWT merahmatinya). beliau guru pelajaran bahasa indonesia yang juga tegas dan rajin memberi pr. dengan kumis melintang pak udan sudah memiliki modal dasar yang baik untuk dianggap guru galak. apalagi volume suaranya selalu high level, selevel dengan bu marni. anak-anak nakal di sekolahan selalu meledeknya di belakang seperti ini," a, e, i, u dan o adalah hurup vokal". jahat banget kan. bukannya menghormati guru tapi malah mempermainkannya. tapi mereka malah berkelit, " nggak ngeledek kok, lagi menghapal apa bedanya hurup konsonan dengan hurup vokal". he he dasar anak bandel, bisa aja ngejawabnya.<br /><br />dan di tengah-tengah pelajaran pa udan inilah the thinker nekad briefing sambil bisik-bisik. setelah di jam pertama bahasa indonesia pa udan memberi ulangan dadakan, maka ditingkerpun secara dadakan rapat gelap di jam kedua pelajaran pa udan. temanya, apalagi kalau bukan ngbrolin rencana buat latihan nanti siang. hari ini memang jadwalnya capcay. ya, karena latihan yang kemarin gagal total oleh hadirnya preman rocker di pak tulus. meskipun jumlah lagu yang dimainkan belum nambah tapi semangat dalam merental studio tak berkurang. <br />" sekarang mah jangan mau kalau digeser-geser, yan....!" bisik opik dari belakang. aku yang nyender di sandaran mengangguk, <br />" tapi kamunya jangan diem aja, kayak kemarin....!"<br />" he he...kemarin kaget banget, takut juga ketang...." sahut opik cengar-cengir<br />" heueuh, aku juga ngajak ngobrol malah dibentak...gondok pisan !" kata ombi di bangku sebrang.<br />" namanya juga orang mabuk, mbi,... "<br />" eh, kalau nanti ada yang seperti itu lagi, lawan oleh semua ya...!" ujarku.<br />" iyalah, setuju... sok aja kamu yang maju..." eka ikut nimbrung.<br />" ngomong aja baik-baik... kita juga mau manggung, gitu..." jawab opik<br />" iya... iya... Sssttt... pa udan ngelihat kita uy..." kataku ngasih tahu. lantaran terlalu bersemangat anak-anak jadi gak kontrol brifing underground nya. agak-agak heboh dikit. rupanya pa udan sudah selesai meneliti lembaran-lembaran kertas ulangan anak-anak dan sempat melihat ada mudrid yang ngobrol melulu.<br />" yan, ke depan....!" seru pa udan. anak-anak sekelas terdiam. ada apa nih ? wah, ketahuan, deh.... ngobrolnya terlalu keras sih. akupun berjalan ke depan dengan muka terdakwa. pasrah. anak-anak ditingker hanya mendoakan dalam hati, moga-moga nggak ikut-ikutan tersangkut.<br />" yan, kamu ngajak bapak berantem ya!" kata pa udan.<br />walah, aku langsung kaget. gentar dan takut. tapi tetap mencoba tenang.<br />" nggak atuh pak... mana berani !"<br />" bener ?"<br />" iya pa...., tapi saya ngaku tadi di belakang agak ribut....maaf pak"<br />" ah, biasa ribut mah... bapak udah tahu. bukan itu!"<br />" lalu apa pa..?" aku jadi penasaran<br />" nih, kamu ngajak berantem bapak karena ini!"<br />kertas ulangan? aku makin gak ngerti.<br />" kamu nulis nama dan kelas pakai spidol warna merah ! artinya ngajak gelut !" jelas pa udan.<br />" oh... tapi saya nggak bermaksud gitu, pa !" elakku. da emang gak merasa ngajak berantem guru. apalagi pa udan.<br />" tulisan warna merah itu punya makna, tantangan !" kata pa udan lagi.<br />" oh, gitu, pa... maaf atuh... tadi mah saya bermaksud gaya aja" kataku jadi gak enak hati.<br />" ya udah, balik lagi ke bangku... jangan diulangi lagi...!"<br />" iya pak...." akupun kembali ke bangkuku dengan rasa yang gak jelas.<br /><br />jadi gitu toh, warna merah berarti ngajak bertarung. bukannya, warna merah gak boleh jalan atau warna merah artinya satu lagu lagi kalau di pak tulus ?. ah, makin gak ngerti aku, bah...<br /><br />***<br /><br />lagi-lagi 'seek and destroy'. siapa ya yang kali ini yang bawain ? meskipun permainannya tidak sebagus yang pernah didengar di studio ini sebelumnya. tapi lumayan rapi. sayang gorden-gorden studio ditutup rapat. jadi gak bisa ngintip untuk lihat siapa yang main seperti biasanya<br /><br />ya, the thinker sudah di depan studio rental pak tulus. setelah meneliti kiri kanan depan belakang atas bawah luar dalam bahwa preman rocker sedang tidak di sekitar barulah the thinker merasa lega dan duduk-duduk di bangku panjang sembari mendengarkan metallica cover version dan cukup terhibur dengan seek and destroy dan wherever i may roam diulang-ulang oleh band sebelum thinker. opik malah ikut-ikutan nyanyi di bagian reff, "...seciiii, sik en destroy....!!". dulu memang dia pernah pinjem kaset ini ke opik ocoy, teman sekelas. dan katanya dia juga senang lagu lainnya, seperti 'metal militia'<br /><br />tak perlu diceritakan bagaimana the thinker nyampe di studio pak tulus lagi. kayaknya udah klise : lewat sawah, terjebak di lumpur pematang sawah, ketemu anjing yang sama, keluar masuk gang, menghindari preman dan sampai deh. paling juga tadi pas di bagian 'anjing ngagogog' semua pada inget nasihat pak abdul majid, guru agama kelas tiga yang sempet bilang :<br /><br />" kalau ketemu anjing di jalan, sebelum dia menggigit.... duluan kita gigit anjingnya...!" anak-anak sekelas pada ketawa waktu itu. cuma itu aja, dan gak ada yang bermaksud mengamalkannya, meskipun kata opik tadi, " sok yan... gigit buntutnya...!" sialan, emangnya aku apaan ? tapi tak urung terkekeh juga membayangkan bagaimana kalau buntut anjing keduluan digigit manusia.<br /><br />setengah jam menunggu sambil meluruskan kaki yang pegel-pegel, akhirnya band metallica cover version itu berhenti juga. lagu-lagu yang dibawakannya meskipun cuma dua dan diulang-ulang menurut kami udah bangus banget. bisaan lah, bawain lagu metal beneran. ditingkerpun segera bersiap-siap. stik opik sudah dikeluarkan. sudah gak sabar ingin menghajar drum sekeras-sekarasnya hari itu. asyik, jadi juga latihan...........<br /><br />satu, dua, tiga....pintu dibuka, ternyata wajah-wajah yang kami kenal yang nongol.<br />" eh, ada the thinker....!" kata seorang dari mereka, erik ongoh. lalu berturut-turut nongol: opik ocoy, tedi 3b, dan roni 3c. surprise ! sejak kapan mereka tergabung band?<br /><br />" latihan..latihan ?" tanya ongoh. anak-anak the thinker jadi sedikit sungkan mau latihan. ya, soalnya ada band lain di kelas yang lebih bagus mainnya. dan selama ini tidak terdeteksi oleh radar mata-mata the thinker. padahal mah, biasa we atuh nya. tapi waktu itu entah kenapa the thinker mendadak tidak suka kehadiran mereka saat ini di sini. the thinkerpun masuk studio dan bergegas ke peralatannya masing-masing. setem gitar, stem bas, cek sound ini itu dan lain-lainnya yang biasa dilakukan sebelum latihan.<br /><br />bandnya ongoh cs juga bukannya pada langsung pulang. tapi malahan ikut masuk ruangan studio dan melihat latihan the thinker. karuan saja, ditingker jadi tidak konsentrasi dan grogi. tidak bisa gila-gilaan seperti biasa. memang setelah mendengar seek and destroy mereka, kami jadi minder. orang lain udah bagus dan rapi mainnya. sementara the thinker belum kompak-kompak juga, padahal lagunyapun masih yang slow dan mudah-mudah. never say goodbye lewat begitu saja tanpa spirit bon jovi. don't cry sepertinya malahan mencerminkan suasana gak enak the thinker saat itu. berkali-kali melodi yang kumainkan terpeleset di nada-nada aneh.<br /><br />"mbi, mau nyobain drum?" kata opik saking gak semangatnya setelah dua lagu tadi. ombi senang, biasanya kan diusir melulu dari set drum. meskipun sedih juga, latihan hari ini kok gak seperti biasanya. kayaknya hari itu ombi doang yang paling semangat. nyobain drum, bosen. nyobain gitar listrik memainkan efek metalzone. lalu nyoba-nyoba metik bas. gitu aja bolak-balik.<br /><br />sampai lampu studio menyala merah. <br />" yan, selagu lagi tuh....", ongoh cs mengingatkan.<br />" nggak ah, cape...!" jawabku kesel, tapi gak jelas kesel ke siapa. tiba-tiba inget simbol merah yang tadi dijelaskan pa udan seakan mewakili perasaan kami pada ongoh cs : mengajak berantem ! astagfirullah, kok jadi su'udon....<br /><br />sampai waktu habis hanya memainkan masing-masing dua lagu dan itupun kacau semua. ya, seperti ada beban psikologis. gugup segugup-gugupnys. padahal baru ditonton teman sendiri. padahal nanti rencananya mau manggung dan ditonton orang sesekolah. padahal di kemudian hari ingin konser ke amna-mana sebagai band pembuka the changkilung. ternyata main band juga harus siap mental. pelajaran lagi, bahwa rencana-rencana dan mimpi-mimpi itupun beresiko. bahwa semangat saja belum cukup. jadi inget lagu yang kemarin baru saja dibikin bahwa kami : 'meski sudah jauh melangkah tapi belum berarti dan masih setitik debu'. ya, dipas-pasin aja kalau kurang nyambung mah.<br /><br />" hayu balik, ah. duluan nya...!" kata ongoh cs akhirnya. dan langsung cabut begitu latihan kami usai. kami membiarkan mereka duluan. ya, rasanya males jalan ke depan bareng mereka. tanpa saling berbicara kamipun pulang dengan lesu. latihan hari ini kacau lagi dengan beban perasaan lebih parah ketimbang digeser latihan oleh preman rocker. oh, poison... hari ini tidak okay, poison !<br /><br />semenjak itu, semenjak itu sodara-sodara,..... ada aroma kompetisi di antara kami. di antara the thinker dan ongoh cs. kompetisi band yang sebenarnya wajar saja terjadi. dan bagi kami ini serius. apalagi tujuannya sama : manggung saat perpisahan. meskipun di dunia sekolah masih pren-prenan namun di dunia band kami beda sikap. untungnya, masih ada waktu untuk terus berlatih, masih banyak lagu yang harus diulik dan dimainkan. ya, nyantai aja gimana nanti... quote bu marni tidak usah terlalu dibawa-bawa dalam hal ini. so,... go go the thinker, go go...bumi membutuhkanmu !! <br /><br />begitulah, katanya.....senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-58420069134657228092009-08-31T00:53:00.000-07:002009-08-31T01:00:34.616-07:00pintu 14, sesuatu tentang kaset (metal)<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjD_h8C8LpvaB-XUruIDiSqjb-YD_wVPEROREAO0ESakZeSHJTlR3t7KoNeC1i6Hu_vBadX8OiTAMZ_5Ug5sS4TWOE0rkl0mT_A6NY4hbMhMhbVGvNV8ScOa8oiLHcCs1yGBfkkd7BakTw/s1600-h/be.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjD_h8C8LpvaB-XUruIDiSqjb-YD_wVPEROREAO0ESakZeSHJTlR3t7KoNeC1i6Hu_vBadX8OiTAMZ_5Ug5sS4TWOE0rkl0mT_A6NY4hbMhMhbVGvNV8ScOa8oiLHcCs1yGBfkkd7BakTw/s320/be.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5376033919883677474" /></a><br /><br /><br />Band metal tanpa lagu balada bagaikan senja tanpa sunset atau makan sayur kacang tanpa kerupuk demikian seorang teman pernah mengatakan. memang sebuah perumpamaan yang tidak pernah diajarkan dalam pelajaran bahasa indonesia bab majas-majas dan tentu saja sangat memaksakan diri. Namun dipikir-pikir ada benarnya juga. melulu lagu metal, keras, dan hingar bingar terkadang membosankan. ada saatnya telinga kita perlu rehat. perlu mendengarkan yang manis-manis. perlu mencerna yang lembut-lembut agar terjadi keseimbangan. secara fakta band-band metal juga lebih dikenal dengan lagu-lagu slownya yang sering bisa menembus bursa tangga lagu dunia yang dengan santainya berdampingan bersama lagu-lagu ngepop lainnya.<br /><br />akupun mengenal band metal melalui jalur itu. lebih mengenal scorpions dengan holiday, always somewhere, dan winds of change nya ketimbang 'rock you like a hurricane' lebih paham white lion dari when the children cry, till death do us apart, dan you're all i need nya. lebih tahu deep purple dengan soldiers of fortune nya dan love conquers all nya meskipun suka juga dengan smoke on the water yang pernah diartikan kakak sepupu saya dengan ' minum sambil merokok'. lebih menyenangi mr big setelah ada apal chordnya lagu 'to be with you. dan tentu saja bon jovi dengan lagu yang sedang digarap bandku, never say goodbye. dan banyak lagi dan banyak lagi. lalu semakin termotivasi mendalami kaset-kaset metal setelah muncul kaset-kaset kompilasi macam slow rock dan metal ballads volume satu hingga volume sekian. <br /><br />suatu ketika pernah sedikit berdiskusi dengan erik ongoh bahwa kelebihan use your ilussion satu dibanding use your ilussion dua -nya GNR karena adanya lagu november rain dan don't cry versi 'original lyrics' yang balada abis. saat itu aku, ongoh, tedi 3b, dan eka hendak nonton 'dance with wolves' di bioskop sumbersari yang biasanya buka jam duaan siang. sembari menunggu loket dibuka tedi 3b ngajak ke toko kaset. saat itu bulan november. hujan pula. tedi 3b pun akhirnya memilih use your ilussion satu yang sampulnya berwarna nuansa kuning setelah menimbang antara lama kaset satu atau kaset dua.<br /><br />lalu sang teman menambahkan teorinya bahwa band metal tanpa yang cinta cinta akan kurang lengkap. seperti ada yang kurang. seperti ketika kita hendak ke sekolah jaman-jamannya sd dan di pintu gerbang sekolah teringat ada sesuatu yang tertinggal,tapi entah apa dan hingga pulang masih saja memikirkannya sampai hilang saat tidur siang. sorry, lagi-lagi dia membuat deskripsi yang terlalu lebay. ketika menyebut band extreme yang terngiang-ngiang adalah uniknya kocokan gitar akustik 'more then words' dengan klip kalem hitam putih. atau intro memabukkan lagu 'love song' dari tesla yang pernah membuat aku dan ombi di kemudian hari berebut gitar akustik yang dibawa ke sekolah hanya untuk menunjukkan ke teman-teman bahwa 'lagu ini gue banget'. meskipun chordnya gak tepat, banyak senar yang gak perlu dipetik ikut bunyi serta selalu mikir lama di perpindahan dari kunci G ke Fis minor namun selalu sumringah penuh kemenangan saat mengakhirinya di kunci D. lantas begitu saja menyerahkan gitar ke yang lainnya karena emang apalnya cuma itu aja. padahal masih ada bab 'buruluk buruluk' yang harus dijalani.<br /><br />tapi kalau hari ini aku menyukai 'the time alone with you' tentu saja bukan akibat telah memahami ajaran sang teman tadi. kaset bad english bertajuk backlash ternyata tidak memuat 'when i see you smile'. ya, setelah menabung sepuluh hari, meyisihkan sebagian uang jajan, dan rela berpuasa demi ngirit aku berhasil membeli kaset yang iklannya pernah ada di koran pr tersebut. aku menyukai lagu itu karena memang sama keren dengan when i see you smile dan liriknya lebih dewasa serta puitis. simak aja,..." when everything is cloudy, an the sun won't shine for me, and it seems like nothing's going right, there's a place i want to be". walaupun gak ngerti-ngerti amat tapi tak mengurangi keseriusanku mengulik lagu tersebut sendirian. <br /><br />" kira-kira ada lagu yang bisa dimainkan ditingker?" tanya opik sambil membolak-balik sampul hitam 'backlash' yang tidak ada liriknya sama sekali itu di suatu jam istirahat.<br />" gak tahu...!" jawabku pendek<br />" pinjam ya...!" pintanya<br />" belum seminggu dibeli..., tapi gak apa-apa deh!" sahutku. dan opikpun merasa senang. <br />" sambil nyobain politron yang baru dibeli..." tambah opik. <br />" boleh..boleh..."<br /><br />**<br /><br />jaman itu biasanya kalau udah mampu beli kaset metal bangganya minta ampun. selalu dibawa ke sekolah. ditunjukkan kepada teman yang lain. dijelaskan kelebihannya. dipaparkan lagu mana yang bagus, lagu mana yang slow rock, dan lagu mana yang, " di FF aja, lagu itu mah...", maksudnya lagu yang gak disarankan sama sekali. he he dasar metal mania artificial. dan biasanya kemudian direlakan untuk digilir oleh teman-teman sampai sampulnya lecek dan suaranya bergelombang. ingat saja peristiwa kaset GNR 2 ugun yang bernasib sama. <br /><br />banyak ending yang terjadi setelah proses peminjaman kaset dan mendengarkannya dengan saksama hingga puas. ada yang dengan sadar diri mengembalikannya dengan konsidi normal. ada yang sampai lagi ke tangan pemiliknya setengah utuh baik sampulnya maupun kasetnya. ada yang pura-pura lupa kalau tidak ditagih. ada yang meminjam kemudian meminjamkannya kepada teman lain, biasanya itu adalah kecengannya dan diaku-aku kaset miliknya. bahkan ada juga yang meminjam kemudian malah menghilangkannya baik sengaja maupun tidak sengaja. tapi tak jarang juga yang kemudian suka dengan kaset itu dan malah membelinya sendiri ke toko buat koleksi pribadi.<br /><br />untungnya kaset backlash-ku kembali utuh dalam kondisi normal dari opik.<br />" kita bawain 'the time alone with you', yu!" usul opik kemudian<br />" itu mah pakai kibod, pik. agak susah " jawabku<br />" siapa ya, yang bisa main kibod di kelas kita ?" lanjutku<br />" katanya intan bisa main kibod, yan " sahut opik<br />" iya?"<br />" iya... tapi gak yakin juga.. baru belajar!"<br />" nanti nanti aja deh... kita perdalam dulu ilmu nepersey sama don kray"<br /><br />iya, kayaknya ditingker emang belum butuh additional player untuk seksi kibod. ngurus personil segini aja masih kerepotan ngatur jadwalnya. apalagi nambah personil. mungkin di suatu saat perlu dicoba memakai kibod kalau ditingker sudah mulai ngebawain lagu dengan kompak. untuk sekarang kayaknya masih jauh. ya, cukup lihat axl rose aja main piano di klip november rain dan berkhayal-khayal kapan vokalis ditingker bisa kayak gitu serta nggak malah rebutan drum saat mau latihan di studio rental pak tulus.<br /><br />aku sendiri sebenarnya pernah punya piano kecil hadiah dari lomba deklamasi saat tk. jadul banget, ya. saat itu aku juara harapan satu. hadiahnya piano dengan harmonika. dan seperti biasa belajar lagu 'ibu kita kartini' dengan diajari oleh bapak yang khusus beli buku lagu-lagu perjuangan yang ada not angkanya. namun selalu saja bingung saat ada nada yang naik satu oktaf. tahu sendiri kan, piano-pianoan kecil jaman itu sederhana sekali dengan jumlah tuts cuma sepuluh yang artinya satu oktaf lebih sedikit dan nggak ada nada setengahnya. lalu kaki-kaki pianonya itu hilang satu persatu sebelum akhirnya aku kecil membongkarnya karena penasaran seperti apa isi piano itu dan kenapa bisa menghasilkan denting suara jernih. bisa ditebak nasib piano hadiah itu pada akhirnya bersatu dengan mainan lainnya yang juga keadaannya tak kurang menyedihkan. setelah itu aku tak pernah belajar main piano lagi.<br /><br />pernah juga belajar main pianika. itu tuh yang mirip pano tapi ditiup. yang ada selang panjangnya yang kalau habis dipakai selangnya dicabut dan dikibas-kibaskan agar air ludah yang nempel tertinggal berjatuhan. kalau belajar ini sewaktu kelas dua smp pada cecep gr. di kelas ia yang paling bisa memainkan alat musik ini. nafasnya lumayan panjang. sembari meniup dia memencet tutsnya. anak-anak paling doyan merequest dia lagu ' ini rindu'- nya farid harja feat. lucky reza. intronya kan pop banget. dan cecep gr dengan senang hati memainkan pianikanya.<br /><br />ilmu pianika inipun tidak berlangsung lama. pertama, karena berat banget ketika harus meniup sambil memencet tuts. nafasnya harus panjang dan berkonsentrasi menghafalkan tuts yang harus dipencet. apalagi tutnya jarang ada tanda angkanya, sering bingung di tengah lagu. kedua, dikarenakan memang tidak memiliki pianika yang waktu itu emang nggak kebeli. jadinya semakin maleslah belajar memainkan pianika. dan cuma mampu belajar memainkan suling recorder yang harganya terjangkau untuk dibeli. lagi-lagi akupun belajar recorder pada cecep gr yang selain pandai memainkan lagu-lagu nasional, dia mampu meminkan lagu pop yang sedang tren seperti 'ini rindu' tadi.<br /><br />" ini lagu apa?" tanya cecep gr biasanya pada anak-anak. gayanya udah mirip mc tantowi yahya di acara gita remaja tvri. pantesan aja namanya pakai 'ember-ember' gr.<br />" isabella...!" jawab anak-anak kelas yang sedang mengelilinginya dan mengagumi permainan recorder cecep gr. apal banget dengan lagu yang sering diputar di radio jaman-jaman itu atau du album minggu kita<br />" suci dalam debu !" kali lain anak-anak menjawab kompak.<br />dan cecep makin bangga, makin menggila. seluruh kemampuannya dikeluarkan.<br />" cinta kita ! amy dan inka christie!" <br />atau :<br />" maafkan ! slank!"<br />atau :<br />" sakit gigi ! megadeth. eh, meggy z"<br />kadang-kadang lagu ini :<br />" abang tukang bakso !" jawab anak-anak makin senang.<br />dengan modal yang seperti itu, cecep nilai pelajaran keseniannya paling tinggi diantara anak-anak kelas 2 tempatnya belajar dan 'berkonser'. tapi itu nggak cukup kuat buat ditingker untuk menariknya sebagai pemain kibod karena dalam UUD nya ditingker harus diisi oleh orang-orang sekelas. sementara cecep, pas kelas 3-nya beda kelas. lagian, kayaknya cecep lebih ingin bersolo karir dulu daripada ngeband. tapi jangan takut, aku dan cecep masih temenan. masih sering pulang bareng dari sekolah. masih menganggapnya master untuk urusan tiup meniup alat musik tiup.<br /><br /><br />***<br /><br />kaset juga tidak hanya bisa dinikmati suaranya saja. kalau kita jeli sampulnya juga memiliki daya tarik sendiri. bukan hanya sebagai pelengkap tetapi bisa jadi karya seni yang layak dinikmati. bukan hanya sebagai panduan susunan lagu, daftar personil band, atau kumpulan teks-teks lagu dalam kaset tersebut, tetapi juga sebagai prasasti band atau penyanyi tersebut. namanya juga album. layaknya sebuah album foto, nantinya bisa jadi semacam penyimpan kenangan, baik menyenangkan maupun menyedihkan.<br /><br />sampul kaset yang baik selalu didesain secara serius dan tidak asal-asalan seperti kaset-kaset lokal yang banyak beredar. secara, kaset lokal sampulnya seragam : menampilkan sang penyanyi, judul album yang selalu sama dengan judul lagu yang diunggulkan, warna yang norak, dan tanpa pesan, kesan serta filosofi yang hendak disampaikan. beda banget dengan sampul kaset (atau cd) dari luar yang keren tampilannya. sebenarnya nggak mutlak sih. tapi biasanya demikian.<br /><br />yang paling berperan selain isi sebuah kaset tentu saja sampul luarnya itu. meskipun ada ungkapan ' don't judge a cassete by its cover', tetapi tetap saja cover album bisa menarik orang untuk membeli kasetnya. apalagi kalau materinya memang bagus. di antara yang the best menurutku waktu itu adalah sampul albumnya van halen : Fuck. juga sampul album slank : suit-suit he he. atau album-album metallica yang sarat dengan pesan sesuai isi lagu-lagunya. <br /><br />dan kaset yang baru kubeli, bad english 'backlash' lumayan bagus juga desainnya. gambar modifikasi bendera inggris dalam warna gelap. sementara foto personil nongkrong di bagian dalam. sayangnya tidak ada teks lagu-lagu. karena itu satu-satunya kaset kojo saat ini maka aku bolak-balik membaca tulisan-tulisannya yang dalam bahasa inggris. keuntungan dari kaset non kompilasi adalah sifatnya yang pribadi. ada penjelasan lagu per lagu, siapa penulis lirik siapa penggubah musik. salah satu yang paling aku kagumi sampul kasetnya adalah album GNR use your ilussion baik part 1 maupun 2. isinya lengkap banget. dari mulai pencipta, penulis lirik, hingga siapa backing vocals tertera jelas. belum lagi gambar cover depannya yang katanya lukisan seorang seniman terkenal. nggak rugi mengkoleksi album itu. liriknya lengkap.<br /><br />ternyata band-band metal umumnya saling menghormati satu sama lainnya. iseng-iseng aku membaca isi sampul kaset-kaset metal sampai ke 'thanks to' nya. ternyata bad english itu temenan dengan saigon kick dan skid row. itu dinyatakan dalam thanks to mereka. juga kutemukan di kaset-kaset lainnya. band-band yang berbudaya ternyata selain bersaing mereka juga berteman baik. satu hal yang patut dicontoh. apalagi kalau satu label perusahaan rekaman. biasanya mereka saling dukung. shanon hoon-nya blind melon mau aja jadi backing vocal di lagu don't cry GNR. atau eric clapton yang membantu rekaman phil collins.<br /><br />sejak itu aku jadi kecanduan baca 'thanks to' di sebuah kaset. biasanya kan gak peduli banget. kini jadi paham bahwa bikin kaset itu ada sebuah proses panjang. jadi banyak pihak yang terlibat dan banyak pohak yang perlu di beri ucapan 'thank to'. lumayan juga pengetahuan ini, siapa tahu suatu saat ditingker rekaman jadi tidak terlalu shock. he he, berkhayal dikit. dan thanks to-thanks to yang ada di kaset aku beri stabillo oranye. terutama kalau disebut nama band lain yang di beri thanks to. kadang-kadang suka iseng ditambahkan thanks to nya yang ditujukan untuk diri sendiri. dan thanks to pun tak jarang berisi salam-salam atau curhatan sang penyanyi a.k.a band.<br /><br />pelajaran yang bisa kupetik dari bedah kaset ini yakni bahwa ngeband juga perlu bersosialisasi. perlu saling mempelajari. selama ini ditingker emang sudah menjalani hal itu yakni berguru pada taher dan the changkilungnya. namun rupanya itu masih kurang. mungkin ditingkernya sebagai pendatang baru di blantika musik smpn 1 masih malu-malu maung. maklumlah masih pada belajar, takut salah dan takut diketawain. tapi setelah ini tidak ada takut lagi. terus belajar dan belajar. maksudnya belajar di sekolah dan belajar ngeband yang baik. juga belajar berterima kasih pada pihak-pihak yang membuka jalan ditingker untuk sukses meskipun saat ini belum. jangan aneh bila suatu saat di sampul dalam album terbaru ' the thinker', tertera thanks to : taher & the changkilung band (atas pendidikannya selama ini), yoga (sebagai fans berat hingga susah diangkat), ijo (atas kesetiaannya menjadi pramuka), pak tulus ( lampu merah : satu lagu lagi, pak!), a rahmat (atas pinjaman gitar bolongnya), blazer (kapan kita napak tilas lagi?), nanang (poison okey, poison! apa udah ganti?), stik jiljian, basecamp pasundan, dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu serta tidaklupa Allah SWT yang telah memberikan keridhoannya pada band ini. ya, siapa tahu. siapa tahu bubar.....<br /><br /><br /><br />(thanks to : pui yang akhirnya tidur lelap dan mbu yang membiarkan ay ay tetap menulis meski malam mendekati sahur.)senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-52627782611158875442009-08-23T21:36:00.000-07:002009-08-23T21:44:43.093-07:00pintu 13, senin yang digeser<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg13hlT66UpZuIeks1hIiEANSFSYOMSvaqoKfpX4bzEl1OjCFS0yOZjif8UFra_C2tf2WYEiVHs9-Y1eCQ3CgeVVP9Uv6Y6JwlLSrCRrlsoqOabBfvotFxxRC-L2HEMw6URZchvB2UhCfA/s1600-h/metalzone.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 290px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg13hlT66UpZuIeks1hIiEANSFSYOMSvaqoKfpX4bzEl1OjCFS0yOZjif8UFra_C2tf2WYEiVHs9-Y1eCQ3CgeVVP9Uv6Y6JwlLSrCRrlsoqOabBfvotFxxRC-L2HEMw6URZchvB2UhCfA/s320/metalzone.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5373386387811989554" /></a><br /><br />kalaulah hari sabtu selalu identik dengan pramuka maka hari senin bisa disamakan dengan hari upacara bendera. kalau hari sabtu seragamnya coklat-coklat, maka hari senin seragam yang disarankan adalah putih-putih. kalau hari sabtu biasanya ada gairah yang tinggi ketika menjalaninya, maka di hari senin terkadang dihadapi dengan penuh kemalasan dan ogah-ogahan. masuk akal sih ditinjau dari 'what next'. hari sabtu menghadapi minggu yang libur dan waktu belajar yang lebih pendek. sementara hari senin dihadapkan pada lima hari ke depan yang terasa panjaaangg dan lamaaa. <br /><br />padahal kan seharusnya nggak begitu, setiap hari bisa bernilai dengan cara kita mengisinya dengan kegiatan yang bermanfaat. setiap hari diusahakan lebih baik dari hari sebelumnya. setiap hari harusnya disyukuri karena kita masih diberi kesempatan untuk berbuat kebaikan dan kebaikan atau memperbaiki hari-hari lalu yang kurang bener.seharusnya itu tidak hanya teori kalau kita mencobanya dalam pelaksanaan. <br /><br />seperti di hari senin itu, ketika kelasnya ditingker mendapatkan giliran untuk menjadi petugas upacara bendera. peraturannya emang demikian. setiap kelas mendapatkan jatah sekali atau dua kali untuk menjadi petugas upacara yang biasanya terdiri dari para pengerek bendera sampai di puncak tiang, pemimpin upacara, pembawa teks pancasila dan teks pembukaan UUD 45, pembawa teks doa, dan sisanya yang seabreg-abreg menjadi penyanyi aubade amatiran.<br /><br />biasanya di hari sabtu siangnya, di saat anak-anak lain gembira ria pulang ke rumah dengan rencana malam mingguannya, maka kelas yang kegiliran jadi petugas upacara harus berela-rela berpanas-panas untuk sekedar latihan upacara supaya pas seninnya upacara bisa berjalan lancar. ya, semacam gladi resik kecil-kecilan. jangan salah, meskipun semenjak sd sudah akrab dengan yang namanya upacara bendera, tapi kalau jadi petugas upacara pasti aja ada semacam rasa gugup atau malu-malu maung. beda dengan yang jadi peserta doang, bisa cuek dan sambil ngobrol di barisan belakang. atau mencela-cela bila ada kata-kata yang salah, yang aneh, batuk-batuk, ehm-ehm-an dan yang norak-norak lainnya.<br /><br />untungnya di kelas 3A orang-orangnya sudah banyak yang malang melintang di bidang upacara bendera. secara, opik dan ombi adalah manusia paskibra. ijo, dan erik manusia pramuka. untuk pengerek bendera ditugaskan kepada ombi, opik dan erik. ijo yang berpengalaman 3 tahun sebagai km menjadi pemimpin upacara. sofi menjadi mc. yang lain-lainnya adalahpetugas-petugas pembawa teks. termasuk nanang. iya, nanang yang 'poison okey poison!' itu ternyata mau juga ketika diminta sebagai pembawa teks pancasila untuk dibacakan pembina upacara.<br /><br />" biarpun muka preman, tapi jiwa tetep merah putih!" begitu alasan nanang ketika ditanya motivasi dia jadi petugas upacara. dan untuk itu dia bela-belin meminjam kaos kaki, khusus untuk tugasnya sebagai pembawa teks pancasila. aneh juga sebenarnya, padahal pancasila sudah semenjak kelas satu sd dihapal, tapi kenapa setiap upacara harus aja pakai teks. apakah ini formalitas atau agar terlihat keren seperti bung karno tatkala membacaka proklamasi. nggak tahu juga. mungkin lain kali opik perlu menjelaskan lebih lanjut. atau emang agar nanang dapat kerjaan aja? ah, pembawa teks pancasila kan bukan cuma nanang.<br /><br />dan tentang pancasila ini bukan hanya anak sd aja yang hapal, bahkan anak tk pun hapal meski terkadang baru sampai sila no 3, persatuan indonesia. jadi inget pengalaman sendiri ketika masih sekolah di tk. suatu saat guru tk mengetes hapalan pancasila anak-anak. sebelumnya emang sudah diajarkan dan malahan dipasang di dinding kelas tk. ada temanku, toni yang selain sekolah di tk juga sorenya mengaji di mang ojo. pas giliran dia ke depan kelas.<br /><br />" satu, ketuhanan yang maha esa !" serunya mantap, meskipun mungkin nggak tahu maknanya.<br />" dua, kemanuasiaan yang adil dan beradab !", ujarnya lagi. bu guru mengangguk angguk.<br />" tiga, persatuan indonesia!" bu guru semakin bangga.<br />" empat... empat....eee...." toni agak tersedat. mungkin lupa lagi. tahu sendiri kan sila keempat panjang banget. jangankan anak tk, anak sma pun terkadang lupa lagi kalu gak konsentrasi.<br />" empat, apa toni?" tanya bu guru lembut. toni berpikir sejenak...<br />" empat, puasa.... lima, naik haji kalau mampu....!" seru toni keras banget. bu guru cuma bengong. toni cengengesan dan langsung duduk di bangkunya. he, he... rupanya toni langsung kepikiran dengan rukun islam yang juga lima yang dipelajari di tempat ngajinya. <br /><br /><br />**<br /><br /><br />" kepada! pembina upacara. hormaaaat grrakk !!' seru ijo yang jadi pemimpin upacara dengan mantap dan percaya diri. biasanya yang jadi pembina upacara adalah kepala sekolah atau wakilnya. atau kalau keduanya lagi males, maka guru-guru yang jadi korbannya. iya, karena kadang-kadang guru-gurupun sering ogah-ogahan kalau diminta jadi pembina upacara bendera. biasanya ada petikan dialog gini :<br /><br />" ayo dong pak..."<br />" nggak ah....saya senin depan aja..."<br />" senin depan kan tanggal merah ?"<br />' ya udah, senin depannya aja lagi...."<br />atau :<br /><br />" silahkan aja bapak, bapak kan lebih senior...."<br />" justru itu, yang muda harus mulai tampil ke depan... kan saya bentar lagi pensiun..."<br />" nggak enak ah,... bapak aja deh, lagian suara saya lagi serak". <br />" nggak apa, nanti saya bantu...dubbing dari belakang...." he he, emangnya sinema korea..<br /><br />entah kenapa juga para guru gak mau jadi pembina upacara. mungkin karena harus berdiri di depan anak-anak sesekolah jadi takut gugup atau salah ucap. atau mungkin juga takut kepanasan karena berdiri lebih dari setengah jam sembari berjemur. padahal malahan bagus. kan, matahari pagi yang menyehatkan tubuh kita. tapi biarlah itu urusan para guru. kita, para siswa juga punya urusan masing-masing.<br /><br />"kepada! bendera merah putih ! hormaaat... grrak !!" lagi-lagi ijo berseru keras sekali. ya, emang harus keras sekali agar kedengaran oleh seluruh warga sekolah peserta upacara. kan gak asyik kalau biasa-biasa aja atau lembut seperti ini : " kepada bendera merah putih, hormat gerak...". makanya khusus untuk jadi pemimpin upacara bendera hari itu, ijo merequest lagu 'seek and destroy' dari metallica ke radio rugeri. biar mantab katanya, pake b, meskipun nggak ada hubungannya apalagi manfaatnya. biarlah, tiap orang punya keanehannya masing-masing.<br /><br />eh, ada yang kelupaan dikit. biasanya pas pemimpin upacara memberi aba-aba hormat gerak pada saat bendera akan dinaikkan, di antara hormat dan gerak ada, " hiduplah indonesia raya...(tu, dua...dalam hati)" dari dirigent tim aubade. jadi bunyinya ijo itu, "hormaaaaattt... 'hiduplah indonesia raya'... grrakk!!". barulah, kami tim aubade beraksi. menyanyikan lagu indonesia raya dari awal sampai akhir dengan khidmat. ya, sedikit fals memang. maklum amatiran dengan jam terbang cuma gladi resik sabtu. apalagi eka sok ngebas-basin suara. denger saja lafalnya jadi aneh, " hindonesaa.... tana hairku....thanah tumpah dharahkhu....". alhasil, semua anak laki-laki memakai suara basnya dengan tidak berpendidikan. apalagi sehabis ini ada dua lagu lagi nasional lagi yang selalu dinyanyikan tim aubade.<br /><br />" mengheningkan cipta.." kata pembina upacara sambil celingak-celinguk. maksudnya mengamati barisan dari sisi kiri ke kanan, apakah sudah siap apa belum, apakah serius apa masih main-main, " mulai...!!"<br /><br />kembali tim aubade menyanyikan lagu mengheningkan cipta. sementara para peserta upacara menundukkan kepala. ada yang berdoa, baca alfatihah, melamun, dan ada juga yang nerusin tidur. bahkan ada juga yang bisik-bisik sembari bergosip, " eh, lagu mengheningkan ciptanya, aneh ya...!".<br /><br />lagu selesai. pembina upacarapun menyatakan selesai. muka-muka diangkat lagi. mc memberitahukan bahwa sekarang saatnya pembacaan-pembacaan teks. saatnya nanang beraksi. dengan serius menyerahkan teks pancasila pada pembina upacara. pembacaan teks pancasila diikuti oleh seluruh peserta upacara sampai selesai. dilanjutkan dengan pembacaan tek pembukaan UUD 45. lalu ada amanat pembina upacara. amanat pembina upacara biasanya diisi oleh sepatah dua patah kata nasehat agar para siswa lebih rajin lagi belajar, taat peraturan, dan yang gitu-gitu. pada momen-momen tertentu sangat panjang lebar kayak ceramah idul fitri. ada kalanya juga cuma sebentar kayak kultum. <br /><br />sementara itu, bagi peserta upacara bab 'amanat' merupakan saat-saat rehat. kan, sebelumnya pemimpin upacara sudah mengaba-abakan, " istirahat di tempaaat, grak!!". makanya, para peserta mulai santai dan membuka dua kaki lebar-lebar setelah tegang semenjak awal. eh, para peserta juga sering tegang dan cemas lho. apalagi saat bab menghormat bendera. ya, takut kalau-kalau pas lagu 'indonesia raya' selesai bendera masih di tengah-tengah. atau sebaliknya lagu masih lama bendera udah sampai di puncak. <br /><br />dan tegang yang kedua dikarenakan faktor non teknis. biasanya di awal-awal upacara bendera guru-guru suka ngontrol dari belakang barisan. ada aja kerjaannya. memeriksa rambut siswa yang panjang melebihi kerah, mencubit siswa yang bajunya tidak dimasukkan ke dalam celana, mencari-cari yang gak pakai dasi atau mengambil secara paksa sisawa yang main-main dan dianggap membahayakan keselamatan upacara bendera.<br /><br />setelah bab 'amanat pembina' dilanjutkan dengan menyanyikan lagu nasional. biasanya lagu satu nusa satu bangsa atau bagimu negeri atau lagu lainnya yang liriknya pendek-pendek dan bolak balik. kadang-kadang kalau lagi semangat lagunya garuda pancasila atau maju tak gentar. tapi yang jadi favorit biasanya yang dirigent nya lantang menagwali ...." kita bela bersama...." dan langsung disambung tim aubade dengan, " satu nusa.... dst". atau lagu , "bagimu negeri... falling in love with you...". sorry, abis mirip sih...<br /><br />sehabis para peserta sedikit terhibur dengan lagu nasional yang tetap dinyanyikan penuh nasionalisme meskipun nggak jelas mana sopran mana alto mana bariton dan mana tenornya, maka kembali keseriusan melanda para peserta upacara bendera. inilah bab baca doa. ya, kali ini gak ada main-main. pun bagi anak yang terkenal bengal macam rifan atau ridwan, saat baca doa pasti mata tertunduk dan melafazkan doa apa saja. atau sekedar mengaminkan doa dari pembina upacara. <br /><br />"pembina upacara, meninggalkan lapangan upacara..." seru sang mc sofi. pikirnya, beres juga akhirnya. sementara itu para peserta berbisik-bisik di belakang, sambil ber- ha ha he he, "...pembina upacara, meninggal di lapangan...!". hus, nakal banget, sih. jangan ditiru, ya ! dan mc pun melanjutkan, "pengumuman-pengumuman...!"<br /><br />dan ijo serentak berteriak dengan sisa tenaga dan suara yang diserak-serakin. katanya, biar kelihatan bahwa tugas ini lumayan berat. <br />"istirahat di tempaaaat, graaak....!"<br />nah, kalau udah di bagian ini nyanteipun gak terlalu dilarang. bahkan ngobrol-ngobrolpun diperbolehkan meskipun tetap di dalam barisan. di bagian pengumuman-pengumuman ini biasanya diisi dengan pengumuman siswa berprestasi, atau kelas berprestasi atau prestasi sekolah belakangan ini. anak-anak yang dianggap mengharumkan nama sekolah disuruh ke depan untuk mendapat ucapan selamat dari pihak sekolah. kadang-kadang ada piala yang dibawa ke tengah lapangan upacara. tujuannya bagus, biar siswa lain termotivasi untuk ikut berprestasi. juga agar kecintaan siswa terhadap sekolah semakin meningkat. dan di bagian-bagian ending ini barisan upacara sudah lebih mirip kerumunan. gak apa-apa juga sih, kan formalnya upacara bendera sudah selesai. <br /><br />setelah pengumuman-pengumuman dianggap cukup maka pemimpin upacara membubarkan barisan upacara. kalau yang ini harus agak memaksa karena dengan berakhirnya upacara maka dimulailah proses belajar mengajar hari itu dan lima hari ke depan. ayo-ayo semangat lagi... <br /><br />**<br /><br />dan ditingker sedang full semangat senin itu. pasalnya nanti siang mereka akan berlatih band lagi alias capcay di rentalan milik pak tulus. kalau mau latihan band emang semangatnya suka ningkat. meskipun belum ada tambahan lagu yang berarti. paling mengompakkan lagu-lagu yang udah dipelajari. apalagi bagian-bagian melodi lagu belum sempurna aku mainkan.<br /><br />opik udah punya stik baru lagi. tapi stik yang patah kemarin masih disimpan juga.<br />" gini-gini... ini stik pertama aku...." katanya bangga<br />" lho bukannya udah ada...!" kata ombi<br />" nggak, baru yang ini!"<br />" yang di bawah ?"<br />anak-anak pada ketawa. dasar lelaki. eh, pada ngerti, kan?<br /><br />" mbi, yan... stik ini tidak akan kubuang...kenapa? karena stik bersejarah..." ujar opik lagi lebih serius<br />kami cuma mengangguk.<br />" nanti, kalau kita udah terkenal dan punya album...stik ini bakal diburu para kolektor..." jelas opik makin kemana-mana.<br />" iya gitu..?"<br />" iya, dong elvis presley aja buku rapot high skulnya meskipun nilainya ancur ditawar sekian juta dolar oleh kolektor..., siapa tahu stik patah ini ada yang minat nantinya..."<br />"iya deh, mudah-mudahan aja...."<br />karenanya stik itu disimpan dengan hati-hati oleh opik. dibungkus plastik dan setiap latihan dibawanya meskipun gak dipakai. <br /><br />hari itu semangat sepertinya menyelimuti anggota ditingker. aku juga mau nyoba klaber baru dan efek metalzon yang kata taher udah ada di pak tulus. kemarin-kemarin memang the changkilung latihan di pak tulus.<br />" kita kan mau konser !" jelas taher ketika kami bertanya kenapa the changkilung sering banget latihan alhir-akhir ini.<br />" konser ?" sahur kami gak ngeh.<br />" manggung..... biasa tujuh belasan..." jawab heri.<br />" biar keren...bilangnya konser aja, ya..." tambah taher sambil cengegesan.<br />oke lah... the thinker juga siap-siap untuk konser. pas perpisahan nanti.<br />" pake efek metalzone mah tinggal injak aja kalau mau memelodian teh...!" kata taher lagi."... pokoknya mah lebih mudah dan lebih enak, gak usah jongkok dulu untuk cutrak-cetrek..."<br /><br />ya, sebelumnya efek gitar yang dipakai adalah efek jadul model cetrek. makanya kami menyebutnya efek cetrek. dan biasanya ombi ngebantu aku mencetrekkan efek itu. aku yang belum terbiasa agak susah di saat bersamaan dengan memainkan gitar sementara tangan harus secepat kilat mencetrek efek. kalau gak mau mencetrek, maka sepanjang lagu efeknya nyala yang terjadang mengganggu instrumen lain.<br /><br />makanya hari senin ini aku bersemangat ingin mencoba efek gitar yang baru.<br />" tapi biaya sewanya kalau pakai efek itu jadi 3000 perak..!" ujar taher sebelum berpisah dengan ditingker.<br />" nggak apa-apa lah... yang penting puas...." jawab kami<br /><br />opikpun bersemangat karena hari ini mau mencoba stik baru yang kali ini bermerk sabian. bedanya kali ini dia gak mau mengklaim stik drum ini dipakai siapa. he he setelah peristiwa stik metallica dia gak mau sesumbar lagi. takut stiknya patah kayak yang dulu. yang jelas kali ini dia gak akan main sembarangan.<br /><br />yang lain-lainpun cukup bersemangat tinggi. tapi aku tahu, pasti mereka ingin pada duluan duduk di set drum seperti dulu. entah kenapa alat musik yang itu selalu saja ingin dipegang meskipun tugasnya bukan di situ. mungkin karena drum jarang-jarang ada di rumahan, seperti alat musik gitar.<br /><br />**<br /><br />sepulang sekolah ditingker udah ngumpul. kali ini menyempatkan diri dulu untuk sholat dhuhur di sekolah meskipun airnya manpet dan wc-nya bau pesing. ya, biar tenang dan tidak terganggu pikiran karena belum sholat. sebagai pegawai band sholeh sholat tetap diutamakan.<br /><br />kali ini mereka ngggak jalan kaki ke rentalan. ya, saking semangatnya mereka memilih naik angkot agar cepat sampai dan memainkan lagu-lagu yang telah dipelajari.<br />" mumpung awal bulan..." kata eka. he he kayak orang gajian aja.<br /><br />jadilah mereka menyetop angkot 02 di jalan siliwangi. untungnya angkot banyak yang ngetem dan masih kosong. opik eka dan ugun memilih di belakang. sedangkan aku dan ombi memilih di depan dekat supir yang sedang bekerja.<br />" biar cepat sampai......!" begitu alasanku saat anak-anak nanya kenapa maunya di depan melulu. padahal kalau di belakang aku suka pusing dan pingin muntah. maklumlah, orang udik yang jarang-jarang naik mobil.<br /><br />angkotpun melaju meskipun penumpangnya gak banyak. ya, karena angkot yang berikutnya keburu datang dan ngetem juga persis di belakang angkot yang kami tumpangi. dan pak supirpun tahu diri, berarti rejekinya ada di jalanan. dengan ikhlas dia menjalankan mobilnya. tentu saja kami senang berarti semakin cepat sampai ke tempat latihan. aku dan ombi cengar-cengir sembari berpandangan, ' are you thinking what i am thinking?'<br /><br />pelan angkot melaju, jalan muhammadiyah melewati rumah yoga, belok kiri jalan ranggalawe, belok kanan lagi jalan cikurai, jalan pasundan. sempat rame-rame melirik ke basecamp, rumahku. angkot terus saja berhenti dan jalan. menikkan dan menurunkan penumpang. hingg di sukadana. perempatan ciledug, pasundan dan barakatakyuda. anak-anak smp lain ada yang naik dan ada juga yang turun. angkot laju lagi hingga korem hingga...<br />" kiriiii !!" seru eka dari belakang dengan penuh semangat.<br />ya, karena udah nyampe di tujuan... daerah kondang rege yang nggak ada hunbungannya dengan bob marley. buru-buru kami turun. bendahara ombi membayar ongkos. angkotpun berlalu.<br />" jalan sawah...?" tanya opik<br />" iya..dong..." jawab kami semua. he he berarti masih pada takut pada preman kondangrege yang belum pasti. atau takut pada pikirannya masing-masing?<br /><br />**<br /><br />nggak perlu diceritakan lagi bagaimana the thinker nyampe di tempat latihan. yang jelas kejadian kemarin-kemarin pasti terulang : terjebak di lumpur sawah, mengendap-endap di antara tatapan anjing kampung dan berdebat masuk gang kiri atau gang kanan. bedanya kali ini lebih nyantei, udah tahu medan sih....<br /><br />seperempat jam kemudian mereka udah nyampe di tempat latihan band. sebuah band yang mebawakan lagu-lagu deep purple baru aja keluar dari tempat latihan. para aa-aa yang mungkin berusia di atas dua puluh tahunan tersenyum ramah. eka sempat terkagum-kagum pada suara sang vokalisnya yang tinggi banget dengan vibrasi mantap. belakangan aku tahu si aa nyanyiin lagu " child in time" nya deep purple. lagu jadul sih, tapi gak apa-apa juga soalnya yang nyanyiin juga jadul-jadul. jadi klop.<br /><br />kamipun masuk ke studio yang mulai akrab itu. drum letaknya di sini. gitar di sini. mikropon di sini. ini ini ini...pokoknya udah kenal deh.<br />" pa, pake metalzone...!" pintaku ke pak tulus yang ngebantu-bantu kami ngeset sound sistem. pak tulus yang berkacamata itu masuk ke ruangan sebelah dan keluar lagi sambil membawa efek metalzon berwarna oranye. kelihatannya bukan efek baru. aku mencobanya. memetik gitar, memelodian, menggenjreng dan menginjak efek yang sudah diset oleh pak tulus. dan jeng..jeng..jeng.. jeng... jeng....<br />anak-anak terkagum-kagum dengan suara yang keluar dari gitar melodi yang kumainkan.<br />" bagus euy... mantap !" seru opik. yang lainpun sudah mulai beres menyetem gitar. ombi juga sudah puas menggebuk drum yang direlakan oleh opik.<br />" ayo, yan...lagu pertama !" teriak ombi setelah memegang mikroponnya<br />lampu hijau menyala. opik baru saja selesai pemanasan dengan solo drum yang mulai bergaya ngeprof.<br />" satu dua tiga..." seru opik memberi aba-aba. tapi...<br /><br />tok ! tok ! tok ! pintu tiba-tiba diketuk. kamipun urung memainkan never say. saling berpandangan, huh ganggu aja...!<br />tok ! tok ! Tok pintu diketuk lagi lebih keras.<br />seseorang melongok dari kaca jendela. kali ini jendela kaca diketok juga lebih keras dari tadi. ombi membuka pintu.<br />" ada apa....!" tanya ombi.<br />langsung aja seseorang tadi yang kebetulan kukenal sebagai preman di kampung sebelah pasundan masuk.<br />" a... maaf bisa digeser sebentar !" katanya. beberapa pemuda juga masuk ke studio. wajahnya seragam, wajah preman sedang mabuk. ada bau alkohol menyeruak. digeser?<br />" maksudnya, apa a....?" tanyaku di antara ketakutan dan kaget. meskipun salah seorang teman kami yakni nanang adalah reman, namun melihat reman yang ini kami gak berani. reman yang ini beda banget. bukan reman reman kajajaden kayak nanang, yang masih menyempatkan diri jadi petugas upacara. dan nanang nggak mabok-mabokan. kayaknya yang ini biangnya reman. makanya wajar kalau opik dan ugun diam aja di pinggiran deket set drum, gak berani ngomong saking takutnya. eka apalagi. aku aja dan ombi dengan memberanikan diri menghadapi mereka meskipun lutut bergetar.<br />" begini... latihannya gue dulu.... mau manggung !!" teriak salah seorang dari mereka.<br />" iya, kalian nanti aja... digeser...!" tambah yang lainnya. tak ada roman muka meminta apalagi memohon maaf lebih dulu.<br /><br />aku meminta persetujuan ditingker lainnya dengan 'are you thinking what i am thinking'. opik mengangguk. eka mengangguk. gitarnya udah ditaruh dari tadi. dengan lunglai kamipun melepaskan intrumen masing-masing. sorry ya metalzone ! sorry sabian....<br /><br />" mau manggung di acara apa, a?" tanya ombi sok akrab. ya, basa-basi dikitlah.<br />" 17-an !" sahut salah seorang mereka kesel. <br /><br />pak tulus masuk ke ruangan studio. belum sempat bertanya ketika salah seorang dari 'preman band'dengan tak ada sopan-sopannya bilang, " digeser pak...! latihan 3 jam...!". anak-anak ditingker udah gak tahan. "yang sopan dong, kang preman....!" dalam hati kami protes berat.<br />" nggak apa-apa pak... kami lain kali aja....!" ombi menerangkan. ya pak tuluspun kelihatan gak enak pada anak-anak ditingker yang lebih dulu menyewa studionya. di sisi lain pak tulus takut juga pada band preman yang kelihatan haus darah dan haus beneran. kelihatan salah seorang dari mereka dengan rakus meminum jatah air putih gratisan milik ditingker yang biasa disediakan bagi para penyewa studio.<br /><br />ditingker keluar studio dan preman band yang berjumlah lima orang masuk menggantikan. menggeser, istilah mereka mah. wahetever, yang jelas ditingker gondok banget. cuma gak berani juga untuk protes langsung. mereka besar-besar dan reman-reman. hanya duduk-duduk di bangku panjang menatap kesel pada preman band yang sedang menyetel lagi alat musik.<br /><br />"pulang..ah..." ajak opik. " tiga jam menunggu, mau ?"<br /><br />dengan penuh kesal, bete, marah, bingung dan juga sedikit ingin ketawa karena ketidakberdayaan kamipun meninggalkan studio pak tulus. meninggalkan efek metalzone yang belum sempat diaplikasikan dalam lagu. meninggalkan ketukan stik sabian terakhir yang hanya baru di intro saja. meninggalkan semangat senin dengan canda di angkot 02 tadi dan juga meninggalkan pak tulus yang dibalik kacamata tebalnya menatap ditingker dengan penuh permintaan maaf dan rasa sesal.<br /><br />ya, udah barudak.... capcaynya lain kali aja. toh, konsernya juga masih lama. lagian tadi kan udah aubadean di sekolah. anggap aja latihan. sabar, ya.....senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-40490202457272297862009-08-21T03:48:00.000-07:002009-08-21T03:53:54.912-07:00pintu 12, every nanang has its thorn<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiztvG9_E195BIZEegsWsY1U16dN3PA1hgDuK0WLpxsA_EGmYvhMWyOODaHbPAUXhXUE1tBQtyLHDqXtdQir8TtkK23-I6cODqXS2_lsy3a5MExtGERqGwMMqg0khzdVKc-bl-VbBLlZPM/s1600-h/pioson+oke.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 254px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiztvG9_E195BIZEegsWsY1U16dN3PA1hgDuK0WLpxsA_EGmYvhMWyOODaHbPAUXhXUE1tBQtyLHDqXtdQir8TtkK23-I6cODqXS2_lsy3a5MExtGERqGwMMqg0khzdVKc-bl-VbBLlZPM/s320/pioson+oke.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5372368329558709378" /></a><br /><br />di sebuah siang yang panas saat orang-orang kebanyakan lelap dalam tidur siang. ombi, eka, dan aku masih berdiri di depan pintu pagar besi yang sedang terbuka sebuah rumah besar di sekitar jalan kabupaten. ragu-ragu menyergap kami untuk sekedar memencet bel atau bilang permisi saja. kami bertiga masih memakai seragam biru putih yang udah lecek dan kemejanya dikeluarkan. aku dan eka bersepatu. sementara ombi, nyeker....<br /><br />" ka, kamu dong yang duluan masuk....!" kata ombi setelah berlama-lama menunggu.<br />" gak mau !...kamu aja duluan...kan kamu yang butuh ...!" tukas eka. enak aja, ombi yang butuh kok saya yang jadi umpan.<br />" malu, ka... masa nyeker gini....!" ujar ombi<br />" iya ka... lagian kamu kan udah akrab sama dia, sejak kelas dua...." kataku mencoba membela ombi.<br />" apaan sih...?" eka masih tetap bertahan, " aku cuma nunjukin doang,... selanjutnya terserah kamu, mbi!"<br />" atuh ka.... malu nih, katanya dia juga kan suka ke kamu...." ombi kembali memelas. <br />" gak tahu ah, kalau soal itu.... " sahut eka sambil berbalik dan pura-pura lihat-lihat jalanan sekitar yang biasanya juga sepi. sempat juga melihat-lihat ke arah mesjid agung yang tak jauh dari situ.<br />akhirnya,...<br />" ayo mbi, masa malu sih... kita kan bukan mau maling. " ajakku. aku masuk pelan-pelan ke pintu pagar besi yang setengah terbuka itu. ombi mengikuti dari belakang. eka yang melihat dua sobatnya mulai berani masuk juga mengikuti dengan menjaga jarak tertentu. he he kayak spy aja lagaknya.<br />" assalamualikum.... punten....!" aku dan ombi bergantian mengucap salam. sekali belum ada respon dari empunya rumah. mungkin yang di dalam sedang di dapur atau sedang tidur. ah, belum tiga kali juga. lanjut, mbi..... kembali kami 'uluk salam'. sekarang lebih keras dari tadi.<br /><br />kami melihat seseorang mengintip dari gordeng. unkown. kami gak jelas siapa dia dan kayaknya dia juga gak kenal siapa kami. cuma saling menyelidiki tapi gak ada aksi. ah, kesempatan terakhir, kamipun mengucap salam lagi. kali ini lebih keras dan lebih panjang. kalau dalam ngaji mah istilahnya mad. dan mad yang kami gunakan adalah mad yang lebih dari tujuh harkat. kebayangkan panjangnya. <br /><br />seseorang perempuan seukuran mbak-mbak keluar dari pintu samping rumah. nah, ternyata mbak-mbak yang tadi ngintip. kami berucap syukur dalam hati, tidak sia-sia segala mad kami lafalkan dalam salam tadi.<br />" mau ketemu siapa ya...?" tanya si mbak dengan sedikit logat jowo.<br />" rina-nya ada, mbak...?" ombi yang jawab. disopan-sopanin.<br />" adik ini siapa? temennya ya?..." tanya si mbak lagi.<br />" iya...temen sekelasnya..." jawab ombi dan aku bareng.<br />" oh... tunggu sebentar ya. ayo silahkan duduk...!" sahut si mbak sembari menyilakan kami duduk di kursi rotan yang tersedia di teras rumah.<br />" makasih, mbak..." jawab kami. eka yang dari tadi cuma berdiri dari kejauhan menghampiri. dan langsung aja duduk di kursi yang tersedia dengan innocennya. he he kelakuan khas anak remaja smp di masa puber emang kayak gini. biasanya kalau mau main ke rumah teman cewek. datangnya rombongan. dan seseorang yang paling berkepentingan biasanya selalu merasa istimewa. yang lain disuruh maju duluan. pas jalan udah terbuka lebar baru deh memainkan peran dan merasa paling berjasa. ya, kayak cep eka ini. meskipun kali ini kasusnya agak beda.<br />" hei...." tiba-tiba sesosok cewek berpakaian jins dan tshirt ramah menyapa kami. sosok teman sekelas kami.<br />" hei juga, rin....! maaf, mau ganggu sebentar...!" kataku dengan agak malu-malu.<br />rina, teman sekelas kami itu langsung duduk di kursi yang masih kosong.<br />" iya ada apa? belum pada pulang, ya...?" tanya rina mengamati temannya satu-persatu. kucel amat temen-temen gue, pikirnya.<br />" ya... belum pada pulang. abis latihan band. ngg... ini nih, ombi ada perlu ..." jelasku langsung aja menyerahkan urusan pada ombi. <br />" ada perlu apa..mbi ?" tanya rina. sesekali matanya melirik ke eka yang sedang pura-pura melihat bunga-bunga di pot. aduuhh euy..., witt wiiiw....!<br />" maaf sebelumnya maaf ya rin.... saya mau minjam.... sendal.... boleh nggak?" kata ombi sambil malu-malu macan.<br />" ha, sendal?" rina malah balik nanya sembari heran.<br />" iya... sepatu saya hilang. di masjid agung...." jawab ombi. o la la... ternyata ombi nyeker gara-gara itu. hal yang gak aneh, di tempat sesuci masjidpun kriminalitas kecil-kecilan bisa saja berlangsung. seperti yang menimpa vokalis ditingker ini.<br />" iya rin... tadi abis latihan band kita sholat dhuhur dulu di masjid agung. eh, sepatu ombi malah ada yang nyuri. mana sepatunya masih baru...!" jelasku. Rina cuma bisa tersenyum dikulum. pikirnya, ke mana lagi minta bantuan. kan gue yang paling deket masjid agung. pingin ketawa juga dengan tragedi teman sekelasnya ini. tapi ditahan aja takut dituduh meledek.<br />" ada sih.... tapi sandal jepit gak apa-apa...!" ujar Rina akhirnya.<br />" gak apa-apa... buat pulang doang, kok... besok di kelas di balikin !" sahut ombi kegirangan. lumayanlah, daripada pulang nyeker.<br />" tunggu atuh sebentar " kata rina sambil berdiri dan masuk lagi ke dalam rumah.<br />alhamdulillah. bisa pulang juga deh mbi.... nanti-nanti mah kalau ke mesjid sepatunya dikantongin aja ya biar gak hilang.<br />tak lama Rina udah keluar lagi sambil menenteng sepasang sendal jepit warna hijau. sepasang sendal jepit yang masih baru karena mungkin jarang dipakai oleh pemiliknya. atau sendal jepit yang biasa dipakai khusus di dalam rumah saja.<br />" ada juga yang ini..... gak apa-apa?" kata Rina sambil meletakkan sandal jepit itu di lantai.<br />" nggak apa-apa rin... cukup cukup..." tukas ombi dan langsung mencobanya. agak kegedean dikit, sih. tapi gak apa-apa. <br />" orang rumah pada kemana, rin..." tanya ombi basa-basi setelah merasa akrab dengan sendal jepit pinjaman.<br />" ibu ada, sedang istirahat... kalau bapak pulangnya sekitar jam empatan..." jawab rina santai. <br />" eh, mbak-mbak yang tadi siapa rin. pembantu ya ?" tanyaku iseng.<br />Rina tersenyum sambil mengangguk.<br />" he he... kata ombi salam, tuh..." tambah kumat isengku <br />" apaan..! nggak ketang rin....kamu kali..." ombi protes berat.<br />Rina cuma tertawa. tawa yang suatu saat menurut eka mirip artis ita purnamasari. ah, iya gitu?<br />" eka, kenapa diam aja..." tanya rina pada eka yang sedari tadi emang manyun aja.<br />" nggak apa-apa. cuma lagi mikir dikit. eh, boleh nanya nggak?" tukas eka<br />" nanya apa...?"<br />" kalau di sini pakai sumur, jet pam, atau ledeng....?" tanya eka serius penuh.<br />" maksudnya ?.... ya, ampun... kalian belum dikasih minum ya.... maaf, lupa...!" seru rina baru ngeh. langsung aja rina berdiri dan masuk lagi ke rumah. <br />eka cuma terkekeh ringan. aku dan ombi memelototinya sembari, " malu-maluin...!"<br /><br />rina nongol lagi dengan tiga buah gelas berisi air berwarna kuning keoranyean di atas baki alumunium. pasti orson. bukan ah, es jeruk. atau markisa...? markisa haqque!<br />" sok... diminum dulu....!" tawar rina di antara senyam-senyum ita-nya.<br />" wah, gak enak nih... jadi ngerepotin....."kata kami pura-pura menyayangkan. padahal seneng dari tadi kehausan sehabis jalan kaki dari kondangrege ke alun-alun.<br />" enggak kok... kebetulan aja lagi ada...." jawab rina ringan.<br />" makasih atuh...." sahut kami dan langsung aja mengambil gelas minuman begitu ditaruh di atas meja. regot....regot....leguk. sekejap tiga gelas berisi minuman yang tenyata air jeruk udah hampir habis. rina senang aja melihat kawan-kawannya begitu bersemangat. ya, kapan lagi nyenengin teman. apalagi ini ada ekanya, ya rin. <br /><br />tiba-tiba saja kami teringat ugun dan opik yang lagi nungguin tas-tas kami di beranda masjid agung. ah, malang nian kalian. " rin, bisa minta dua lagi...dibungkus aja pake plastik. buat ugun dan opik yang lagi nunggu di masjid...."<br />ombi !! malu-maluin ! <br />rina cuma bengong. emang lagi jualan?<br /><br />**<br /><br />nanang sableng lagi. kemana-mana sekarang dia bawa spidol besar merah yang susah dihapus. dan di mana-mana pula dia menulis 'poison, okey poison !. di atas mejanya ada tulisan itu. di kantongnya yang udah lecek juga ada. di whiteboard yang di depan kantor tata usaha juga. di lembar belakang buku tulisnya jangan ditanya lagi. terakhir, nanang menulis slogannya di lantai lapang basket. bahkan saking udah teracuninya nanang dengan poison dia menuliskannya di bagian belakang bawah kemeja sekolahnya dengan spidol warna merah dan hitam. berani banget uy...., tapi keren juga. kreatif. biasanya kan gambar-gambar sablon baju ada di depan atau di punggung. tiap pulang sekolah atau pas gak ada guru, baju seragamnya dikeluarin. tujuannya jelas, mamerin 'poison' nya itu. <br /><br />suatu ketika aku penasaran juga dengan kepoisonan nanang yang udah mendarah daging itu. di suatu jam pelajaran kosong aku nyempatin ngobrol sama nanang. (eh, emang ada gitu pelajaran kosong? biasanya kan pelajaran bahasa indonesia, matematika, fisika, dll, dst, dsb...). maksudnya, jam pelajaran di mana gurunya berhalangan ngajar. bisa karena ada keperluan, bisa juga karena emang gurunya malas aja. atau gabungan keduanya.<br />" nang, tahu lagu unskiny bop?" tanyaku ngetes, setelah dirasa aman gak ada teman lain di bangku nanang.<br />" nggak... lagu siapa...? " sahut nanang cuek di sela kegiatan corat-coretnya di buku tulis. itu buku udah keriting aja. mengalahkan galingnya opik. habis, kadang-kadang nanang jarang bawa tas. jadi dia nyelipin begitu aja bukunya di dalam celana. kan jadi gak rapi. untungnya selama ini anak-anak cewek jarang merhatiin. kalau tahu, mungkin nanang gak bakal dikasih contekan pr matematika. sementara pulpen dimasukkan saku dan sering hilang atau tintanya mengotori seragamnya yang udah gak putih lagi itu.<br /><br />" kalo bret michel, apal gak..? " tanyaku lagi, semakin penasaran.<br />" teuing atuh... kalo michael jackson tahu..." jawabnya, semakin gak konek.<br />" hm... grup metal poison mah tahu ?"<br />" tahu dong... poison, okey poison ! itu mah idola !" seru nanang<br />" lagunya yang gimana, nang ?" tukasku<br />" nngg... yang itu... pokoknya mah, poison okey poison...!"<br /><br />ampunnnn deh... nang ! gue nyerah, lo emang beracun.<br />" mari, nang...ka warung dulu, udah bel istirahat..." <br />aku tinggalkan nanang dengan keasyikannya. beu, ternyata nanang emang poison mania. harus hati-hati, every nanang has its thorn.....<br /><br /><br />**<br /><br />sebenarnya ide tulisan di belakang bawah baju seragam bukan murni ide nanang. dia juga cuma ikut-ikutan. emang, jaman itu nulis grup metal di belakang bawah baju seragam lagi ngetren karena di sekolah maupun di kelas gak akan diomelin guru. kan bajunya dimasukkan ke dalam celana. jadi rapi-rapi aja. nah pas bubaran sekolah barulah fashion show. <br /><br />akupun ikut-ikutan. kalo nanang tulisan 'poison' meskipun gak ngerti lagunya, maka aku dengan tulisan 'white lion'. yang bikin adalah rahmat, teman kakak sepupuku itu. itu lho, yang minjamin gitar ke rumah. nah udah pada inget kan. ia juga ternyata jago gambar. maka nangkringlah tulisan whitelion, band yang nyanyiin yur ol ai nid, di seragamku bagian belakang bawah. gak apa-apa ngorbanin satu baju seragam. sing penting keren. yang lain juga ikut-ikutan. di seragam eka ada tulisan extreme dengan spidol merah.itu aku yang bikin karena agak mudah. ditambahkannya pula tulisan ' feat. more than words'. he he kayak iklan kaset aja. ijo malah lebih gagah dengan tulisan metallica. secara, ijo emang lagi belajar intro 'seek and destroy' bersama anak-anak kanssas. meskipun baru bisa intro, ijo cukup bangga. padahal dia belum apal chord gitar.pendeknya hampir setiap anak lelaki di kelas memiliki baju bertuliskan grup metal dengan huruf khasnya. dan rame-rame pas pulang sekolah dipamerin dengan cara mengeluarkannya dari celana. <br /><br />termasuk ombi. yang baru belakangan nyadar dengan tren gak penting ini.<br />"yan,... sini !" katanya padaku yang lagi santai di kelas menjelang menjelang bel istirahat. sementara itu anak-anak lain udah pada jajan ke warung. mumpung jam kosong kata mereka. azas manfaat pisan nya.<br />" apa mbi...eh, sendal si rina udah dibalikin?" tanyaku ngingetin. kemarin udah janji.<br />" ada nih di kantong..." sahut ombi." yan, tuliskan yang kayak anak-anak itu....!"<br />" metal-metalan?" tanyaku<br />" iya...sok siniin bajunya...."<br />" ini, baju yang ini..." ombi menyerahkan seragam putihnya yang masih dibungkus keresek. busyet, niat amat.<br />"apa tulisannya?"<br />" the thinker !"<br />aku mengangguk-angguk. dasar narsis, tapi aku juga setuju habis. hitung-hitung promosi. siapa tahu ada yang mau ngondang kita ngeband. meskipun baru hapal tiga lagu.<br />" mbi, kasihkan sendalnya sekarang... mumpung lagi nyantei...." aku gak enak juga. soalnya kemarin sudah janji. siapa tahu sendalnya mau dipakai. orang sekaya rina? sendalnya cuma satu? gak punya sendal yang lebih baik lagi? iya? ...eh bukan gitu, ini mah about janji. janji harus ditepati. makanya...<br /><br />" mana rinanya?" tanya ombi celingak-celinguk.<br />" di luar, kali!" jawabku pendek.<br /><br />ombipun keluar kelas dengan sepasang sendal jepit dalam bungkusan keresek. sementara aku asyik berkarya di seragam ombi. ah, pakai dua warna aja biar tambah bagus. <br />" nang, pinjem spidol merah....!" pintaku ke nanang yang sedang di kelas juga. nanang menyerahkan senjata andalannya itu. dia sendiri lalu pergi entah ke mana. akupun asyik menulis the thinker, diukir-ukir hingga detil. bagus juga, gue gitu... lhoks !<br />tiba-tiba ombi datang.<br />" udah, mbi...?" <br />" wah, malu aku.... "<br />" kenapa ?"<br />" pas nyerahin sendal lagi banyak anak-anak....diketawain...si rina juga malu!" kata ombi cengengesan. ha ha akupun ketawa membayangkan hal itu.<br />" udah, simpan aja di bangkunya...." kataku. ombi nurut aja.<br />" iya.... nih udah beres ! gimana? keren?" tanyaku<br />" bagus..bagus... pakai ah...!" seru ombi takjub. membuka baju putihnya dan memakai baju sekolah dengan tulisan 'metal' karyaku. baju yang tadi digulungnya begitu aja. lalu dimasukkan ke tas sekolahnya.<br />" hayu ah...ke warung... lapar !" ajakku. aku dan ombipun melangkah menuju warung ibu ncus. sempat berpapasan dengan nanang yang masuk kelas.<br />" nang, spidol di atas mejaku. makasih !" teriakku<br />" sip !!" sahut nanang.<br /><br />***<br /><br />bel pulang udah dari tadi. km ijo baru saja selesai memimpin doa pulang. anak-anak 3A satu persatu pulang dengan tertib. pak bakti, guru elektro udah keluar duluan. seperti biasa dengan bangga baju sekolah pada dikeluarlan. terutama ombi, pendatang baru. it's show time. here we come "the thinker". aku mengedipkan mata ke ombi. ombi membalas dan menuju pintu keluar bak peragawan kelas tinggi. langkahnya berayun-ayun.<br />" ombi....!!" sebuah teriakan menghentikan langkahnya. ombi menoleh. rina yang tadi berseru. ada sofi dan juga novi di sana. lagi ketawa-ketawa gak jelas.<br />" sini dulu...." rina meminta ombi ke bangkunya.<br />ombi balik badan. saatnya memamerkan 'the thinker' pikirnya.<br />" ada apa rin? eh ada sofi sama novi juga...." <br />" kenapa sendal jepit rina dicorat-coret....!" seru rina to the point<br />" dicorat-coret. nggak, ah...." jawab ombi. <br />" ini buktinya...." rina mengeluarkan bungkusan keresek dari laci mejanya.. dikeluarkannya sepasang sendal jepit yang udah penuh coretan grafiti gak jelas." eh... kenapa begini...?" kata ombi diantara heran dan pingin ketawa.<br />" meni iseng.... " ujar rina kesel. pikirnya, udah ditolongin malah ngelunjak.<br />" bukan kerjaan saya, ini mah...!"<br />" bohong, siapa dong?"<br />" sini lihat apa tulisannya...." ombi mengamat-amati tulisan pada sepasang sendal jepit milik rina. diamati dan sekali lagi diamati. tulisan gak jelas, mungkin maksudnya seni, dengan spidol merah. ini kaligrafi atau apa....tanyanya dalam hati.<br />" siapa, mbi?" tanya sofi penasaran. " bentar...." sahut ombi. lalu....<br />" oh... ini mah pasti kerjaan si nanang..." jawab ombi girang. " lihat aja tulisannya,...." lanjutnya<br />" emang apa?"<br />" poison, okey poison !... tuh, poison okey poison....!" kata ombi sambil menunjukkan tulisan pada sendal jepit rina. ombi pun berlalu di hadapan tiga teman ceweknya itu sambil memaerkan ' the thinker' nya dengan penuh kemenangan.<br /><br />iya siapa lagi, atuh rin ? sofi, novi, dan rina cuma bengong dan saling berpandangan. asli, mereka nggak negrti dan nggak bakalan ngerti. dunia nanang emang hanya dunia anak lelaki. tapi ombi sudah tahu pasti. jangankan sendal jepit, rin. lapang basket aja bermerk dia.... ah every nanang memang has it's thorn.....senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-81596388118683320902009-08-18T22:33:00.000-07:002009-08-18T22:36:29.205-07:00pintu 11, gitar baru ugundari rumahku ke sekolah tidaklah terlalu jauh. begitu juga dari sekolah ke rumahku. jarak rumahku ke sekolah kalau diibaratkan sama dengan jarak dari rumah eka ke sekolah. ya, memang agak jauh dikit karena rumah eka pada jaman itu agak-agak minggir meskipun masih di tarogong. setiap hari, aku berjalan kaki ke sekolah. by foot, kata eko jangkung mah. begitupun teman-temanku yang lainnya rata-rata jalan kaki ke sekolah. kecuali kalau cuaca tidak memungkinkan atau hampir-hampir terlambat, barulah mencari-cari becak atau kendaraan lain seperti angkot. tapi kalau naik angkot agak susah juga. soalnya masih tetap harus jalan kaki. kan gak ada angkot yang berhenti tepat depan sekolah.<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjngdCvKTiDU9Pskl4O1xMg0RszfrOHJ15MG1iS-N3vCw145htYc46RgXjihHO_kuPv-xYLa8lVNbBxzCFmCTRmYSFBFiCb3O7RdM98L1uvi3R4clh_6WNRvPy_swGGzLB0-GHc9ugWyY4/s1600-h/gitar+ugun.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 158px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjngdCvKTiDU9Pskl4O1xMg0RszfrOHJ15MG1iS-N3vCw145htYc46RgXjihHO_kuPv-xYLa8lVNbBxzCFmCTRmYSFBFiCb3O7RdM98L1uvi3R4clh_6WNRvPy_swGGzLB0-GHc9ugWyY4/s320/gitar+ugun.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5371544481314387698" /></a><br />begitupun pulang dari sekolah. by foot adalah pilihan utama meskipun harus melawan terik matahari siang-siang. tapi kalau udah terbiasa sepanas apapun dijalani saja. apalagi kalau pulangnya bareng teman lainnya. sambil ngobrol-ngobrol sambil bercanda-bercanda dengan tiada terasa sampai pula di rumah. kecuali kalo sedang hujan biasanya kami patungan naik becak. walaupun sering juga diledek, " kok, anak laki-laki naik becak?". beneran, naik becak bagi sebagian orang waktu itu identik dengan kendaraan anak perempuan. padahal tidak ada dalam UUD 45 nya anak laki-laki gak boleh naik beca. kan emansisapi....<br /><br />pernah ada kejadian yang berhubungan dengan naik beca. ceritanya waktu kelas dua sepulang ebsem. tahu kan ebsem? ia adalah sejenis ujian akhir semester. singkatannya aja evaluasi belajar semester. kalau sekarang mah uas. nah, pas pulang ebsem sekitar jam satuan, turun hujan lebat. mulanya aku jalan kaki dengan ugun menentang hujan. buku yang cuma bawa sebiji dimasukkan ke dalam baju. biasanya bertiga sama ijo. cuma saat itu ijo ada perlu di sanggar pramuka sirung. <br /><br />awalnya hujan gak besar, tapi pas di depan toko adidas jalan cikuray hujan membesar. jadilah kami berteduh dulu. berhubung perut lapar maka kami putuskan pulang dengan naik beca.<br />" mang, narik mang...!" kataku di tengah deras hujan pada satu-satunya mang becak yang saat itu juga sedang berteduh sambil merokok pahpir.<br />" mangga, mangga cep..!" jawabnya. pikirnya, ah jadi juga nih anak naik becak saya. ditungguin dari tadi juga.<br />" berapa mang ? " aku menanyakan tarip beca. takut uangnya gak ada.<br />" kemana, cep...?" tanya si mang lagi<br />" pasundan !"<br />" pasundannya sebelah mana?"<br />" gang kartini !"<br />" udah, tiga ratus aja..." si mang beca akhirnya menyebutkan tarip.<br />" kurangin dong mang...!" tawar aku, uangku gak cukup, bo. cuma tinggal dua ratus. ugun katanya uangnya udah abis. atau mungkin malahan dia gak bawa uang dari rumah karena hari ini ebsem bukannya belajar. <br />" udah pas cep... jalannya kan nanjak " ujar si mang beca keuekeuh dengan ketetapan harga yang diberikan<br />" kan anak sekolah, mang...." aku masih berusaha membujuk si mang becak. siapa tahu dengan alasan ini dia tergerak hatinya membawa aku dan ugun berpulang ke rumah.<br />" udah murah, cep... seorangnya kan seratus lima puluh " jawab si mang beca mencoba bertahan. malahan disertakannya itung-itungan matematika.<br />aku dan ugun berpandangan. are you thinking what i am thinking?<br />" bentar ya mang...." aku dan ugun agak menjauh dari si mang becak.<br />" udah, yan.... kamu ada sendiri !" kata ugun<br />" gak apa-apa...?" aku ragu-ragu<br />" iya, sok...."<br />aku menghampiri si mang lagi. " mang, seorangnya seratus mapuluh?"<br />" iya " jawab si mang cepat<br />" ya udah... saya aja yang naik. sendiri. seratus lima puluh kan?" usulku di antara harap dan cemas. lumayan kalu disetujui masih sisa gocap.<br />" ya, gak bisa cep.... tiga ratus teh udah paket..... gak bisa diseorang-seorang...!" jelas si mang becak. gak balik modal dong saya, begitu pikir si mang becak.<br />" yah.. si mang mah... gak jadi aja deh....!" kataku kembali le ugun yang cengar-cengir. ya, sebenarnya itu juga udah murah. biasanya tarip beca jaman itu di atas lima ratusan. ini mah karena ke pelajar aja. jadi murah. begitu si mang melanjutkan pikirannya.<br /><br />dan aku sama ugunpun akhirnya kembali menunggu hujan reda sambil menahan lapar dan hanya bisa menatap si mang becak yang udah dapat penumpang seorang ibu-ibu.<br />" alun-alun mang, berapa ?" ujar si ibu berpayung abu-abu<br />" lima ratus..."<br />" iya, jadi... " si ibu langsung naik becak sembari menutup payungnya. si mang pun memutar becaknya, menutup depan becak dengan plastik bening dan sempat pula tersenyum penuh kemenangan pada aku dan ugun. kami cuma hokcay melihat kepergian si mang becak. <br /><br />untunglah hujan beranjak mereda. daripada menahan lapar, mendingan hujan-hujanan aja. aku dan ugun pun menembus hujan yang mulai mereda. tak lupa berseru, " poison, okey poison !"<br /><br />**<br /><br />kini aku, ugun, ijo, tedi, dan yoga sedang bejalan dalam rangka pulang ke rumah. hari ini cuaca sedang panas jadi gak perlu naik beca ataupun angkot. biar ngirit dan uang jajan bisa ditabung buat beli sesuatu. ya, aku sedang merencanakan beli kaset bad english. kemarin dengar lagunya di radio pas sore-sore. eh enak juga. judulnya kalau gak salah 'when i see you smile'. harga kaset masih berkisah 6000 perak. makanya aku juga hari ini gak jajan di warung ibu ncus agar bisa ngumpulin uang. dihitung-hitung kalau nggak jajan seminggu bisa beli kaset. uang jajanku biasanya sehari memang cuma seribu atau kdang-kadang kurang dari itu.<br /><br />aku tergerak ingin nabung karena katanya ugun udah bisa beli gitar sendiri dari menyisihkan uang jajan sehari-hari. dan nanti malam gitar itu mau dibawa ke basecamp buat genjrang-genjreng. bassist gue, diam-diam rajin nabung juga meskipun bass beneran belum kebeli. lumayan lah bisa kebeli gitar akustik.<br /><br />yoga belok kanan di simpang siliwangi cikurai. <br />" nanti ke basecamp !!" teriaknya dari jauh. kebiasaan yoga emang tukang teriak-teriak kayak gitu. <br />" oke...!" balas kami. sementara kami memilih lurus. perjalanan masih sekitar sekilometeran lagi. seperti biasa bila ada pr matematika buat besok pasti kami berkumpul untuk mengerjakannya. <br /><br />belajar bersama memang telah aku biasakan semenjak sd. dulu-dulu, ketika sd aku sering belajar bersama. hingga lahirlah geng kelas pertama. namanya mf gosen. anggotanya anak-anak yang rumahnya di sebelah utara sd ciledug. orang-orang kaler, istilahnya. anggotanya cuma berenam : aku, taher, ugun, ricky rikwanto, aa abdullah, dan yopi bharata. kadang-kadang anak perempuannya seperti uyang dan fini suka ikutan juga kalau ada tugas-tugas tertentu dari pak mumun, guru kelas enam kami. atau pak rahmat, guru kesenian.<br /><br />hampir setiap hari kami belajar bersama. biasanya di rumah aa abdullah di gang psii ciledug. pilihan di rumah aa abdullah bukan tanpa alasan tapi memang beralasan. di rumah aa abdullah sering banyak makanan. ortunya bener-bener pengertian. selain itu rumah aa cukup luas serta si belakngnya ada kebon buah-buahan. kami sering ngerujak di sana. tiap belajar bersama pasti ngerujak. jadinya ngerujak adalah salah satu motivasi kami belajar.<br /><br />sekarang setelah smp kebiasaan baik itu masih terpelihara. belajar bersama meskipun tanpa rujak dan hanya air putih dingin dari botol bekas orson. mengerjakan pr matematika bu marni, sambil mendengarkan kiriman lagu-lagu dari radio, dan biasanya diakhiri main gitar. belajar lagu-lagu baru. yang belum bisa, sedikit-sedikit jadi bisa. yang udah bisa sekalian melancarkan. namun dari belajar bersama ini tidak otomatis semuanya pinter. selebihnya tergantung dari usaha masing-masing di kelas jika ada ulangan. maksudnya usaha nyontek masing-masing, he he. <br /><br />dan, ssttt..... dalam hal teknik mencontek. yogalah yang paling jago. bisanya dia melipat kertas kecil-kecil. lalu dituliskan segala bentuk rumus, uraian dan sebagainya yang berhubungan dengan materi ulangan di sana. yogapun menuliskannya kecil-kecil. alhamdulillah, ilmu dari yoga ini aku amalkan hingga kuliah. nuhun nya ga.... cuma anehnya meskipun nyonteknya giat, ranking yoga tetep aja menengah ke bawah. apa yoga nyonteknya juga salah? <br /><br />" yan, kemping ke citiis kayaknya jadi, mau ikut ?" sembari jalan ijo membuka forum.<br />" siapa aja, jo?" tanya aku, teringat ajakan ijo dulu saat napak tilas yang hancur berat.<br />" baru aku saja...." sahut ijo<br />" yaaah, itu mah namanya pingin ditemenin...tapi, ayolah..!" jawabku, tertarik juga adventure-adventur an lagi.<br />" ajak aja anak-anak thinker....!" usul ijo.<br />" iya, gimana gun, ted mau ikut?" ajak aku ke ugun dan tedi.<br />ugun mengangguk. tedi menggeleng, "... saya mah gak bisa" ujarnya.<br />ijo kelihatan senang rencananya mendaki gunung guntur bakal kesampaian lagi dalam beberapa pekan ke depan. <br /><br />kami terus berjalan. menyebrang di simpang cikuray ranggalawe. berjalan lagi. sempat memelankan langkah di depan mie baso 'doi'. lumayan harumnya kuah mie dengan bumbu-bumbu khas mampir di hidung. buntutnya perut tambah lapar. ah sebentar lagi juga nyampe teman-teman, ayo !ayo ! lantas menyebrang lagi di simpang papandayan-cikuray- pasundan. agak hati-hati, jalannya cukup ramai dengan angkot berbagai jurusan. udah di jalan pasundan tambah dekat ke rumah masing-masing. tedi belok kiri di gang si ona maung.<br />" duluan ya....! dadah..."<br />tinggal bertiga. ugun belok kanan di depan rumahnya. "duluan yah, mampir dulu ?" katanya basa-basi. aku dan ijo menggeleng.<br />tinggal berdua.<br />sampai juga aku di depan rumah.<br />" 90 derajat yan....!" kata ijo<br />" apaan, jo...? sahutku gak ngerti<br />" maksudnya, kamu belok kanan.... aku lurus...!" jawabnya sembari memetakan tangan orang bersemapur.<br />" oh.... iya iya..." jawabku ngeh. ijo mungkin masih terkenang pelajaran tentang sudut menyudut dalam matematika. lalu digabung dengan jiwa pramukanya.<br /><br />tinggal ijo sendiri, menyusuri jalan pasundan yang sedang panas-panasnya. sempat mengagumi fatamorgana yang terbentuk antara udara dan aspal jalan. di depan gang asrama keril ijo belok kiri. " min 90 derajat", katanya dalam hati. belok kanan lagi, " "90 derajat...." lanjutnya, masih di hati. dan di depan rumahnya, " min 90 derajat...!"udah jo, udah nyampe rumah ! makan...makan....<br /><br />***<br /><br />ada dua gitar malam itu. satu gitar bolong pinjaman yang biasa kami pakai. satu lagi gitar akustik baru punya ugun. <br />" berapa, harganya ?" itu yang pertama terlontar dari mulut anak-anak<br />" dua puluh...." jawab ugun bangga. ya, karena dialah yang pertama punya gitar sendiri di antara anak-anak thinker dan ijo-yoga. jadi wajar kalau bangga. harga-harga segitu dulu termasuk standar. gak mahal gak murah. disebut gak mahal karena mampu dibeli dan disebut gak murah, karena tidak mampu kami beli.....<br /><br />namun demikian tetap aja kami kagum dengan gitar ugun yang mereknya entah apa itu. aku juga nggak peduli mereknya apa. yang penting dengan adanya dua gitar, saat brifing latihan bisa lebih efektif dan nggak saling berebut dan nggak saling nunggu yang biasanya diiringi dengan lupa chord B minor. sekarang, minimal satu bisa buat memelodian satu lagi bisa buat bas-basan. sementara buat drum, opik masih harus berpantomim sama acapelaan.<br /><br />sehabis ngerjain matematika buat besok, gitar lebih dipilih. sementara radio udah dimaitiin. aku, yoga, ijo, dan opik sedang mengamat-amati gitar warna coklat tua milik ugun<br /><br />" belum disetem, yan...!" kata ugun sambil menyerahkan gitar barunya.<br />" ah, mudah atuh nyetem gitar mah..." ujarku, mengambil gitar ugun dan memetiknya pelan. fals abis.<br />" E, pik ! " suruhku ke opik yang sedang genjrang-genjreng sekenanya dengan gitar lama.<br />" nih, gun...!" opik malah menyerahkan gitar itu ke ugun. he he udah lama main gitar masih bingung juga nama-nama nada senar gitar. opik memang cuma seorang drummer pemula yang baru bisa alat musik drum dengan anggota keluarganya yakni big bas, snare, hihat, simbal dan tomtom. dan di drum gak ada nada-nadanya, gak ada kunci-kuncinya. paling ketukan dua satu dua. <br />" E gun, E atas...." <br />Ugunpun memetik satu senar paling atas di gitar lama. dem...dem...dem... aku memetik dan memutar alat pemutar senar di ujung gitar ugun. nah sudah sama.<br />" A, gun..." suruh aku ke ugun. maksudnya nada A<br />dem...demmm..dem.... sama juga.<br />senar ketiga, D. dem dem dem... akur. senar keempat, G, agak susah. ting ting ting... akur. senar kelima. agak keras.<br />" hati-hati yan, nanti putus..." opik ngingetin sambil sedikit menjauh. anak-anak lainnya yang tadi asyuk melihatku menyetem gitar juga mengungsi.<br />" nggak, lah...ketakutan amat.... " sahutkku enteng. sementara ugun agak menjauh sambil memetik nada B, senar kedua dari bawah.<br />ting..ting..ting, agak susah uy... nah, akur juga.<br />" terakhir, E... paling bawah" <br />ugun memetik nada E bawah, nada paling tinggi. ting...ting...ting... wah keras sekali. susah pisan. berat. senar merentang tegang. <br />" udah, yan....hampir putus...!" opik kembali berseru. semakin mengungsi dia.<br />" nggak apa-apa...., masih belum akur !" kataku sembari terus memutar putaran senar di ujung gitar. ting..ting...ting... sedikit lagi. terus kuputar hingga...<br />" tes...!! "<br />senar kawat nada E akhirnya putus juga karena terlampau tegang.<br />" tuh kan,.... kataku juga apa?" opik berujar. sementara aku hanya bisa bengong. kok putus ya? untung gak melukai tangan atau apapun. gak enak juga kepada ugun yang menatap senar gitar barunya yang udah putus. padahal belum dicoba satu lagupun.<br />" nggak apa-apalah.... besok beli senarnya..." kata ugun pasrah. sedikit kilat kecewa di matanya. <br />" he he... kuganti besok... gun" kataku gak enak juga gitar baru ugun udah berantakan<br />" gak apa-apa.... cuma senar ini...." tukas ugun menatap sedih gitar barunya<br />" sok atuh langsung nyanyi..." seru yoga memecah suasana nggak enak di samping udah enggak sabar ingin melihat 'ditingker' ngeband. <br /><br />aku dan ugun tukaran gitar. aku memainkan melodi. ugun bas-basan dengan senar yang tersisa. "don't cry, ...." kataku. lalu mengalunlah don't cry versi akustik plus drum acapela dengan bagian reff versi koor termasuk vokal tambahan ijo dan yoga. cuma bagian reff inilah yang dihafal mereka berdua.<br /><br />" don't you cry...tonight... i still love you baby...."<br /><br />terus saja....sampai malam. sampai jam sembilan lebih dikit. sampai jalanan pasundan mulai sepi. sampai saatnya pulang. kamipun bubar.<br /> <br />don't cry, ya gun... senar gitarnya besok kuganti... suersenjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-33958495512483368322009-08-17T19:24:00.000-07:002009-08-17T19:25:54.381-07:00pintu 10, stik jiljian opik<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiw__V5bpamAYQ6GYfBKIVLiXoUi_Du1K_N71I62CwxzFlP2bnccUkXXVULf9FNzXyhrFdAi3SszcWWQ5aGzz8IxEo1aAwwdGLOGdrHq9xm3ycAKFfPbIPI5AgFiTzqovHgH8aOH0LhpZ0/s1600-h/zildjian_blackwell_vannucci_sticks.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 186px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiw__V5bpamAYQ6GYfBKIVLiXoUi_Du1K_N71I62CwxzFlP2bnccUkXXVULf9FNzXyhrFdAi3SszcWWQ5aGzz8IxEo1aAwwdGLOGdrHq9xm3ycAKFfPbIPI5AgFiTzqovHgH8aOH0LhpZ0/s320/zildjian_blackwell_vannucci_sticks.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5371124350170180338" /></a><br /><br /><br />"Ssstt.... ada si yudi,...!" anak-anak 'ditingker'serentak mengalihkan pembicaraan ketika yudi the zakers menghampiri bangku tempat mereka nongkrong saat pelajaran sejarah pa ayun kosong. ombi dan opik pura-pura ngobrolin kegiatan paskibra. ugun sibuk bikin gambar sesuatu di lembar belakang buku catetan. aku dan eka yang belum punya tema dadakan entah kenapa malah ngobrolin harga bawang di pasaran. <br />" yan, pinjem buku sejarah.....!" ujar yudi sok sok akrab. aku langsung menyerahkan buku yang dimaksud. yudi balik lagi ke bangkunya. anak-anak ditingker saling berpandangan dengan isyarat 'are you thinking what i am thinking ?'. mereka saat itu memang sedang merencanakan acara latihan nanti siang sepulang sekolah. karenanya nggak ingin ada makhluk gak penting mampir di kumpulan mereka saat itu. apalagi sebangsanya yudi yang disinyalir bakal mengganggu karir ditingker dengan kritikan destruktifnya. jelas ini akan mengganggu konsentrasi ditingker yang sedang semangat-semangatnya ngeband. <br />" yan, pinjem buku bahasa indonesia...!" tiba-tiba yudi udah datang lagi sembari menyerahkan buku sejarah tadi dan kembali meminjam buku lainnya. aku menyerahkan buku bahasa indonesia yang dimintanya. uh, anak-anak ditingker kesel. mana pembahasan latihan belum nyampe koma lagi. sabar, sabar man ! Yudi balik lagi ke bangkunya. <br />" nanti... gini-gini...gini....!" kamipun kembali ngobrolin rencana buat nanti. sedikit berbisik-bisik. kadang-kadang aku juga ngasih tahu sedikit-sedikit tentang chord lagu yang anak-anak sudah lupa. maklumlah, di rumah masing-masing belum punya gitar jadinya sering pada lupa dan jeleknya mereka pada jarang nyatet-nyatet buat ngingetin.<br />" yan, pinjem fisika....!" kembali the zaker udah nongol di bangku kami.<br />uuuhhh, the thinker kesel pisan. ni, anak apa maksudnya?<br />" nih.... nih ambil sekalian sama tasnya !" aku kesel juga. kuserahkan tas ransel "alpina' pada yudi. he he habis juga kesabaran mereka. apalagi saat yudi malah ketawa-ketawa sambil ninggalin bangku ditingker dan keluar kelas begitu saja. sebentar lagi memang jam istirahat. kumasukkan lagi tas dan buku-buku ke dalam laci meja.<br />" kesel, aku...!" kataku ke anak-anak yang mesem-mesem. ditingkerpun kembali ngobrolin rencana latihan siang nanti di pak tulus.<br /><br />**<br /><br />ada opik bangke, ada opik ocoy. keduanya ada di kelas 3A. keduanya juga ikutan diklat basket tiap senin dan kamis. tapi hanya satu yang jadi anggota ditingker, opik bangke. entah kenapa opik yang nama aslinya bagus diimbuhi bangke di belakang namanya. kata yoga, sejak kelas satu opik udah ditambahi bangke di belakang namanya oleh teman-temannya. opik sendiri jelas gak setuju awalnya. katanya mendingan opik galing aja, kan rambutnya galing alias keriting. <br /><br />sementara opik ocoy juga nama aslinya bagus. sejak kelas satu juga dinamai opik ocoy oleh teman-teman sekelasnya. konon, dinamai opik ocoy karena untuk membedakan dengan opik bangke. secara, mereka memang di kelas satu sekelas. dan julukan berbau rasis itu melekat hingga kelas tiga. ya, semacam kutukan gitu, hingga adik-adik kelaspun tahunya nama itu aja. opik ocoy apa opik bangke? begitu kalau mereka nanya seputar per-opik-an. untunglah guru-guru nggak ikut-ikutan. mereka cuma mengenal taufik arif dan taufik rizal. keren kan namanya. selain guru-guru anak-anak ditingker juga jarang manggil bangke ke opik bangke. cukup opik. kecuali kalau lagi pada kesel karena sesuatu, sering terlontar umpatan, "... dasar bangke !" he he sorry menyorrry, pik.<br /><br />opik ditingker aktivitasnya banyak selain ngeband. dia anak paskibra bareng ombi. dia juga anak basket bareng aku dan ugun. di rumahnya dia sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara. di rumah neneknya dia jadi cucu kesekian. sementara di rwnya dia hanya jadi warga biasa. di ditingker juga dia merangkap sebagai backing vokal dan penulis lirik meskipun ngaco-ngaco. nah, kebayang kan banyaknya aktivitas opik. apalagi dia sedang melakukan pedekate pada anak kelas dua. <br /><br />dengan kegiatan seabreg itu dia harus pandai membagi waktu. kadang-kadang dia juga membantu usaha keluarganya yang bergerak di bidang makanan yakni memasukkan produksi makanan olahan industri rumah tangga ke toko-toko makanan. dari sana dia dapat uang jajan lebih. dari sana pula dia bisa ngumpul-ngumpulin uang. dari sanalah dia bisa membeli sepasang stik drum yang kini dipamerkan kepada kami.<br /><br />" mereknya apa pik ?" tanyaku sambil mengamati stik dilapisi pernis mengkilap dan kelihatan masih baru itu<br />" jiljian....!" jawabnya bangga<br />" wah, bagus itu mah..." eka nimbrung, sok tahu juga.<br />" iya dong... lars ulrich metalika pake ini..." jelas opik<br />" iya ?" tanyaku gak yakin<br />" iya... katanya,.... bimbim slank juga pake ini...." sahut opik makin b besar<br />" iya?" aku nanya lagi tambah gak yakin<br />" katanya....!" kali ini eka yang jawab, sambil ketawa-ketawa. iya gitu?<br />tapi opik gak hirau. terus saja dia mainin-mainin stik dug tak dug tak, sesekali meropel dan berakhir di kepalaku sebagai simbal. ya, semua kelihatan udah pada hgak sabar menanti siang nanti. opik udah gak sabar ingin mencoba stik barunya. aku juga ingin nyoba klabber baru di gitar elektrik. dari kemarin main gitar pake uang gocapan melulu. khusus untuk klabber aku nanya ke suhu taher bagaimana cara makenya.<br />" kaya gini...., jempol dan telunjuk membentuk huruf O, tapi rada pipih !" taher menjelaskan sok teoritis.<br />" gini...?" aku langsung memperagakan<br />" kurang pipih, gini...." taher mencontohkan lagi. uh, pelajaran klabber susah juga.<br />" gini ?" aku nyoba lagi<br />" nah, gitu.....metiknya bolak-balik.... biar efektif !" sambung taher.<br />" ngerti...ngerti....!" ujarku senang sambil kembali memperagakan bagaimana menggunakan klabber.<br />" kapan latihan?" taher nanya lagi setelah yakin muridnya ini bisa make klaber.<br />" nanti siang..."<br />" di pak tulus...?" tanyanya lagi<br />" iya..."<br />" ada tempat latihan lain lagi.... masih kondangrege juga, tapi lebih bagus. kapan-kapan latihan bareng di sana..." jelas taher<br />" siap..lah..." <br /><br />***<br /><br />kembali ditingker sedang 'bebelesekan' di sawah menuju tempat latihan. sepatu udah dicopot biar gak kotor. tapi kali ini gak saling menyalahkan. semua kayaknya udah mengerti resiko dari sebuah alternatif. ya, karena menghindari daerah 'reman' maka pematang sawah berlumpur tidak bisa tidak harus mereka jalani. cuma inilah jalan satu-satunya yang terdekat menuju rumah pak tulus, sang pemilik studio. untuk nyari jalan alternatif terdekat lagi kayaknya udah gak ada. kecuali mereka bisa terbang, dan semua sepakat itu ngehayalnya terlalu lebay.<br /><br />seperempat jam kemudian mereka sudah sampai di daerah gang-gang. tapi mereka di sambut... Gog !!<br />" ada, anjing !!" eka yang pertama di jalan gang langsung balik lagi ke anak-anak. di depan mereka seekor anjing berdiri sangar.<br />" jangan lari...jangan lari, ka...!" seru ombi. biasanya kan emang kayak gitu. kalau di perjalanan ketemu anjing, kita jangan lari. nanti anjingnya malah ngejar. tapi kalau panik kayak eka gini susah juga. akupun dan opik udah siap-siap mau lari. anjing kampung itu terus menggonggong bikin kami tambah 'ngeper'.<br />"kalem..kalem...jalan aja.." suruh ombi. tapi kelihatan wajahnya cemas juga.<br />eka yang paling deket dengan anjing itu hanya terpaku dengan muka merah padam. ketakutan abis. sementara anak-anak 'ditingker' lainnya antara ketakutan dan pingin ngetawain eka yang ketakutan. wajahnya itu... eka kan kulit dasarnya putih.a<br />" slowly..slowly..." kembali ombi yang kelihatan paling mengerti bab ' ketemu anjing di gang' memberi arahan. seorang penduduk setempat kebetulan lewat, " nggak apa-apa jang, ... baik anjingnya juga.!" katanya sambil berlalu. yey, bukannya bantu mengusirkan !<br />kamipun mengendap-ngendap sambil 'pupuntenan' dengan mata tak lepas dari sang anjing hitam dengan lidah keluar masuk. kami merapat ke tembok menghindari anjing.<br />"gog !!" anjing itu menggonggong keras.<br />" tenang...tenang !" kata ombi. perlahan dan perlahan dan perlahan...alhamdulillah, akhirnya satu persatu 'ditingker' berhasil melewati anjing yang terus menatap tajam seolah kami ini para maling kecil yang akan mangganggu ketentraman kondangrege sambil....<br />" gog !!" anjing itu menggonggong lagi pada kami<br />" udah jangan ditanggapi.... biarin aja" kata eka kesel. he he siapa juga yang mau menanggapi, kayak gak ada kerjaan aja. " cuekin, ...cuekin... jangan ditanya" opik yang juga baru hilang rasa takutnya langsung menimpali. kami tinggalkan anjing sialan hingga gonggongan terakhir yang sayup-sayup masih terdengar. ke kiri apa ke kanan ini teh, ka? di persimpangan gang kembali mereka bertanya-tanya.<br /><br />***<br /><br />dengan stik 'jiljian'nya, opik bermain drum penuh semangat. saat itu ditingker sedang sesi jam session setelah bosan dengan lagu yang diulang-ulang. never say, knockin' don't cry... balik lagi knockin', don't cry, never say.... lalu don't cry, never say, knockin.. bosen, maka opik mengusulkan improvisasi. jadi, lah ! instrumental dengan chord-chord ngaco kami mainkan. aku menjelajahi nada-nada gitar sekenanya. buruluk-buruluk gak beraturan.ugun mendentam-dentam kan basnya. bahkan dipukulnya. eka main-mainin efek gitar dan handle sambil he he he kayak anak kecil puas ngerusak mainannya. dan ombi teriak-teriak gak jelas antara nyanyi atau kesakitan. tapi yang paling kesetanan adalah opik. improvisasinya gila-gilaan. semua unsur drum hingga tamborin dia pukul keras banget. lagu kemana, musik kemana. hasilnya kebisingan luar biasa.<br />" bebas aja... kan bayar !" sahut opik ketika kutanya, " ini teh gak apa-apa?"<br />jadilah kita pemusik yang kerasukan improvisasi. hingga,....<br />"tak !!" suara keras terdengar di sela gak jelasnya aransemen musik dan sebuah benda di tangan opik melayang lalu jatuh dekat kakiku. semua berhenti. cuma ombi yang belum sempat, di antara gaya jim morison dan kurt cobain lagi mabok.<br />" kenapa ?" semua kaget melihat opik.<br />" patah !" jawab opik setengah bengong<br />" stik ?" tanyaku<br />" iya...." jawab opik cengar-cengir. walah... stik metalika bisa patah juga?<br />" terlalu keras mukulnya, kaya mukul bedug aja...." komentar ugun yang keasyikannya terganggu.<br />" udahan ah, cape.... !" dengan cuek opik keluar dari set drum. gitu aja, gak bertanggung zaenab pisan. dalam hati mungkin bete juga stik jiljiannya yang baru dipakai sekali udah patah. padahal stiknya slank tuh,.... katanya.<br /> aku juga yang udah cape melepaskan gitar yang berat banget menggelayut di pundak.<br />" emang berapaan harga stik jiljian....?" tanyaku penasaran<br />" dua ribu lima ratus..." jawab opik pendek<br />" alah,... pantes atuh.... patah. palsu tuh..." sahut eka yang juga udah cape banget. sementara lampu merah udah nyala.<br />" satu lagu lagi.... sayang ah... " seru ombi lantas pindah ke balik set drum mengambil stik opik di atas snare dram . cuek aja gedug-gedug mesti stik yang utuh cuma satu, yang satunya lagi tinggal setengah.<br />" ayo yan.. gun...!" pintanya sambil ropel.<br />" sok...aku vokal...!" sahut opik mengambil mikropon. " never say goodbye, mbi..!"<br />" siap...!!" kata ombi. dengan gaya prof ombi ngabil intro drum never say....<br />tak dug tak dug dug......teng...teng...teng...teng.. akhirnya meski gak lancar dan banyak kepeleset, lagu penutup kami geber juga dengan perubahan posisi pemain. ya, hitung-hitung intermezzo.<br /><br />sejam kami latihan. dan korban pertama latihan ditingker udah ada yaitu stik opik yang 'secara' adalah jiljian stiknya 'metallica dan slank'. gak apa-apa, besok beli lagi, pik ! besok banyak-banyakin lagi masukin jualan ke toko biar dapat uang ekstra. dan.... jangan berhenti, polisi ruang angkasa the thinker ! selamatkan bumi ! ingat kata voltus (walau gak nyambung):<br /><br />"thinker lima sahabat kita semua....lima pemuda yang gagah perkasa... thinker lima tak pernah terkalahkan dari serangan luar angkasa..... stik jiljian andalannya, stik yang paling ditakuti...oleh lawan-lawannya, thinker lima..thinker lima...pahlawan bumi !!???"<br /><br />ah, what a day, what a dog,... and what a stick !!senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-79169478564490674422009-08-12T20:18:00.000-07:002009-08-12T20:21:50.916-07:00pintu 9, sabtu malam minggu<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhe61rZo9Rg_o0B2BKoC4bIlAaBe2atsr_aphtkEJ0d08VjF3P5emGToPyXOU0J-pbS6pmRoxRxlvqTdDWnvm3nKjgKVis3sdrcNSnJlIAAzu0FG2DzleOdvSW-tvP9lF0Q18YqEieA-4M/s1600-h/tiang+bendera+alun.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 243px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhe61rZo9Rg_o0B2BKoC4bIlAaBe2atsr_aphtkEJ0d08VjF3P5emGToPyXOU0J-pbS6pmRoxRxlvqTdDWnvm3nKjgKVis3sdrcNSnJlIAAzu0FG2DzleOdvSW-tvP9lF0Q18YqEieA-4M/s320/tiang+bendera+alun.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5369283171421395826" /></a><br /><br /><br />sabtu sepertinya merupakan hari yang sangat dinantikan oleh semua anak sekolah. tak peduli dia anak tk, sd, smp, apalagi sma. atau bahkan bagi para karyawan, pekerja kantoran, dan para bos perusahaan. sabtu bagi pelajar di jamanku, sering diidentikkan dengan harinya baju pramuka karena pada hari itulah kita disarankan setengah diwajibkan untuk memakai baju pramuka sehari dalam sepekan. makanya jangan heran kalau hari sabtu pastilah setiap pelajar memakai baju pramuka, atasnya coklat muda dan bawahnya coklat tua. <br /><br />"yan, kenapa baju pramuka warnanya coklat ?" suatu ketika ijo yang pramuka mengetesku di hari sabtu. aku yang ketika sd dan smp emang gak pernah ikut kegiatan pramuka cuma menggeleng. dalam hati, who care? bukan urusan aku. cuma aku memang senang tiap sabtu harus pake seragam pramuka karena seragam biru putihku di akhir-akhir pekan sering udah kotor. terutama bagian atas kerah yang sering kotor akibat keringat.<br /><br />" nggak tahu ya,..?" ijo semakin si atas angin demi melihat sobatnya ini buta tentang pramuka. ya, aku memang kurang senang pramuka-pramukaan. yang aku senang di pramuka hanyalah acara kempingnya. itupun dengan catatan kalau nggak ada acara lomba-lombaan yang biasanya diakhiri dengan hukuman bagi the loser yang kalau nggak nyanyi, ya joget. hiiy... mempermalukan diri sendiri. begitu pikiranku waktu itu. makanya mending nggak aja deh. dan akupun tidak bergabung dengan tim pramuka.<br /><br />"nggak tahu? begini yan, kata 'kak haris 'itu dikarenakan warna coklat merupakan gabungan dari warna-warna darah para pahlawan kita, tanah, dan air. kalau dicampur warna-warna itu maka akan dihasilkan warna coklat seperti seragam pramuka sekarang ini" jelas ijo panjang lebar. entah benar entah enggak, aku belum pernah nekad mencampur darah dengan tanah dan air baik itu darahku atau darah ayam. dan entah apakah yang dikatakannya itu sabda ' kak haris' ataukah karangannya sendiri. sekali lagi itu gak penting. seenggak penting wajah ijo yang kelihatan puas banget telah memberi kuliah kepramukaan padaku. sementara aku hanya bilang 'ooooh' saja meski kurang yakin juga dengan penjelasan ijo, iya gitu?<br /><br />" karena itu pramuka harus berjiwa pahlawan, pemberani dan senang berkorban !" sambung ijo semakin sok tahu. lha, kalau itu mah kayaknya bukan tugas pramuka aja. setiap orangpun diharuskan demikian tanpa harus jadi pramuka atau memakai seragam pramuka.<br /><br />sudahlah, nanti-nanti kita cari tahu riwayat seragam pramuka yang lebih shahih lagi. yang jelas sabtu juga dinantikan anak-anak 'ditingker' karena, pertama biasanya waktu sekolah cuma 'setengah hari'. maksudnya kalau hari biasa non sabtu sekolah sampai jam setengah satu kurang lebih, tapi di hari sabtu cuma sampe jam sebelasan. kedua, karena besoknya bisa libur. kan minggu. dan di waktu-waktu tertentu sabtu bisa libur juga tanpa harus tanggal merah, misalkan kalau jum'atnya tanggal merah alias libur maka bagi kalangan tertentu di sekolah jum'at libur berarti sabtu bisa juga libur, istilahnya ditiir atau hari kejepit nasional. menurut penganut paham tiirisme ini sabtu boleh nggak sekolah, jadi hukumnya sunat. untung saja penganut paham tiirisme di sekolahku cukup sedikit. kalau banyak...apa jadinya generasi penerus bangsa? <br /><br />sabtu malam rencananya anak-anak 'ditingker' mau pada ngumpul dan main ke luar. ya, bosan juga ngumpul-ngumpul di basecamp yang sekarang udah dinamai metal basecamp. metal base camp? iya, ide eka tuh. toh anak-anak termasuk yoga dan ijo setuju-setuju aja basecamp mereka dinamai begitu. akupun sempat menempelkan kertas bertuliskan 'metal basecamp' di salah satu dinding basecamp kami itu. oh ya juga, sementara ini penggemar ditingker baru dua orang yakni ijo dan yoga itu, itupun karena mereka sering ngumpul ngerjain tugas sekolah di pasundan. anak-anak kelas yang lain meskipun udah tahu bahwa di kelasnya sudah ada grup band tapi mereka cuek bebek aja. he he ternyata ngeband bagi mereka hal yang biasa banget. jadi malu, dulu-dulu pas mendirikan kita sok heboh. padahal.....<br /><br />namun demikian meskipun cuma ijo dan yoga yang jadi fans, kami merasa bangga juga. malahan yoga pernah membela dithinker habis-habisan. seperti suatu saat di jam pelajaran oleh raga yang dilaksanakan di alun-alun yoga berseru," ey... nyontek thinker ! yan...opik... sini !"<br />aku melihat yoga sedang berdebat dengan yudi yang juga teman kami sekelas.<br />" ada apa..ada apa?" aku dn opik menghampiri mereka<br />" tuh di kantong yudi, nyontek thinker !" tunjuk yoga ke punggung yudi dimana tas gendong bertengger.<br />" enggak ah, enak aja....!" yudi berkelit<br />aku dan opik penasaran, melihat tas ransel yudi. oh...<br />" nyontek kan....?" ujar yoga keukeuh. ternyata di kantong yudi ada tulisan 'the zaker' dengan modifikasi tulisan mirip logo the thinker. sementara yudi juga keukeuh, " enggak ah...ini mah heureuy... bukan apa-apa"<br />" ey... nurutan, ini mah ampir sama dengan thinker kita yan !" seru opik yang sense of thinkernya tinggi kepancing juga. dia nggak rela thinkernya dibajak sedemikian rupa.<br />aku cuma mesem-mesem aja sementara yudi mukanya udah merah entah malu karena ketahuan atau entah apa. sejak saat itu kami tahu bahwa yoga cukup loyal sebagai fans meskipun gak ngarti banyak tentang musik. dan sejak itu pula yudi memproklamirkan diri sebagai pengkritik thinker nomor satu.<br /><br />**<br /><br />malam minggu, berarti sabtu malam. aku, opik, dan ugun sedang duduk dibawah tiang bendera alun-alun. padahal dingin dan padahal gelap, tapi kita gak peduli. harusnya kita berlima, tapi lagi-lagi eka yang jarang keluar malam dan ombi yang rumahnya agak jauh yakni di cangkuang tak bisa datang. jadinya cuma bertiga aja ngobrolin rencana-rencana band. sambil sesekali curhat masalah pribadi, masalah keluarga atau yang lainnya.<br /><br />oh, ya sebelum ke alun kita sempat thowaf juga di pengkolan. maklumlah kota kami terlalu kecil untuk disebut kota. jadi kalau jalan-jalan ke kota artinya mutar-mutar hingga lebih dari dua balikan. start dari smpn 1, berjalan kaki hingga perempatan jl a yani jl barakatakyudha, nyebrang masuk ke asia, lihat-lihat barang tapi gak beli, keluar lagi. berjalan lagi hingga simpang ya yani ciledug. belok kiri, masuk toko nusantara, lihat-lihat kaset juga gak beli, kadang-kadang ke tempat permainan anak-anak dan main video gim. keluar lagi. terus nyebrang masuk toko merdeka. lihat-lihat sepatu atau apa, terus naik hingga ke lantai tiga. turun lagi dan main perosotan di pegangan tangga. lalu keluar dan belok kanan berjalan hingga pasar ceplak jalan siliwangi. nggak beli apa-apa meskipun para tukang makanan malam bejejer di situ. belok kanan lagi. masuk toko adidas, nanya harga bola basket dan lainnya tapi cuma beli klaber doang. keluar lagi belok kanan hingga perempatan a yani cikuray terus nyebrang mampir di budi suci. nanya-nanya harga gitar tapi gak beli juga. nyebrang lagi belok lagi di simpang a yani ciledug. jalan lagi. belok kanan lagi. begitu seterusnya dan orang-orang di kota kami merasa gak afdol kalau belum mengitari pengkolan lebih dari satu putaran. <br /><br />dan yang lebih konyol lagi. orang-orang di kota kami termasuk kompak. begitu jam sembilan lebih dikit.... lessss....! tuh kota langsung sepi. orang-orang yang thowaf tadi begitu saja menghilang, maksudnya pulang kandang secara bersamaan. begitu juga toko-toko. mereka kompakan tutup. apalagi kalau hari hujan. bisa dipastikan kesunyian berlangsung lebih awal. paling yang setia bertahan para tukang makanan di ceplak yang beberapa saat kemudian juga membereskan dagangannya.<br /><br />namun saat itu tidak sedang hujan dimana bassist, drummer, dan gitaris ditingker sedang bercengkrama di bawah tiang bendera. sebenernya bukan anak ditingker aja yang nongkrong di alun. ada juga beberapa aa-aa, remaja seumuran ditingker yang sedang nyemok alias ngerokok dan yang lebih gila ada beberapa anak sedang main bola. iya, main bola malam-malam. entah filosofi apa yang mereka pakai yang jelas ditingker tidak merasa terganggu dengan keberadaan mereka.<br /><br />" selasa capcay, jadi ya ?" kata opik di satu pembicaraan<br />" jadi lah... kita coba lagi lagu yang kemarin....knockin' juga kita coba aja... melodinya mah asal aja dulu..." kataku. capcay adalah istilah baru ditingker. artinya latihan band. ini semacam sandi anak thinker bila mau merencanakan latihan band. lagi-lagi eka yang melontarkan istilah ini. dan lagi-lagi anak-anak thinker setuju dengan bego-begoannya eka yangs satu ini. <br />" biar kita nggak diusili yudi zakers lagi...!" begitu eka memberi alasan ketika anak-anak nanya kenapa. anak-anak cuma "oohhh..." lalu,<br />" ya, enak aja kedengerannya..." begitu eka memberi alasan ketika anak-anak nanya kenapa passwordnya capcay. anak-anak mengerutkan kening sebelum mengangguk-angguk tanda setuju. sejak saat itu kalau mau latihan band, anak-anak bilangnya 'capcay'. dan selasa sepulang sekolah ditingker akan capcay lagi <br /><br />" tapi senin malam ngumpul dulu, ya " kataku pada yang lainnya.<br />" iyalah, kita kompakin dulu lagu barunya, biasa...gigitaran...." sahut ugun sambil memandang anak-anak yang main bola malam. sesekali ia ikut menendang ketika ada bola yang menuju ke arahnya.<br />" insya allah besok mau beli stik drum !" kata opik<br />" nah, gitu dong... selagi drumnya belum kebeli... stiknya dulu sama kemampuannya..!" kataku memberi semangat.<br />" iya kamu juga.... beli klabbernya dulu. gitarnya mah nanti-nanti...." lanjut opik. nggak lucu, tapi kita pada ketawa-ketawa juga. ya, perjuangan untuk jadi pegawai band tetap memang masih panjang. sementara honorer aja dulu dengan kemampuan yang ada. dengan lagu-lagu yang baru bisa.<br />" lagu ciptaan kemarin, mau dicoba ?" tiba-tiba ugun bertanya.<br />" yang mana?" tanya opik juga.<br />" yang itu... apa judulnya teh, yan...? jawab ugun sambil nanya juga. he he jadinya patanya-tanya, kumaha ieu teh?<br />" masa lupa pik, lagu ciptaan kita kemarin....kisah sedih berakhir gembira, kisah gembira berakhir sedih..." jawabku. <br />" oh, iya.... he he...aneh pisan judulna !" ujar opik. " gak usah dulu deh...., yang lain belum pada tahu, eh gimana lagunya teh yan....?" lanjutnya<br />" ya, gitu....!" aku juga lupa lagi gimana nadanya. maklum lagu baru dari band yang baru berdiri. " kalau ada gitarnya pasti inget...." kataku lagi. begitulah pemain band dadakan yang gak tahu not dan gak apal nada, mudah lupa dan susah ingat.<br />" gini...gini... kisah sedih berakhir gembira......" ugun mencoba menyanyikan acapela lagu dimaksud dengan nada-nada yang menurut aku dan opik aneh.<br />" bukan gitu.... gimana, nya?" opik protes lalu mikir-mikir. aku juuga mengingat-ingat, kok lupa ya. <br />" ya udah, nanti kita inget-inget lagi pake gitar.... nanti mah kalau bikin lagu teh direkam pake tip biar gak lupa" usulku. anak-anak cuma ngangguk.<br /><br />" udah malam ah, pulang yuk...!" ajak opik pada akhirnya. ini memang hampir jam setengah sepuluhan dimana batas waktu main bagi anak seusia kami hampir habis. meskipun besoknya libur. iya, kecuali kalau mau tidurnya di teras rumah dan kedinginan karena gak dibukain pintu sama orang tua yang udah tidur dari tadi. <br /><br />akhirnya kamipun beranjak meninggalkan tiang bendera alun yang setia mendengarkan perbincangan kami.kami berjalan dan terus berjalan hingga berpisah di simpang siliwangi cikuray. opik ke kiri belok kanan lalu kiri lagi sebelum akhirnya belok kiri lagi dan masuk sebuah gang, sementara aku dan ugun belok kiri lalu lurus hingga pasundan dan belok kanan di depan rumah masing-masing. mengetuk-ngetuk pintu hingga orang rumah nongol dan sembari kesel bilang, " ngablu wae !!" dan kami cuma cengengesan. perjuangan, perjuangan.<br /><br />malam bertambah malam. dan dingin saja yang tersisa hingga subuh hingga pagi bermatahari.senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-85475464183976351282009-08-11T21:16:00.000-07:002009-08-11T21:19:41.355-07:00pintu 8, lagu baru.....<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOWlLoIWjsKgitOvHS8r-jmt4RuIBORzn-aFXqDH_Y9XCeHXmLFJUvqcwhxWhznEReibZ73LunWjN4Wu4GFQPT30EUdJCg0lCDZ3a-DE7ATfP3Pg8gVeygaJAaJNqPUVcWk3OSXBsA8XU/s1600-h/jalan+thinker+ok.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 201px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOWlLoIWjsKgitOvHS8r-jmt4RuIBORzn-aFXqDH_Y9XCeHXmLFJUvqcwhxWhznEReibZ73LunWjN4Wu4GFQPT30EUdJCg0lCDZ3a-DE7ATfP3Pg8gVeygaJAaJNqPUVcWk3OSXBsA8XU/s320/jalan+thinker+ok.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5368926964859100258" /></a><br /><br /><br />empat orang pemuda berambut gondrong keluar dari ruangan studio sumpek itu. tersenyum ramah pada anak-anak 'ditingker' yang saat itu ada yang sedang duduk di kursi panjang, ada juga yang jongkok cingogo yang kalau ada yoga pasti bilang "udah penuh tuh, siram dulu ! bau !". ada-ada aja, emangnya wc.<br />" pingin ke wc, uy.... di mana ya?" bisik ombi padaku yang tengah mengagumi penampilan para rocker asli yang baru saja mengakhiri 'konsernya' dengan lagu ' i remember you' skidrow. dari wajahnya kelihatan ombi udah banget ingin buang air, entah besar entah kecil.<br />" nggak tahu, .... pik, wc sebelah mana ?" jawabku dan langsung menyerahkan urusan ombi pada opik. opik menunjukkan ke mana arah wc yang benar kepada ombi, secara waktu latihan pertama dulu opik pernah nyewa wc pemilik studio. ombi pun menuju arah yang ditunjukkan opik, sebelah lain dari rumah pemilik studio.<br /><br />sementara aku masih juga memelototi para pemain band gondrong yang mungkin bukan anak sma, apalagi smp. sepertinya mereka anak-anak kuliahan. agaknya mereka sudah profesional sebagai tukang band. ini bisa dilihat dari alat musik yang mereka bawa sendiri. hm, yang bawa gitar listrik pasti gitarisnya.<br />" latihan, a ?" ups, si gitar listrik nanya ke aku. mungkin basa-basi. udah jelas kita datang ke studio latihan band. masa mau belanja? aku hanya mengangguk. ada juga yang bawa bass listrik. seorang yang pakai bandana di rambut gondrongnya bawa seperangkat alat sholat, eh bukan tapi seperangkat efek-efekan buat gitar. wah, jauh amat ama thinker, stik aja opik minjam dari heri. sementara aku cuma berbekal pick atau klaber uang gocapan. yang lainnya mah paling bawa semangat dan harapan tinggi kelak jadi tukang band yang terkenal.<br />" yu, ah duluan..." pamit si bandana pada 'ditingker' yang langsung menyahut 'mangga a...mangga a'. he he , kayak udah kenal aja. tapi bagi ditingker dipamitin gitu membanggakan juga. ya, setidaknya ada tukang band yang udah profesional yang menganggap mereka eksis.<br /><br />setelah para rocker profesional berlalu. para rocker amatiranpun langsung masuk ruangan studio sumpek. yang dituju bukan kewajiban alat musik masing-masing, tapi pada berebutan menuju set drum. eka yang duluan duduk di kursi drummer langsung memukul-mukul apa saja dengan stik yang tersedia. sepasang pemukul yang sebenarnya gak layak disebut stik drum saking ancurnya. tapi eka cuek aja.<br />" salah... bukan gitu ka...!" opik yang paling bisa meskipun sebenarnya baru bisa ketukan dua satu dua mencela. sementara aku dan ugun udah di gitar dengan bas dan langsung mencocokkan nada. sementara eka gak peduli pada kritikan destruktif opik, tinggallah opik yang gusar banget karena udah pingin mraktekin dua satu dua yang kemarin dipelajarinya. ombi yang datang belakangan malah ikutan nongkrong dekat eka. <br />"tos, eka abdi heula nya pik...!" pintanya dengan sopan pada opik yang tambah bete. dasar para tukang band tidak berdedikasi, katanya pingin maju.<br />" E !" kata ugun padaku yang udah selesai menyetem gitar.<br />"dem ! dem ! dem !" aku memetik senar paling atas. ugun mengikuti sambil sesekali memutar pemutar senar bas E.<br />" A !" seru ugun lagi. maka akupun memetik senar kedua, dim..dim...dim...<br />sementara itu eka yang mulai bosen di drum meraih gitar ritem dan ikut mencocokkan nada. giliran ombi yang mukul-mukul drum. gak jauh dari eka malah tambah kacau.<br />" udah mbi...udah mbi...!" dengan tak sabar opik memelas.<br />" bentar, pik...! sahut ombi "dug dug tak dug dug dug dug dug cesss! nah udah...." sambung ombi setelah ropelan semampunya. lalu keluar dari set drum. bergabung dengan aku dan eka yang masih mencocokkan nada.<br />opik pun langsung mempraktekkan kemampuannya main drum, sekalian melepaskan kekesalan karena tadi dahului sobat-sobatnya. dengarlah pukulannya, dug dug dug ! Prang ! he he... udah dong pik, kan sama sama bayar....<br /><br />lima menit kemudian gitar-gitar dan bas kelihatan udah oke untuk dimainkan. <br />" siap, ini teh ? " tanya ombi<br />" siap, siap !!" sahut yang lainnya. <br />pintu dalam studio terbuka, sebuah kepala nongol. kepala seorang bapak-bapak berkacamata baca tebal dengan logat agak jawa.<br />" berapa jam ?" tanyanya<br />" satu jam, pak !" jawabku. tak lama lampu hijau nyala. tanda hitungan mundur satu jam dimulai. ditingkerpun langsung memainkan lagu kebangsaannya, tak dug dug ces.....<br /><br />never say good bye mulai bagus, don't cry dicoba masih gak kompak pas mau reff. ulangi lagi dari awal, kali ini vokalnya keteteran pas di reff tapi musik jalan terus. pas interlude aku belum bisa. berhenti begitu saja. never say goodbye lagi. don't cry lagi, ombi nyanyinya dengan gaya axl di video klip. 'tonight' nya dibuat se-axl mungkin. malah mirip orang nyanyi dangdut. anak-anakpun ketawa-ketawa. lagu don't cry itupun gagal total. never say goodbye lagi tapi nggak full, keburu bosan.<br /><br />" pik, coba knockin on heavens door, apal ?" pintaku pada opik. opik mengangguk, pikirnya ah... drum mah cuma ngikuti aja.<br />" bisa, mbi ?" aku nanya ke ombi yang dijawab dengan gelengan kepala, kemarin dia memang cuma fokus ke don't cry. " eh, kita coba aja, yan..!" ujar ombi. maka akupun memberi instruksi chord-chordnya ke eka dan ugun. <br />"pas lagu, G D Am, G D C...." jelasku. eka dan ugun menggenjreng chord yang dimaksud.<br />" nah gitu...., pas reff G D C aja....! lanjutku. eka dan ugun kembali mengikuti instruksiku. <br />"siap....!" akupun langsung memainkan intro knockin disusul opik dengan dug tak dug tak dug jes nya. masuk bas dan ritem menimpali. rame deh... masuk vokal aku ngebantu ombi nyanyi sementara teks lagu dari sampul kaset GNR use your ilussion II punya ugun yang sekarang lecek abis dipegang ombi.lumayan, dimainkan tanpa briefing langsung agak kompak. lagunya sederhana sih. nambah lagi deh rencana lagu buat ditingker. paling nanti bagianku ngulik bagian melodinya.<br /><br />beres knockin kembali lagi ke neversay goodbye dengan khusyu. don't cry dengan vokalisnya rame-rame sambil ngebantu ombi yang mulai serak, mungkin itulah don't cry versi koor yang pernah ada. pas, mau mainin knockin lagi keburu lampu merah.<br />" satu lagu lagi euy...." seru opik ngingetin. maka, tak dug dug...<br /><br />.......never say goodbye yeah.... you and me and my old friends, hoping it would never end......<br /><br /><br />**<br /><br />belakangan kami tahu bahwa pemilik rentalan musik di kondangrege dalam itu bernama pak tulus. ya, yang kepalanya tempo hari nongol dan nanya berapa jam kita mau latihan. itu diketahui dari opik yang dia juga mendapatkan informasi itu dari heri. heri sendiri sudah sering latihan di pak tulus bersama band lingkungan tempat tinggalnya. sementara taher sendiri selain ngeband bareng heri juga punya grup tersendiri. jadi sebenarnya mereka masing-masing udah punya pengalaman ngeband dan manggung yang banyak. <br /><br />beda dengan 'ditingker' yang serba baru. belajar gitar baru, denger lagu-lagu band baru, beli kaset rock juga baru-baru. sementara para personilnya gak punya alat musik band. paling juga masing-masing punya suling di rumahnya. itupun dikarenakan di kelas guru musiknya cuma mengajarkan itu. dan dengan suling ini anak-anak cuma jago menanyikan ' ibu kita kartini' dengan air ludah terkumpul di dalam seruling saking semangatnya. tapi gak apa-apa, itupun menurut bu guru udah cukup. habis, ibu gurunya sendiripun cuma bisa teorinya.<br /><br />sementara heri semenjak kelas satu udah belajar ngegebuk drum. taher malahan sejak sd udah jago main gitar. aku kenal pasti sama taher because dia adalah teman sd. enam tahun, bo kita sekelas. dia anak yang lumayan pintar. dengan aku saling berkejaran ranking kelas. dari kelas 1 hingga kelas 4 selalu rangking 1 sementara aku rangking 2. pas di kelas 4 sampai 6 aku dan dia selalu tukar posisi antara rangkin 1 dan 2.<br /><br />ketika kelas 4 taher juga ikutan dokter kecil bersama teman lainnya. masih inget, kan? jaman-jaman itu masih ada program yang dokter-dokter kecil gitu bagi para siswa sd. dari tiap kelas 4 sd diambil sekitar 5 orang untuk dilatih jadi dokter-dokteran. aku yang sebenarnya berhak ikut pelatihan dokter kecil karena termasuk golongan ranking malah gak ikut dengan suatu alasan. jadinya anak-anak lainnya yang ikut. mereka adalah ricky rikwanto, dewi jedingstun, leni, dan asep rosad.<br /><br />lengkaplah sudah curikulun viti taher dengan diikutkannya dia pada program siswa teladan tingkat sd yang diadakan dakdikduk (baca : departemen pendidikan dan kebudayaan) kabupaten. salah satu syarat untuk bisa jadi siswa teladan adalah harus bisa alat musik. nah, taher cocok di bidang ini. diam-diam dia ternyata pandai memainkan si enam senar. dengan bantuan pak rahmat diapun berlaga di komba antar sekolah mewakili kelas kami. konon, di lomba itu dia dapat juara kesekian di kabupaten.<br /><br />" gimana latihannya kemarin, yan ?" tanya taher saat bareng denganku mengacak-ngacak gehu bala bala cireng di warung ibunya Ncus yang sedang ramai-ramainya setiap jam istirahat seperti ini.<br />" lumayanlah... nambah satu lagu ..." jawabku sambil meraih satu gehu yang masih anget.<br />" lagu apa ?" tanya taher lagi sembari memasukkan cireng pilihannya ke dalam sambel cair pedes.<br />" GNR, don't cry... tapi melodinya belum bisa...!" jawabku. gehunya, panas keneh uy.<br />" ah, babari....!" seperti biasa sang suhu cuma berujar demikian.<br />" ajarin, ya...!" pintaku.<br />" bisa..." jawabnya. " aku ke si heri dulu, ya....!" lanjutnya<br />" iya " akupun bergabung bersama teman sekelasku lainnya yang lagi pada jongkok di pinggir lapang basket memandangi anak-anak kelas lain yang sedang sut-sutan basket. <br /><br />sama sepertiku ada juga teman-temanku yang sedang menikmati gehu atau cireng atau bala-bala. itu memang makanan khas kami siswa smp 1 di saat istirahat belajar. tidak seperti di kantin-kantin sekolah kota besar yang biasanya dikonsep kayak restoran, yang ada mejanya, ada kursinya, ada jejeranbotol-botol saus dan kecap dan berbagai minuman ringan, maka di sekolahku cukup dengan goreng-gorengan, es teh manis dalam plastik atau limun manis rasa kimia jeruk, lalu makannya cukup dengan nongkrong di pinggir lapang sambil menunggu bel masuk.<br /><br />***<br /><br />di basecamp lagi selepas isya. aku, opik dan ugun plus yoga baru saja menyelesaikan pr matematika. sementara eka dan ombi berhalangan karena ada keperluan keluarga. he he, tadinya di papan absen kita mau nulis 'nihil'. seperti biasa setelah belajar bareng dilanjutkan dengan ngobrol-ngobrol ringan sambil mendengarkan radio. acara request-request lagunya sebenarnya sudah selesai. tumben, hari ini gak ada satupun teman yang request lagu sambil kirim salam. <br /><br />" duluan ah, ..." yoga akhirnya pamit. "mau bareng pik ?"<br />" nggak ah... mau gigitaran dulu...!" sahut opik. yogapun berlalu dengan sepada bmx kesayangannya.<br /><br />" bikin lagu, yu..?" ajakku pada teman-temanku yang sekarang udah mulai nyantei.<br />" ayo..." ugun yang merespon. opik masih berkutat dengan gitar yang mulai digenjrang-genjreng di kunci A.<br />" ayo pik... A " kataku ke opik. opik dengan semangat menchord A. Jrenggg, masih fals dikit.<br />" E !" kata ugun iseng. Opik berhenti, "... E, gimana Yan !"<br />aku menunjukkan senar-senar yang harus dipencet jari kaku opik. Jrengg.... lumayan.<br />" A gini. jreng.... E Gini jreng...!" opik tambah semanget. " bener, ya..?"<br />aku dan ugun mengangguk. <br />" cukup ah... udah apal dua konci...!" kata opik sambil menyerajkan gitar padaku.<br /> akupun menggenjreng A dan E sambil bersenandung na na na na...<br />"lagu apa, yan ?" tanya ugun <br />" iya... ngarang aja..." jawabku asal<br />" aku bikin teksnya..." opik inisiatif.<br /> kamipun membolak-balik chor A dan E serta sesekali D karena dirasa rada nyambung. <br /><br />Suer, di antara kami gak ada yang paham teori musik, not balok, bar-baran dan yang lainnya. cuma mengandalkan feeling aja genjrang genjreng dan na na na na. awalnya iseng lalu berubah serius ketika merasa genjrang-genjreng ini jadi kerangka sebuah lagu yang setengah utuh, mudah diingat dan enak didengar. maka jadilah lagu pertama ditingker malam itu. musiknya by ditingker dan liriknya by opik dan ditingker juga. sementara judul belum ditentukan. kira-kira liriknya begini :<br /><br />kisah sedih berakhir gembira, tak selalu kita dapatkan.<br />kisah gembira berakhir sedih, itu yang selalu terjadi<br /> tak selamanya.... tak seterusnya....<br /><br />kisah sedih berakhir sedih, itu saja yang selalu ada<br />kisah gembira berakhir gembira, tiada pernah kita rasakan<br /> tek selamanya.... tak seterusnya....<br /><br />bagaimana? cukup ancur kan....? maklumlah, namanya juga lagi belajar. <br /><br />setelah dirasa puas dengan lagu karangan yang setengah jadi, 'ditingker 'pun bubar pulang ke rumah masing-masing. udah hampir jam 10 bulanpun nampaknya mulai kedinginan.senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-30188405527468535152009-08-06T01:57:00.000-07:002009-08-06T02:02:00.392-07:00pintu 7, ditingker againaku dan ugun sedang ngulik lagu baru di basecamp. don't cry versi original lyric ternyata chord-chordnya cukup sederhana. Am dm G C, mirip dengan lagu sendiri-nya may. hanya saja ada yang khas pada petikan bas yakni dem...dem..demdem dem... ! C B C B A minor lagi. ugun emang baru beli kaset use your ilussion II cover biru. use your ilussion bisa dikatakan double albumnya GNR. satu lagi yang covernya warna kuning. sebenarnya don't cry versi original ada di GNR kuning. di cover biru versinya alt lyric. namun chornya sama. cuma beda lyric dan sedikit melodi lagu. nah, karena yang mudah dan lebih catchy versi warna kuning maka original lyric lah yang dipakai.<br /><br />sesungguhnya the thinker tak ada jadwal briefing sore itu. cuma kumpul-kumpul biasa sambil memperdalam ilmu gitar secara odidak. makanya hanya aku dan ugun saja yang ngumpul karena rumah kami berdekatan. saat itu ugun belum memiliki gitar akustik. untuk mengupdate main gitarnya dia numpang di rumahku yang ada gitar yang sebenarnya juga aku numpang minjam gitar dari kakak sepupuku yang juga numpang minjam dari temannya, rahmat. sementara rahmat sendiri belum bisa dipastikan apakah dia numpang minjam juga atau emang gitarnya sendiri. kebayang panjangnya riwayat pahala pemilik gitar sebenarnya.<br /><br />sudah lima putaran lagu don't cry kami putar. "bisa,bisa..." seru kami bangga karena udah mampu memainkan kerangka dasar lagu tersebut. tinggal melodi atau interludenya aja yang harus diulik lagi. itu mah tugas aku . rencananya the thinker mau mainin lagu itu juga. ombi udah oke, eka oke, dan opik juga oke. GNR emang lagi naik daun saat itu. dan lagu don't cry merupakan balada yang asyik untuk dibawakan. opik juga yang udah pinjam sehari kaset itu dari ugun kayaknya udah bisa mainin drum dasar dari don't cry. terbukti tadi siang di kelas udah mulai 'tak dug dug tak dug dug -an' dan penuh semangat mengusulkan don't cry untuk ada dalam daftar lagu 'ditingker' berikutnya.<br /><br />"bosen uy... neperseygudbay terus....!" katanya di sela-sela informal forum kami.<br /><br />karenanya kami bersepakat membawakan sebuah lagu baru. ya don't cry itu. kami juga mendengarkan lagu-lagu lainnya di album use your ilussion II. tapi fokus untuk dimainin band hanya don't cry. secara umum anak-anak the thinker telah membaptiskan dirinya sebagai fans GNR saat itu meskipun kasetnya cuma satu berlima karena keterbatasan dana. eka bahkan pernah berujar bahwa jikalau GNR manggung di indonesia dia akan bela-belain datang untuk nonton konsernya. saking fansnya, untuk call-call di radio kami pakai nama belakang personil GNR seperti ombi roses, opik sorum, dan ugun mckagan. noraks banget, tapi jaman itu hal yang biasa untuk memperkenalkan diri terutama di radio yang setiap sore kami panteng.<br /><br />"yang penting mah susunan lagunya, gun...!" kataku kepada ugun yang sedang bolak balik bas-basan 'don't cry' pake gitar akustik mengikuti mr duff mckagan di tip.<br />" iya, rada beda setelah reff kedua....!" sahutnya. aku mengangguk. besok kaset itu giliran ombi. he he maklum kaset untuk ngulik jadi harus rela berpindah-pindah tangan. <br />" urusan vokal mah rada gampang.... jadi bisa sehari" kataku.<br />" pas ngerental lagi udah bisa dibawain, ya...?" ugun sepertinya udah gak sabar ini membawakan don't cry versi thinker.<br />" bisa lah...." jawabku sambil meraih gitar yang baru saja diletakkan begitu saja oleh ugun di meja.<br />" udah jam sembilan uy... pulang dulu ah...!" ujar ugun tak berapa lama. <br />" iya atuh...sok ... aku juga mau kunci-kunci ..." sahutku sembari membereskan buku-buku catetan lagu yang udah di edisi ke 4. ugunpun pamit dan pulang ke rumahnya.<br />sementara aku masih penasaran dengan interlude don't cry terutama di bagian-bagian akhir yang lumayan 'burulak burulak'. " sekali lagi ah...". rew sebentar, play, kurang rew, rew lagi, play lagi, pas. please mr axl..........<br /><br /> talk to me softly there is something in your eyes...dem dem demdemdem....!<br /> don' hang your head in sorrow and please don't cry... dem dem...demdem..dem...!<br /><br /><br />***<br /><br />seperti biasa setiap pagi di jaman smp sebelum masuk kelas ada acara baris-baris dulu. padahal udah pada gede-gede tapi tetep aja kayak anak sd, harus baris sebelum masuk kelas. untungnya tidak ada bab meriksa kuku, dimana mereka yang kukunya. panjang dan hitam-hitam disentil guru. anak-anak 3A sedang saling berdesakan diatur-atur km ijo agar lencang kanannya benar.<br />"tegaakk... grak !" sang km ngasih aba-aba lagi. lalu menunjuk barisan paling kiri untuk masuk dulu. <br />" kalah euy...!" pagi-pagi yang cerah ini udah dirusak oleh kabar yang dibawa ijo.<br />" kalah apa, jo...?" ombi langsung menyambar. <br />" blazer kalah napak tilas...!" jawab ijo dengan muka penuh kekecewaan.<br />" kata siapa? siapa pemenangnya?" opik dan aku hampir berbarengan ingin tahu.<br />" tadi pagi-pagi dengar pengumuman di radio... pemenangnya mah nomor dada....eh, berapa ya? pokoknya mah dari juara satu sampai juara harapan bukan nomor kita....meni deg degan tadi juga..!" jelas ijo<br />" gak jadi dong... beli gitar baru...! " ujarku kecewa<br />" iya beli mini compo teh batal..!" opik tak kalah kecewa. ombi dan ugun yang di barisan mau masuk kelas ini bersisian kecewa juga. ya, kami, blazer kecewa. soalnya kami merasa sebagai tim paling kompak dan berdisiplin tinggi. kami juga satu-satunya tim yang tidak merokok, meskipun itu bukan kriteria panitia.<br />" mungkin kita emang terlalu cepat sampe finishnya..." kata ijo akhirnya<br />" kata aku juga, jangan kecepetan, jo !" ujar opik sedikit menyalahkan.<br />ijo cuma nyengir aja. nyengir aneh yang penuh misteri. tahu kan? yang matanya rada dimain-mainin ke atas bawah. what happen aya naon? kenapa juga waktu bertanding kemarin sebelum beli es goyobod, ijo menghilang dulu. ada apa ya? ada apa dengan ijo?<br />"jo, kemarin pas mau beli goyobod kemana dulu ?... ditungguin lama banget..." penasaran juga aku dengan cengar-cengir anehnya ijo.<br />" ke wc, di masjid agung....!" jawabnya sambil masuk kelas, masih cengar-cengir.<br />" ah, pantes dong...." akupun mulai ngerti. <br />"poison, okey, poison....!" akupun berseru mengaggetkan anak-anak kelas yang belum lagi pas memposisikan pantatnya di kursi masing-masing. poison okey poison ! adalah ungkapan khas nanang kalo merasa menemukan sesuatu, semacam eureka nya archimides. maklum nanang yang rada reman ingin kelihatan metal sementara grup metal yang dikenalnya cuma poison. jadinya, poison okey poison !!<br /><br />***<br /><br />seperti sudah diceritakan di atas, tim blazer tewas dengan sukses di acara napak tilas polres. tapi tidak menyurutkan tim blazer untuk ikutan napak tilas lagi tahun depan. kalau masih sekelas tentunya. jelas ini imposible karena tahun depan mereka-mereka kan sudah sma dan siapa yang tahu mereka masih sesekolah. <br /><br />tapi tidak imposible bagi 'ditingker 'yang semangat untuk masuk studio lagi. terbukti dari ombi yang menagih uang padaku dan personil lain untuk patungan sewa studio. ya, menurut ombi patungannya sekarang aja, biar gak pada mabur pas bayar. kamipun menyerahkan selembar limaratusan kami sebelum uang itu berubah jadi cireng atau gehu di warung ibunya kusnendar. cireng atau gehu atau bala-bala yang diapit dua kerupuk dengan saos berbiji cabe rawit emang sedang ngetop di smpn 1 saat itu. burger kata pelangan warung ibunya ncus nama top kusnendar yang teman kami beda kelas. bapaknya ncus adalah pembantu sekolah tinggalnya di kompleks belakang sekolah. jadinya ibu ncus diperbolehkan berdagang di sekitar sekolah seperti juga istri para pembantu sekolah lain. dan cirengnya itu cukup enak untuk dijadikan burger kajajaden.<br /><br />dan ombi memang menagihnya di depan warung ibu ncus sehingga agak nyambung juga (walau dipaksakan) kenapa saya jadi ngacapruk ngobrolkeun cireng. <br />" mbi, udah hapal don kraynya...?' tanyaku sembari menikmati burger cireng bersaos biji cabe rawit. (ribet, nya?). kami sedang duduk di pinggiran lapang basket melihat anak-anak yang di jam istirahat ini memilih berkeringat dengan basketnya.<br />" hapal dikit.... " jawab ombi tanpa melepaskan konsentrasi dari burger gehu kesukaannya. sama, juga dengan saus biji cabe rawit. <br />" nanti kita coba, mbi..." kataku. berdiri. bel tanda masuk kelas udah bunyi lagi. perasaan, baru saja keluar, kok udah masuk lagi, ya?<br /><br />**<br /><br />the thinker sedang terjebak di tengah sawah siang itu. alhamdulillah, tadi sempet sholat dzuhur dulu di masjid muhammadiyah deket rumah opik. ya, sebelumnya 'ditingker' ke rumah opik dulu. opik katanya ada perlu sama ortunya (padahal mah dia mau minta ongkos, kita pura-pura gak tahu aja ya...). karena tanggung dan takut kayak kemarin yakni gak sempet sholat dhuhur. maka diantisipasi dengan sholat awal waktu. waktu latihan yang kemarin, saking semangatnya sampai lupa shalat. bayangin aja, akhirnya mereka shalat dijama. coba itu, padahal nggak ada alasan yang jelas untuk dijama. nggak beperjalanan, nggak sakit, nggak lagi jihad. daripada nggak ! kata opik membela diri. he he dasar anak muda, bisa we....<br /><br />nah sekarang hal tersebut jangan terulang lagi. kita kan bertekad jadi pegawai band yang sholeh. pegawai band yang gak ngerokok dan pegawai band yang gak mabuk-mabukan kecuali naik kendaraan dan lupa minum antimo. cukuplah ijo saja sebagai mantan drunken master di kelas kami. kita main band aja. no drug no alkohol.... dan rajin shalat.<br /><br />lantas setelah shalat berjamaah kami menyusuri gang yang dulu pernah kami gunakan untuk menuju tempat latihan kondangrege. opik paling depan karena dia lebih pede dengan bajunya yang nggak seragam. latihan kali ini tidak bersama taher plus the changkilung-nya. ya, kita langsung mencoba mandiri. di samping tahernya juga ada perlu, gak bisa mengantar 'dithinker'. <br /><br />namun kami merasa belum siap untuk memakai rute kemarin setiba di daerah kondangrege. yup, kami belum berani melewati para pemuda di depan-depan gang sepanjang kondang rege. padahal itu mungkin cuma ketakutan kami saja. tapi jaman itu, palak memalak anak sekolah sudah ada. jadi kami perlu mengantisipasinya sejak dini. sedia payung sebelum hujan, kalau dalam peribahasanya mah.<br /><br />" jalan ke sawah, aja !" usul eka. dan kami menyetujuinya. padahal yakin seyakin-yakinnya eka belum tahu daerah itu. <br />" ah, mudah kata eka... pasti kita bisa keluar di gang yang mendekati tempat latihan.." tambahnya pasti. dengan bismillah dan ber-'poison okey poison' secara kompak kamipun menapaki pematang dan seperti telah diceritakan tadi kami terjebak di pematang sawah yang masih basah karena baru jadi. seorang pak tani sampe terheran-heran melihat kami, anak-anak smp berseragam dan satu yang galing pake baju bebas nekad menerjang pematang basah.<br />" buka sepatunya !" seru ombi. anak-anak membuka sepatu. ya, daripada sepatu yang kotor mending kaki kami kena lumpur sawah. besok, kan belum libur.<br />" he he..dasar si eka ngagawekeun..." opik protes berat<br />" sabar..sabar !" sahut eka sok innocent. " nanti kalau udah ngetop.. bakal jadi pengalaman terindah.." sambungnya<br />" iya pik, kayaknya bentar lagi nyampe..." kataku membela eka. soalnya aku juga tadi mendukung usul eka habis-habisan. " lihat si ugun...kalem !" dasar bassist...<br /> <br />di tengah matahari yang panas (jam dua, bo !) 'ditingker' sedang berusaha membebaskan diri dari lumpur sawah. untunglah mereka menyadari arti perjuangan. ya, perjuangan menghindari preman sepanjang jalan ternyata gak mudah. ke manapun berjalan, arah manapun yang kita pilih, strategi apaun yang kita gunakan pasti yang namanya tantangan selalu ada selalu udah tersedia. contohnya seperti ini : 'bebelesekan dina galeng'. <br /><br />akhirnya mereka berhasil keluar dari tantangan pertama. alhamdulillah, sukses !... seru mereka sambil ketawa-ketawa menyadari ketololan masing-masing. tak lupa saling menyalahkan, eka sih...opik sih.... diyan sih... standar lah. kini mereka menyusuri gang-gang lainnya untuk menuju ke tempat rental yang ternyata tanpa peta yang jelas. sempat juga mencari mushola kecil untuk cuci kaki dan pake lagi sepatu yang digigiwing kayak maling. lalu kembali menyusuri jejak tempat latihan dengan hanya mengandalkan 'berdasarkan, perkiraan, dan penciuman' eka dan beberapa potong ingatan masing-masing yang udah mulai kabur.<br /><br />" asana mah ka dieu...!" kata eka kurang yakin ketika menemui persimpangan gang.<br />" bukan ah, ke sini...." jawab opik gak setuju.<br />" ke sini ah...!" eka gak mau kalah<br />" ke sono aja ka... tadi ge nyasab melulu, kamu mah...!" ombi mulai gak sabar juga<br />" ke sini aja...ke sana mah, tuh ada preman...!" tunjuk eka ke arah pemuda yang emang lagi pada nongkrong.<br /><br />akhirnya semua setuju dengan petunjuk eka karena pada gak berani lewat di depan para pemuda setempat yang secara spontan terasosiasi dengan preman. kembali mereka bolak balik masuk keluar gang. hingga....<br />" tah, udah dekat....!" seru eka kegirangan.<br />" iya,... ada suara genjang-genjreng, hayu ah....!" opik yang dari tadi manyun kembali bersemangat.<br />berduyun-duyun ditingker menuju pusat suara. alhamdulillah, benar saja... gang yang menuju studio rental. asyiik, nyampe juga. semakin dekat semakin kedengaran suara yang main musiknya. cukup kompak dan rapi. <br /><br /> ...searching... seek and destroy !<br />....searching... seek and destroy !<br /><br />wah metallicaan, euy ! kapan-kapan kita ulik lagunya ya... minta beberapa trik ke suhu taher aja untuk yang 'burulak burulak' nya mah...<br /><br />... sekarang mah kompakin don't cry aja, ya... poison okey posion ! tiba-tiba saja kami serasa nanang ketika menemukan sesuatu....<br /><br />***senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-91256099908016258292009-08-04T19:38:00.000-07:002009-08-04T19:43:45.632-07:00pintu 6, sejenak bersama ijo dan 'blazer' bag. 2<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-zFLioZFkBF8nvo2nGmjY13Qv_8nW2SYkYxJS51TS25WWuUsdWI-a7ifoa26DdxqxKEZSy2exVRxLUuFxIF60KSZ6wphfJLJlBq4fUJyzybsluohoIb16Nh4rpnlD-IAnY9ifHN9u-iU/s1600-h/blazer+minus+opik.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 139px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-zFLioZFkBF8nvo2nGmjY13Qv_8nW2SYkYxJS51TS25WWuUsdWI-a7ifoa26DdxqxKEZSy2exVRxLUuFxIF60KSZ6wphfJLJlBq4fUJyzybsluohoIb16Nh4rpnlD-IAnY9ifHN9u-iU/s320/blazer+minus+opik.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5366303948794063586" /></a><br /><br /><br />ternyata dalam dunia ini banyak hal yang menyenangkan kalau kita bisa menikmati dan mensyukurinya. bener juga apa kata orang-orang, yang terpenting dari semuanya adalah bagaimana cara pandang kita terhadap sesuatu. mau bagus atau buruk tergantung kita menilainya. <br /><br />seperti siang itu, ketika aku dan blazer bernapak tilas. kupikir ngeband aja yang asyik. napak tilas juga bikin hati riang gembira. aku yang paling pendek harus menerima jadi buntut di rombongan 'ngabaduy' kami. ijo paling depan, kedua opik, disusul ugun dan ombi. kami masing-masing menyandang ransel yang biasa dipakai sekolah di punggung. kesampaian juga ikutan lomba napak tilas hari jadi polres.<br /><br />" samakan langkah...samakan langkah... !" begitu ijo ngasih komando. ijo emang didaulat jadi pimpinan blazer the napak tilas team adventure. ya, karena pengalamannya yang seabreg di bidang petualangan sub bidang jalan kaki, maka ia berhak menyuruh-nyuruh kami. di samping ijo juga sebagai pelopor kegiatan ini yang katanya ketika, " jangan salah, kita ini mewakili sekolah...!" kami cuma mengangguk-angguk saja. ijo semakin semangat mengompori, " nanti kalau menang... kan ada hadiah tropy tuh, kita serahin ke sekolah..!" kembali anak-anak yang saat itu sedang ngumpul di basecamp pasundan cuma bisa mengangguk campur kagum pada ijo yang kemudian menambahkan, " yah, itung-itung mengharumkan nama sekolah,... kalau saya mah sering lewat pramuka..." ujarnya enteng. "...kalian kan belum pernah?" anak-anak akhirnya pada bete disindir gitu. tapi gak lama juga, pada menyadari 'kali.<br /><br />sebenarnya nggak juga kalau dibilang yang lain tidak pernah mengharumkan atau setidaknya membawa nama sekolah di ajang luar sekolah. opik dan ombi juga sering bawa-bawa nama sekolah di paskibranya. sementara aku sama ugun lewat kegiatan basket yang sering diadakan perbasi lokal meskipun di tim smpn 1 C dan jarang menang karena di babak-babak penyisihan sudah tersingkir. dan kini atas nama sekolah 'dengan biaya pribadi' kami mencoba mengharumkan nama baik sekolah lagi. yap, meskipun nama timnya blazer tapi alamat yang kami gunakan adalah sekolah kami.<br /><br />"Jo,...jangan kecepetan, kasihan yang dibelakang ketinggalan !" opik usul karena dirasa kecepatan langkah kaki ijo di atas kewajaran yang diperbolehkan. maklumlah, ijo kan kakinya 'congcorang' jadi langkahnya lebar-lebar. ijo mafhum dan sedikit memperlambat gerak kaki. alhamdulillah, ujarku dalam hati. aku dan ombi agak ketinggalan.<br /><br />selain tim blazer, ternyata cukup banyak yang mengikuti lomba napak tilas ini. pasti bukan karena tropynya yang diincar. mungkin mereka mempunyai motivasi yang sama dengan kami. ingin menang agar dapat uang. he he sebuah motivasi yang klise. aku juga, jujur aja ingin uangnya. aku berencana membeli gitar akustik jikalau uang kemenangan yang disediakan panitia itu kami dapatkan dan dibagi-bagi antara kami. yang lainnya juga sama, opik malah berencana mau beli mini compo buat ngulik suara drum sebuah lagu. tahu gitu, aku yang juga belum punya mini compo sendiri mau juga beli kayak opik di samping beli gitar. eh, cukup nggak ya?<br /><br />pagi tadi sekira jam delapanan start perlombaan dimulai di depan kantor polres yang juga depan alun-alun. sebuah pusat kota dan cukup netral bagi semua peserta yang berasal dari semua kalangan dan semua kecamatan di kotaku. ada yang mewakili suatu instansi, sekolah, atau juga perorangan. semua peserta kelihatan bersemangat. pagi kotaku yang terbiasa dingin hari itu menjadi hangat dikarenakan senyum peserta lomba. katanya jumlah peserta hingga kurleb 500 tim. blazer aja kebagian nomor dada 273 yang dipasang dengan paksa di dadaku. kalau dipukul rata setiap peserta 5 orang maka orang-orang yang ikutan acara ini hampir dua ribuan. pantes aja alun-alun sesak.<br /><br />dengan 'dor ! ke uadara oleh ketua panitia. maka lomba dimulai. pada awal-awal semua bener-bener rapi dan semangat tinggi. belok ke jalan pramuka masih tetap barisan yang teratur di hingga kerkof-merdeka belok kanan peserta masih lumayan teratur. jalan merdeka terus hingga ujung depan stm. nah, dari sana mulai tuh para peserta jadi gak teratur. udah jadi kayak jalan santai saja. bahkan ada yang mampir ke warung segala. padahal belum setengah jalan, seperempat aja juga belum. tapi namanya juga fun dan di aturan gak ada larangan, ya boleh-boleh saja.<br /><br />namun tidak bagi blazer yang beridealis tinggi. kita mesti kompak meski tadi di warung yang kita lewati gehunya kelihatan masih hangat dan cabe rawitnya hijau-hijau seger kelihatan enak bila dimakan bareng bala-bala. duh, pasti enak tuh. apalagi minumnya air teh hangat ala kampung yang pahit nikmat. ih, jadi pingin.<br /><br />"nih, yan...!" tanpa menoleh ke belakang ombi menyerahkan kempis (tahu kan kempis?) berisi air teh milik ijo. wah kok tahu ya saya ingin teh. ternyata tuh air udah tinggal setengahnya karena pemimpin dulu yang minum, terus opik, ugun, ombi dan aku sang buntut di bagian akhir. he he pemimpin yang bijak walaupun aturannya dirasa terlalu mengada-ada. kata ijo kalau ingin menang harus disiplin. napak tilas, katanya, yang dinilai adalah ketepatan waktu dan kekompakan tim. jadi, tambahnya, langkah harus seragam. minum satu minum semua. berhenti satu berhenti semua. kalau di depan panitia penilai jangan kelihatan loyo. pokoknya aturan tim yang dibuat ijo lumayan banyak deh. kayaknya lebih banyak daripada aturan sekolah. tapi kita cuek aja, toh aturan kalau gak cocok bisa dilanggar.<br /><br />ketika memasuki daerah perkampungan, di sepanjang jalan yang dilalui peserta banyak berjejer gelas-gelas dan teko berisi air yang disediakan oleh penduduk khusus buat peserta kadang-kadang ada juga yang makanan ringan berupa rebus-rebus umbi. nah, yang kayak gini pasti udah amblas duluan ke perut para peserta terdahulu. alhamdulillah, air juga udah untung.<br /><br />"berhenti dulu.... !" teriak ijo di depan rumah penduduk. "alhamdulillah", kata yang lainnya serempak. soalnya dari tadi sepertinya tim blazer lah yang belum berhenti-berhenti. dan kita udah menyalip puluhan peserta. blazer yang startnya di kelompok tengah kini ikut kelompok peserta awal.<br />"boleh duduk-duduk, jo !" ombi yang kelihatan lelah banget nanya.<br />" nggak boleh.... nanti keram !" sahut ijo. " mana kempis ?" tanyanya.<br />" ini..." aku menyerahkan kempis yang udah kosong melompong.<br />ijo menerimanya dan mulai mengisi kempis dengan air teko yang ada di meja dekat situ. sementara yang lain bergantian minum dari gelas yang disediakan penduduk.<br />" haus, cep...?" seorang penduduk nenek-nek nanya ke anak-anak<br />" iya bu....!" jawab anak-anak kompak sembari senyum. <br /><br />sekali lagi, napak tilas ini meskipun bikin tubuh cape tapi asyiknya lebih banyak lagi. banyak pelajaran berharga selain tubuh kita jadi sehat (asal jangan tiap hari aja, ya ). mengenal alam salah satunya. kapan lagi kita bisa 'tisukruk tidukduk' ke tengah perkampungan dan merasakan angin pegunungan, hijaunya sawah, kicauan burung liar dan lainnya. juga silaturahmi dengan penduduk sekitar meskipun hanya lewat senyum, kata'pararunten, yeuh...' dan seteko air cuma-cuma sepanjang perjalanan. sementara sorot mata penuh keikhlasan dan kebahagiaan para pendudukpun seakan membasuh peluh para peserta yang bermandikan keringat (maaf, kalau di bagian ini saya berceritanya gak serius. tapi bener pisan ini nyata dan pernah ada). kalau sekarang kan di antara kita kebanyakan sorot mata curiga, senyum penuh tanda tanya dan juga ketidakpedulian. amit-amit, mudah-mudahan yang gitu teh gak banyak dan cepat punah tanpa meninggalkan fosil.<br /><br />"siap-siap...blazer ! blazer ! blazer !!" seru ijo dengan yel-yelnya. blazer kembali ke barisan. memeriksa kalau-kalau ada yang ketinggalan. tak lupa pamitan pada penduduk yang kalau ada 'orang kota' selalu aja seperti ada 'sirkus' . maksudnya meni melihat dengan tatapan yang serba ingin tahu. setelah 'bermangga-mangga' sama mereka. blazer melaju lagi. agak nyantai sekarang mah. anak-anak berharap semoga ijo melupakan aturan yang dibuatnya. sementara ijo juga udah sebenarnya udah cape, tapi sebagai pemimpin dia gak boleh memperlihatkannya di depan anak buahnya. <br />" ada yang ketinggalan ?" dari depan suara ijo kembali menyeru dan nanya.<br />" ada !!! " opik yang menyahut tak kalah dari teriakan ijo.<br />" apa ? " tanya ijo lagi sambil agak memperlambat langkah<br />" kentut !!" sahut opik. anak-anak pada ketawa. ya, daripada stress dan untuk menghilangkan cape serta kaki yang udah mulai pegel. he he, opik tadi emang sempet kentut dua kali. yang pertama suaranya agak keras sementara yang kedua cuma 'pess' aja. lalu seperti biasa lempar batu sembunyi tangan, 'siapa yang kentut?. kamu ya?...kamu ya...? lantas dia 'tat tit tut daun sampeu....' sendirian.<br /><br />***<br /><br />memasuki darah cipanas. " blazer, masih kuat ?!!" sebuah suara yang kami kenal mengagetkan. kami mencari sumber suara dari kap sebuah mobil jip. yoga sedang melambai-lambaikan tangannya. "ga... lagi ngapain...?" seru anak-anak.<br />" sama bapakku...meninjau !" teriak yoga.<br />" ada makanan...?" ombi teriak juga. makanan yang dibawa masing-masing emang sudah habis. tadi semua berbekal roti dan kompakan makan bubur ayam yang di depan sekolah sebelum berangkat.yoga ikut bapaknya yang anggota orari daerah. semacam rekanan panitia gitu. di daerah cipanas memang salah satu posko panitia berada. jadi banyak panitia berkerumun di situ. blazer yang tadinya berencana rapi di depan panitia jadi rada kacau beliau karena konsentrasinya buyar. di kegiatan kayak ginian, kalau ketemu teman seperti ketemu siapa gitu. padahal setiap hari juga ketemu di kelas. mungkin dari faktor psikologis kita saat itu sedang tertekan akibat kelelahan. atau gak tahu juga deh. <br /><br />daerah cipanas mengisyaratkan bahwa kita udah menempuh dua pertiga perjalanan. lumayan juga, pegelnya makin terasa. selanjutnya adalah menuju garis finish yang perjalanannya tidak banyak ke perkampungan. udah mulai ke jalan besar lagi. harus hati-hati karena banyak pemilik kendaraan yang kadang merasa jalanan adalah miliknya sendiri dan yang lain cuma ngontrak. he he he..kayak filosofi orang pacaran aja, ya. <br /><br />tapi meskipun di jalan besar masih juga banyak penduduk yang semangat menyediakan air bagi para peserta. oh, andaikan tiap hari para penduduk menyediakan air minum dan makanan bagi para pejalan betapa indahnya dunia. kita takkan pernah takut pergi sejauh manapun. padahal memberi makan pejalan pahalanya gede, tapi kenapa sekarang ini susah sekali mencari hal-hal kayak gini. mungkin karena tadi, individualisme mulai merasuki sebagian masyarakat kita. <br /><br />untunglah aku masih melihat hal yang patut dicontoh di daerahku berkaitan dengan keikhlasan memberi ini. di depan sebuah gang selalu tersedia gelas dan teko berisi minuman buat pejalan dan mang-mang becak yang mangkal di sana. juga di sebuah warung kecil. alhamdulillah, orang masih ada yang tidak menilai segalanya dari uang dan uang. bahkan seorang ibu di sebuah rumah di daerahkui menyediakan air minum dalam teko yang secara rutin diminum oleh seorang gak waras alias orang gila yang sering lewat di daerahku. (orang gila yang dimaksud adalahbaw baw.... gilang pasti masih ingat orang gila yang satu ini ini. dan kalau ingin tahu lebih banyak saya ppernah cerita panjang lebar tinggi tentang dia di situs web senjaklasik blogspot bab 'baw baw and the ninja'). memang sih jadinya gak ada berani yang minum dari teko si ibu itu karona faktor jijik. tapi that's not the point. the point is sharing and giving, mengertos ?<br /><br />matahari udah hampir tinggi. udarapun udah panas. sinar matahari membakar rombongan blazer dan peserta lainnya yang kayaknya di spertiga terakhir ini udah mulai main sendiri-sendiri. nggak kayak di awal-awal masih bisa saling say hello dengan peserta lainnya. jarak antar peserta cukup jauh. seperti halnya lomba-lomba lainnya. para peserta yang ketinggalan banyak yang tidak meneruskan lomba dengan berbagai alasan. ada yang kecapaian, yang emang malas, bahkan ada yang ikutan lomba karena kepaksa biar calon mertua suka. ada juga yang bilang , " ah, piala mah nanti beli aja di yy atau toko adidas. he he...yang ginian sih pasti punya pengalaman banyak sebagai panitia lomba. abis dia tahu tempat-tempat jualan piala plastik sepuhan. satu lagi pak, budi suci yang di jalan ahmad yani !<br /><br />untunglah, blazer bukan termasuk salah satu golongan dari mereka. show must go on ! kata ijo. perjuangan belum berakhir kawan-kawan. tinggal dua kiloan lagi. ! begitulah seruan semangatnya pada teman-temannya. maka anak-anakpun kembali semangat. kualitas tujuannya sekarang sudah menurun, yang penting mah sampai. udah kebayang es goyobod dekat alun-alun. pasti seger banget. tambah es serut terus dikocok. ada rotinya dikit...ah, enak pisan. " hayu euy, semangat...!" opik menyambut baik seruan ijo demi es goyobod alun-alun. " blazer... blazer...blazer...!" yelnya meskipun nggak sesemangat ketika tenaga masih banyak. sepanjang jalan di awal-awal lomba yel blazer blazer blazer kerap terdengar. beberapa peserta lain yang kebanyakan aa-aa dan bapak-bapak sempet heran dan bertanya-tanya dalam hati, itu anak-anak kenapa ya." beser...beser...beser." dikiranya kita mau nyari wc.<br /><br />di persimpangan jayaraga, blazer tambah semangat. tentu saja karena finish sudah dekat. tinggal satu belokan jalan a yani. ijo malah mempercepat langkah seperti di awal lomba. kagum juga aku dengan si jangkung ini. semangatnya itu. juga semangatnya dalam menyemangati anak-anak agar tak patah semangat. entahlah, apakah dia juga membayangkan es goyobod alun-alun atau tidak. dia malah cerita-cerita bahwa beberapa minggu ke depan akan kemping ke curug citiis dan ngajak aku dan yang lainnya. aduh jo... ka finish aja dulu.<br />" tadi pas di cipanas, curug citiis kayak melambaikan tangannya...yan !" katanya makin buas membujuk kami.<br />" kelihatan kan air terjunnya ? yang putih-putih itu.... wuih... menyusuri hutan cemara... nyari jalan setapak baru. berjalan di antara batu kali dan derasnya sungai. kalau sempet kita ke puncaknya. edelweissnya khas yan...!" tambahnya.<br />"iya jo...iya jo...insya Allah ..." sahut anak-anak dalam sisa-sisa tenaganya sebelum ijo tambah brutal mengajak kami untuk 'tour of duty'.<br /><br />kini belokan cimanuk - a yani. " kompak euy...kompak, ngabaduy !" perintah ijo. kamipun menurut. berjalan berurut satu satu ke belakang. sebisa mungkin kelihatan masih kuat dengan kadar semangat tak beda dengan kondisi start tadi. beberapa panitia yang mengawasi kelihatan kagun dengan kedatangan kami. wah, masih muda...kompak.... kuatan... juga karasep ! sementara kami makin pd dan orientasi pada hadiah kembali muncul di kepala. kayaknya kita pemenangnya, nggak salah lagi kita yang paling kompak ! raut muka kami menunjukkan demikian. es goyobod udah ke delete sementara waktu. jadi deh beli mini compo...jadi deh beli gitar. <br /><br />seorang panitia menyambut kami menjelang finish dengan bahasa tubuh 'parantos sumping !!!' nya inohong di bojong rangkong, sinetron lokal paporit saat itu. lalu countdown. benak kami saling menghitung.....sembilan, delapan, tujuh, enam, lima.....dan satu... finish ! alhamdulillah, serasa hilang semua lelah begitu garis finish kami injak. seakan waktu berhenti saat tapak kaki kanan ijo menginjak garis-garis putih zebra cross yang dianggap akhir perjalanan. juga kami merasa orang-orang baik penonton, pendukung, dan juga panitia bersorak dan tepuk tangan dalam slow motion.<br /><br />panitiapun mencatat nomor dada 273 dan waktu tempuh kami. sebenarnya sudah banyak juga peserta lain yang sampai di finish terutama yang emang kelompok awal. tapi kami merasa nggak ada yang sedramatis kami ketika menginjak garis finish. he he lebay pisan nya. <br /><br />"siapa juaranya, jo!" tanya ugun<br />"belum dong... baru sekitar dua puluh lima peserta yang nyampe !" kata ijo sok tahu.<br />" wah kita kecepetan dong...!" ujar opik.<br />" ah, yang penting mah udah nyampe...!" sahut ombi. aku mengiyakan.<br />" pengumumannya kapan jo...? tanyain gih, ke panitia !" suruh opik. ijopun dengan nurut menuju ke salah seorang panitia. tak lama udah datang. lalu...<br />" besok ! diumumin di radio...." jelasnya ke anak-anak yang lagi ngelurusin kaki sambil rebahan di pinggir lapang alun-alun. anak anak cuma iya iya aja.<br />" goyobod yu...!" ajakku<br />" hayu...!" anak-anak tanpa basa-basi langsung setuju. goyobod, here we come !<br />"nanti abis ini, kumpul dulu di rumahku ya...!" ajak opik. anak-anak cuma bisa ngangguk. asyik, makan siang gratis nih, pasti disuguhi lotek mandalagiri yang gurih dengan taburan bawang goreng yang enak itu, otak kami langsung husnuzhon. he he padahal belum ada kesepakatan siapa yang bayarin goyobod sekarang.<br /><br />**senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-54507231371276528192009-07-31T19:15:00.001-07:002009-07-31T19:17:02.935-07:00pintu 5, sejenak bersama ijo dan 'blazer' bag. 1<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj04FRUNA45WaL-iHQ2-xfWAFD6fM3PPbnx3aBKeISDDH4zpPSoPi6-azQbT44v2EEdN3Q1C9cg0QAv0C40Ucku5zljh7nyCmEEH76k3GMn8Bl3PBNwmQPteqkxi_HiruE8s2hxggX6Wgo/s1600-h/izo.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 227px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj04FRUNA45WaL-iHQ2-xfWAFD6fM3PPbnx3aBKeISDDH4zpPSoPi6-azQbT44v2EEdN3Q1C9cg0QAv0C40Ucku5zljh7nyCmEEH76k3GMn8Bl3PBNwmQPteqkxi_HiruE8s2hxggX6Wgo/s320/izo.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5364813417526782322" /></a><br /><br /><br />jam pelajaran pertama, jam pelajaran bahasa indonesia pa udan, tapi kosong.<br />"yan, polres ngadain lomba 'napak tilas' hari jadi polisi. ikutan yu !" ijo membuka forum pagi itu. tentu saja di forum bebas. yang sedang ngumpul di bangkuku saat itu ada 'ditingker' dan anak 3A lainnya.<br /><br />ijo adalah teman 'ditingker' khusus, selain juga teman sekelas di 3A, dan bagiku ia teman sejak kelas dua. dengan ugun, ijo malahan pernah sekelas di kelas satu. sementara sebelumnya, aku, baik sama ugun maupun sama ijo pernah sesekolah ketika sd. btw, dikatakan 'khusus'karena ijo juga sering datang ke basecamp the thinker di pasundan. emang, secara geografis, letak rumah ijo juga di daerah pasundan. jadi tidak mungkin mengesampingkan makhluk yang jangkung ini.<br /><br />beneran, ijo memang jangkung. ia lebih jangkung dibanding teman-teman lainnya. seperti pernah disinggung sekilas di bab sebelumnya, ijo menjabat km dan juga anggota pramuka smp. ia paling senang membanggakan 'kak haris' pembina pramuka di smp kami. apa-apa selalu 'kak haris mah, yan gini, kak haris mah gitu' lantas dengan semangatnya menceritakan kak haris dengan penuh semangat yang dimatanya mungkin lebih hero daripada supermarket hero. nah, karena ijo tukang pramuka, maka kegemarannya pada hal-hal yang berbau petualangan atau bepergian sangat kuat. ijolah juga yang pertama kali ngajak aku mengakrabi gunung. pada masa kelas dua, aku udah diajak ijo mendaki ke dua buah gunung terkenal di kotaku. meskipun gak sampe ke puncaknya. yah, cuma sampe di lutut gunung aja, yakni cikurai hingga tempat pemancar TVRI dan gunung guntur bab citiisnya. jangan salah, pada jaman itu kedua gunung masih perawan. belum banyak jalan untuk menuju ke sana dan hutannya masih lebat.<br /><br />cerita lainnya tentang ijo ini, yaitu bahwa dia pernah nyobain yang namanya mabok 'drinking' saat dibagi rapot kelas dua. bahkan saat porak (pekan olah raga antar kelas) kelas dua dia ikutan tim basket kelas dua sembari mabok berat. mabok beneran, bukannya mabok perjalanan. mabok semabok-maboknya dengan ngomong yang ngaco mata merah dan mulut bau alkohol. entah kenapa ijo yang pramuka tulen dengan disumpah dwidarma dan trisatya serta 'kak haris' minded sampe mabok minuman keras. bahkan kata yoga yang sebangku dengannya, waktu bermain basket ngelawan kelas satu yang ada iyep-nya ijo sampe ngeluarin jurus-jurus kungfu ketika sedikit saja dia kesenggol sama adik kelasnya. lantas marah-marah gak jelas. begitu parahnya ijo teler hingga pas akhir permainan ijo nyungsep di belakang sekolah. untungnya, guru-guru lagi sibuk meriksa hasil ujian ebsem dan nggak pada ngeh bahwa seorang muridnya berbakat jadi 'drunken master".<br /><br /><br />dan yang paling parah, ya itu tadi. pas orang lain dibagi rapot, dia malah teler di belakang sekolah deket ruang gak terurus milik smpn 8. fyi, sekolah kami bertetangga dengan smpn 8 yang kata sebagian teman di jaman itu, sekolahnya 'ih, kelas teh meni ku bilik'. sorry, bukan kata saya. tapi saya sependapat. nah, kebayang kan, ijo yang jangkung dibanjur di belakang sekolah biar cepat sadar. alhamdulillah, tuh anak akhirnya sadar juga. dengan dramatis dia bertanya," di mana ini, dimana ini?". aku yang jadi saksi mata langsung sama yoga menenangkan, meskipun masih takut-takut mengingat ketika teler ijo tingkah lakunya mendekati zombi. kami memberikan buku rapotnya yang nilainya sebenernya lumayan. ngasih tahu kalau tadi bu yuyun, sebagai wali kelas nanyain dan dijawab ijonya sakit. jadi dia boleh merasa aman saja. ijo juga sempat minta maaf ke semua temen karena kelakuannya yang 'dewasa' banget itu. dengan baju yang basah akibat dibanjur ijo bareng-bareng pulang sama aku. sesekali kuperhatikan ijo yang kusut banget hari itu tidak segagah ketika memakai baju pramuka dengan celana selutut yang sudah menjadi trademarknya itu. <br /><br />dari obrolan sepanjang pulang, ternyata eh ternyata ijo belajar mabok itu ketika lagi kemping sama teman-temannya yang usianya lebih tinggi. anak sma gitu deh. pada suatu kempeing, si aa-aa sma itu bawa minuman penghangat (baca : beralkohol) ke gunung. katanya sih buat ngehangatin diri dari dinginnya gunung. lagian kalau nggak mau kedinginan mah jangan ke gunung, ya. atau bakar-bakaran aja di gunungnya (hus!). yah, namanya juga anak-anak muda lagi dalam tahap pencarian diri. dan ijo secara tidak sengaja jadi follower di antara mereka. lalu kecanduan atau mungkin juga ingin 'dianggap' udah dewasa. atau seperti klise pelajaran merokok, 'nggak enak menolak tawaran teman, jadi saya nyoba'. semenjak itulah ijo yang 'pramuka itu patuh pada ortu, pramuka itu sayang sesama' jadi pemabok kelas teri. hingga sadar hari ini ketika yoga dengan kejam membanjur ijo pake seember air sumur.<br /><br />wah, kepanjangan cerita ijonya, ya? balik lagi ke ijo yang sedang mengajakku ikutan lomba napak tilas. oh, ya ijo di bagian ini ceritanya udah nggak mabok lagi. enggak tahu juga kalau tanpa sepengetahuan aku. yang jelas ijo yang ini pramukanya sudah khusyu lagi. buktinya dia dikirim sekolah untuk ikutan jambore di luar kota bersama kawan pramukanya. <br /><br />demi ajakan itu, 'ditingker' saling berpandangan. wah, asyik juga buat kekompakan.<br />" kapan lombanya, jo ?" tanyaku tertarik <br />" tanggal sekian sekian...." sahut ijo seneng pancingannya mengena<br />" satu grupnya berapa orang, jo ?" opik mulai tertarik juga.<br />" maksimal lima " jawabnya.<br />cocok ! ujarku dalam hati. 'ditingker' juga berlima. tapi thinker plus ijo jadi berenam dong.<br />" pik, gimana? ikutan? " aku minta tanggapan opik.<br />" setuju, siapa aja jo kira-kira?" opik balik nanya ke ijo<br />" aku, kamu yan, kamu pik...si ugun..gun, mau ikutan ?" ijo ke ugun yang sibuk dengan catatan entah apa.<br />malah eka yang jawab, " aku mah gak bisa ikutan..ada acara !".<br />selalu begitu, eka di masa smp meskipun menyenangi petualangan pegunungan alpen yang ada chamonixnya tetapi untuk urusan berbau-bau keringat rada susah ngajaknya. padahal aku juga inginnya the thinker full ikutan.<br />" gun, ikutan nggak ?" sekali lagi ijo ke ugun.<br />ugun, yang udah konsen lagi ke forum mengangguk. artinya mau ikutan. seorang lagi tentu saja kang ombi putra pertama pak wahyo anak asli keturunan gunung gelap di garut selatan yang juga vokalis tetap the thinker. oh, ya ombi di jaman smp, seperti juga opik ikutan grup paskibra di smp. paskibra kan ada urusan fisik-fisiknya, sehingga bagi ombi ikutan acara ini merupakan bagian dari kesehariannya. dengan demikian pas sudah jumlah anggota tim napak tilas.<br /><br />**<br /><br />rencananya aku dengan ijo dan opik mau ngedaftarin tim napak tilas ini sepulang sekolah ke kantor polisi yang pada jaman itu letaknya masih terbilang dekat dengan sekolah kami. atas usul aku tim napak tilas kami dinamakan tim blazer. "artinya yang bersinar", jawabku ngarang aja ketika teman-teman lainnya menanyakan. "wah, bagus juga..." ijo langsung oke. opik tadinya menyarankan agar thinker rada dikenal, namanya thinker plus aja. yah, sedikit azas manfaat gak apa-apa, alesannya saat itu. tapi anak-anak lainnya menolak karena, pertama beda bidang garapan, yang kedua takut disangka ikut-ikutan kusplus, band jadul itu. jadinya disepakati bahwa nama timnya 'blazer'.<br /><br />selain karena hobby dari masing-masing personil blazer, yakni berjalan kaki sambil bertualang, kami juga tertarik dengan hadiah uang yang dijanjikan oleh panitia. meskipun kami belum pernah bernapak tilas kemanapun, tapi dengan pengalaman setiap hari berjalan kaki ke sekolah serta pengalaman plus-plus dari masing-masing anggota mak kami yakin mampu mengikuti perlombaan ini. akupun secara kurikulum viti punya pengalaman yang bisa dibanggakan, yakni pernah lebih dari dua kali naik gunung. ijo dengan segudang pengalaman pramukanya (nggak termasuk urusan mabok). sedangkan opik dan ombi di paskibra. sementara ugun boleh berbangga hati karena ikutan diklat basket sepulang sekolah yang juga gak jauh-jauh dari urusan fisik.<br /><br />untuk itulah, meskipun harus kembali menyisihkan uang jajan untuk patungan bayar pendaftaran kami tak menyesal. kalupun tidak menang, minimal bisa bangga karena pernah ikutan napak tilas yang gak semua orang bisa ikutan. lumayan jauh lho, lebih dari 30 km. <br /><br />acara ini juga didukung berbagai pihak serta media elektronik radio lokal kami. gembar-gembornya sering terdengar di acara request lagu sore-sore menjelang malam. seperti malam itu, sehabis magrib ketika 'blazer' sedang ngumpul di basecamp pasundan setelah mengerjakan pr matematik dari bu marni. ada juga yoga yang rumahnya di muhammadiyah masih sodaraan sama pasundan.<br /><br />" udah nelpon, uy !" kata yoga yang datang ke basecamp dengan sepeda bmxnya. maksudnya dia udah nelpon ke radio rugeri request lagu. nelponnya gak jauh-jauh, di telpon umum perempatan papandayan dengan uang logam gocapan.<br /><br />begitulah, salah satu kewajiban kami bila mau ke basecamp harus request lagu dulu dan ngasih salamnya ke anak-anak. radio butut milik nenek sayapun dipancang di rugeri yang jam-jam segitu setia memutar lagu pilihan pendengar yang hingga sekarang masih setia di jalur am. semua khusyu mendengarkan. harap-harap cemas semoga yoga berbaik hati menyalami dirinya via radio. saat itu, hal-hal seperti ini ngetren di kotaku, tak peduli lagu yang diminta nggak diputer. biasanya sang penyiar dengan diktatornya bilang, 'gabung aja ya dengan yang lain' jika sang lagu request-an kita gak ada di list. jaman dulu gitu lho, muterin lagu kalu gak dari piringan hitam ya dari kaset. nggak secanggih sekarang dimana di komputer tinggal klik file mp3 meski bajakan.<br /><br />akhirnya nama-nama kami disebut juga oleh sang penyiar, " ....lagu ini buat izo stradlin di pasundan,... ombi roses di cangkuang, ugun mckagan di pasundan juga....dan semua tim napak tilas blazer yang mau ikutan lomba pekan depan dari yoga di muhammadiyah, ucapannya selamat berlomba". cuma sekitar 15 detik aja dan besoknya di kelas biasanya jadi semacam kebanggaan. dan semua orang di kotaku secara otomatis tahu bahwa salah satu tim yang akan berlaga di lomba napak tilas adalah kami, tim blazer thea.<br /><br />biasanya pula, besoknya salah satu dari teman sekelas kemudian menelpon lagi ke radio dan merequest lagu serta kirim-kirim salam. meski hari itu gak ada jadwal ngumpul di basecamp aku tetap memanfaatkan basecamp sebagai tempat nongkrong dan belajar serta tak lupa mendengarkan siaran radio request-requestan (jaman itu lebih terkenal dengan istilah pilpen, awas bukan 'pulpen'). siapa tahu ada yang iseng kirim salam.<br />" lagu ini juga diminta oleh otit di jalan guntur.... salam-salamnya buat izo di tong sampah.... ombi di jarian.... diyan di sawah....opik di solokan... dan tim blazer yang mau napak tilas polres, dengan ucapan selamat hah..heh..hoh...!" demikian penyiar dengan gayanya menunaikan tugas mulia menemani para pelajar yang lagi belajar malam-malam.<br />waduh, ngerusak reputasi tuh yang ngirim-ngirim salam di radio, umpatku. siapa tadi? otit? otit?...tito... wah dasar. awas ya besok di kelas ! sejuta rencana untuk menjitak kepala tito mampir di otak. tito is our friend too, kelakuannya emang konyol juga di samping otaknya yang patut diacungi jempol. tapi... senang juga ding, karena lagi-lagi blazer terpromosikan ke seantero kota. eh, emang untuk ikutan napak tilas perlu terkenal dulu gitu...?<br /><br />dan tentang tito ini, emang beneran konyol. suatu ketika di sekolah diadakan lomba baca puisi antar kelas dan yang nanti menang antar kelas akan dikirim untuk mewakili sekolah dalam lomba sejenis dengan skala lebih luas.<br /><br />fani oshin dari osispun sebagai humas osis berkeliling ke tiap kelas mencari siap-siapa wakil kelas yang akan berlaga di perlombaan. untuk urusan-urusan berani malu, anak-anak kelas gak pernah ada yang mau ikutan. ya, dong kan saya gak biasa ngomong di depan umum. apalagi baca sajak... mengerikan ! demikian rata-rata yang ada di pikiran anak-anak kelas 3 A.<br /> maka ketika fani oshin bertanya lagi, " ayo ngacung, siapa yang mewakili kelas ini ?" anak-anak masih gak ada yang bersedia, baik cewek-atau cowok. fani oshinpun makin gak sabar, jadwal kelas lain untuk didatangi masih banyak, belum kelas duanya, belum kelas tiganya. "siapa?...ngacung...!" suruhnya pada anak-anak kelas yang pada kebingungan. hingga...<br />" saya... !" ternyata tito yang ngacung. anak-anak kaget bercampur kagum, hm... gak nyangka.<br />" siapa namanya ??" fani oshin yang 'hampir dikenal semua anak dari kelas satu sampe kelas tiga tapi dia gak mungkin mengenal semua orang yang mengenalnya' itu nanya makin gak sabar.<br />" apid permana !" jawab tito seenaknya. anak-anak terkesiap sebagian siap-siap ketawa.<br /> fani oshinpun menulis nama 'apid permana 3A' dan langsung minggat dari kelas kami. <br /> tinggallah apid permana, teman sebangku tito yang mencak-mencak karena namanya dicatut tito. sementara tawa teman sekelas pecah sembari merestui apid permana untuk mewakili kelas dalam lomba baca puisi. sementara apid makin kesel dan pindah bangku ke pojok belakang langsung merajuk sendirian curhat sama tembok... hik..hik... hik...<br /><br />**senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-74352725954707321052009-07-29T22:55:00.000-07:002009-07-29T22:59:57.504-07:00pintu 4, misteri lampu merah....<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWQwHp-leHq_Z2FebWQ17aDcQijZpaJ5EMW8BbX1juyaLA0D_FoVmtgjB6sGK-4djggBFKzhRYwzcF1HPgh9SUjuCdt9kGeJBJwbeaFO9QW73KiLrVc5GQe_ZOD_Wd_O4eWKvddFso6Ds/s1600-h/thinker2.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 311px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWQwHp-leHq_Z2FebWQ17aDcQijZpaJ5EMW8BbX1juyaLA0D_FoVmtgjB6sGK-4djggBFKzhRYwzcF1HPgh9SUjuCdt9kGeJBJwbeaFO9QW73KiLrVc5GQe_ZOD_Wd_O4eWKvddFso6Ds/s320/thinker2.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5364128187625205122" /></a><br /><br /><br />the thinker sedang terkesima, tepatnya terkagum-kagum melihat permainan gitar taher. intro 'sweet child o mine' GNR dimainkan taher dengan cara seperti mengetik di mesin ketik. konon, itulah yang dinamakan teknik 'typing'. salah satu seni memetik gitar yang katanya dipopulerkan oleh edi van halen. taher sendiri memainkannya begitu menikmati. sambil senyum-senyum sendirian. di sisi lain heri memainkan dram dan jodi pada bas. <br /><br />opik kelihatan serius memperhatikan heri yang menggebuk dram penuh energi. asli, 'ditingker' yang baru sekali ini masuk studio musik seperti orang udik masuk kota besar. "oh, yang namanya drum itu kayak gini,ribet dan banyak yang harus dipukul... yang namanya bass bentuknya gini senarnya gede-gede....yang namanya gitar listrik itu ternyata gak bolong..." kira-kira begitulah yang ada di benak para calon pegawai band ini. mungkin cuma satu yang mereka kenal, yakni mikrofon yang suaranya sember dan tiangnya cukup memprihatinkan, gak bisa berdiri tegak. secara ombi sering adzan di masjidnya jadi dia cukup paham bahwa yang bulat panjang itu namanya mikrofon.<br /><br />**<br /><br />hari itu, for the first time the thinker nekad ingin merental studio musik. meskipun mereka belum kompak dan briefingnya belum banyak. kata opik, biar tahu dulu. biar mengenal medan dan nanti gak kuper lagi. kebetulan taher dan bandnya yang katanya dadakan bersedia mengantar 'ditingker' ke studio dan memberikan les privat ngeband secara gratisan. jadilah dengan malu malu mau 'ditingker' berangkat ke studio musik kondangrege selepas bubaran sekolah.<br /><br />tanpa ganti baju tanpa ganti celana seragam biru puth dan belum pada shalat dhuhur mereka berbondong-bondong menunaikan tugas mulianya sebagai pejuang band masa depan.<br /><br />"tahu kan kondang rege,... jalan barakatakyuda..." kata taher, tadi pagi waktu istirahat.<br />" tahu,... yang deket korem...!" sahut opik sok tahu.<br />" iya, nah nanti ditungguin di depan jalan kondangregenya... studionya mah jalan lagi ke dalam..." jelas taher." nati kita bareng dari sana..."<br />" kenapa gak bareng dari sini aja...?" tanyaku heran.<br />" soalna, urang mah rek mabal jam pelajaran terakhir sama si heri..." jawab taher enteng.<br />" oh.." anak-anak the thinker pada maklum.<br /><br />**<br /><br />karenanya sepulang sekolah, ditingker kasak-kusuk patungan uang buat rental mobil. kok mobil? sorry, maksudnya rental studio musik. semalam mereka briefing sebentar di basecamp pasundan. tapi bukan briefing yang genjrang-genjreng, cuma menyamakan persepsi. namanya juga baru ngeband yang namanya persamaan persepsi dan saling memotivasi dirasa perlu bagi mereka. salah satu kesimpulan dari briefing itu adalah bahwa untuk sewa studio bayarnya patungan, posisi personil dengan alat musiknya sesuai kesepakatan awal, dan kalau mau rental gak pulang ke rumah dulu.<br /><br />lalu mereka menyusuri pengkolan, keluar masuk gang menuju kondangrege. maksudnya sih jalan alternatif biar cepet sampai di tujuan. tapi jadinya malah kacau karena nyasab melulu. aku dan opik sering beda paham arah mana yang benar. namun demikian kami menjalaninya dengan senang hati. namanya juga perjuangan awal, pastilah ada pengorbanan.<br /><br />sebenarnya bisa aja naik angkutan kota yang menuju daerah kondangrege. cuma jalan bentar ke tempat angkot biasa mangkal dan kita akan dibawa sang supir ke tujuan. namun demi pengiritan, anak-anak ditingker rela berjalan kaki untuk ke kondangrege. lagian, kata opik juga deket. tapi man, jauh oge uy ari ti sakolaan mah. <br /><br />akhirnya setelah berjalan, tersesat, berdebat, dan menahan lapar sampai juga kami di tujuan. dari jauh udah kelihatan taher dan heri lagi nongkrong di sebuah kios rokok pinggir jalan. alhamdulillah, jadi juga masuk studio. wah tambah deg degan. he he kayak mau menghadapi apa aja.<br /><br />" udah lama, her..her...!" sapa opik. her..her di sini maksudnya bukan 'her' yang ulangan perbaikan itu. kan, yang satu taher, yang satu heri, tapi panggilannya sama her. makanya opik tadi menyapanya her her....<br />" nggak.. aku dari rumah heri dulu barusan" jawab taher. taher udah gak pake seragam lagi. ke bawah pake celana jins sedangkan ke atas pake kaos hitam bertuliskan nama salah satu band metal.<br />" hayu atuh,ke sebelah mana?" tanya opik sembari ngajak. bingung kan, ngajak tapi teuing kamana. parah, parah...<br />" tunggu bentar,... si jodi belum datang!" jawab taher.<br />" oh masih ada toh...." sahut kami<br />" iya ... jodi yang main bas, ngajarin ugun..." jelas heri kalem.<br />jodi yang dimaksud adalah anak kelas dua. aku mengenalnya sebagai teman dari sepupuku. gak nyangka juga, diam-diam jodi bisa main bas. heri yang kukenal juga baru kutahu bahwa dia seorang drummer. tahunya, dia cuma jago main basket. hebat..hebat.<br /><br />tak lama seseorang turun dari angkot di hadapan kami. jodi. senum ramah dan menyapa kami satu persatu. jodi kelihatan malu-malu. secara dia itu adik kelas dan kami kakak kelas jadi masih wajar kalau agak canggung.<br /><br />jodi memberikan bungkusan panjang pada heri. " stik !" jawabnya pendek ketika opik menanyakan.<br />"wah, aku gak bawa stik uy...!" seru opik khawatir<br />" emang punya kitu ?" tanyaku<br />" enggak !" jawabnya spontan.<br />xa xa xa... semua pada ketawa. dasar.<br /><br />"nggak apa-apa, pake aja yang ini..." kata heri. " biasanya di tempat rental juga ada.." sambungnya.<br />" iya, asyik atuh..., nanti aku juga mau beli..." kata opik lagi.<br />rombongan tukang bandpun beriringan menuju studio tanpa peduli pada para warga yang melihat dengan aneh. ada apa nih. tawuran? penyerbuan? mungkin seperti itu pikiran para warga kondangrege.<br /><br />sebenernya anak-anak ditingker rada risi juga melewati tempat tersebut yang lumayan padat. kondangrege merupakan nama jalan dan juga kampung kota ( maksudnya kampung yang ada di kota... daerah padat penduduk, daerah padat penduduk !). jadi warganya lumayan banyak. ada beberapa pemuda yang sedang nongkrong di depan sebuah gang. tato tersembul di tangan mereka yang cuma memakai kaos dalam doang. hiiiy... reman. anak-anak 'ditingker' merasa perlu 'pupuntenan'ketika melewati mereka biar nggak disangka nggak sopan. sementara taher dan genk cuek bebek aja. mungkin mereka udah biasa.<br /><br />ujung jalan kondangrege agak-agak buntu. aneh juga, jalan kondangrege ternyata nyambungnya ke daerah sawah-sawah. untunglah taher nggan membawa kita ke sawah, tapi berbelok kiri masuk gang kecil. bulak-belok lagi dikit. ke kiri kanan, kiri, kanan lagi dan tibalah di sebuah rumah model jadul. nggak jadul-jadul juga sih yang jelas rumahnya udah tua. langit-langit bilik bambu di berandanya terlihat hitam kotor. mungkin karena keseringan kena bocoran air hujan dari atap genteng yang letaknya gak bener. dari sebuah ruangan terdengar bising gak karuan. kali itu studionya, pikirku. sepertinya studio sedang pake. di depan pintu 'studio' berserakan sepatu-sepatu lusuh berbagai merek. di kaca 'studio' tertempel kertas bertuliskan : 2500 per jam.<br /><br />di depan 'studio' ada bangku panjang dari kayu yang udah mengkilap karena terlalu sering diduduki ( emang itu fungsinya, kan?). tanpa disuruh anak-anak 'ditingker' duduk di bangku tersebut. dasar konyol, pada berebutan.<br />" aku dulu..." kata eka kesenengan.<br />" urang kadua... " sambung ombi. lalu ugun idem.<br />berhubung bangku tersebut nggak terlalu panjang, maka yang lain cuma nitip pantat aja. duduk nggak, berdiri nggak. akhirnya pada berdempet dempetan saling berdesak-desakan. gak karuan.<br />"naon... ieu, naon ieu..!" eka protes berat. <br />ombi malah ketawa-ketawa sama aku. opik berinisiatif buruk. mengumpulkan tenaga sisa lalu dengan full power dia memepet anak-anak hingga pada bergeser berdempetan ke sisi kiri. dan dengan tanpa dosa menguasai bangku itu sendirian. <br />"udah..udah..." heri menetralisir. tapi tak urung dia senyum-senyum juga ngelihat kelakuan temen-temennya yang sableng ini. dia lalu mencoba mengintip ke dalam studio. aku berdiri dan nyoba ikut mengintip dari sela-sela kaca jendela. nggak kelihatan juga. akhirnya aku turut duduk-duduk sama taher dan ugun di lantai. sementara bising studio masih belum juga reda. kamipun ngobrol agak-agak berteriak.<br />" masih lama nggak, ya her ?" tanya taher ke heri yang mencoba mengintip.<br />" bentar lagi.... udah merah tuh !" jawab heri. <br /><br />udah merah? mahkluk apa pula itu? anak-anak 'ditingker' bertanya-tanya dalam hati.<br /><br />dua menit kemudian suara bising yang entah lagu apa tadi selesai. beneran, mending pada diam aja kali jangan ngeband kalu cuma bising begini. terdengar dari dalam studio suara orang-orang yang lagi meletakkan alat musik. sesekali suara (yang katanya sih) simbal dipukul asal terdengar. <br /><br />empat orang aa-aa keluar dari ruangan studio. mereka masih memakai seragam sekolah sma. senyum ramah pada anak-anak yang udah gak sabar ingin nyoba masuk studio. anak-anakpun membalas senyum ramah aa-aa tadi. para aa tadi berebutan mengambil sepatu sing masing. nyerocos gak jelas sambil ketawa-ketawa juga.<br /><br />" ayo, masuk..!" ajak taher pada semuanya.<br />anak-anakpun dengan bergairah memasuki ruangan 2,5 kali 2,5 meter. bau asap rokok masih tersisa. gitar bas berdiri di sudut ruangan. begitu juga gitar listrik. satu lagi tergantung di dinding. inikah studio musik? gak ada peredam suara. pantes bising. beu ! bener-bener seadanya. tapi bagi kami terasa mewah saat itu. ada juga dua buah lampu warna : hijau dan merah. di sudut-sudut, merapat ke dinding tiga buah box sound system hitam tanpa merk. ada pintu yang menghubungkan ruangan studio ini dengan bagian rumah<br /><br />kepala seorang aa-aa nongol dari balik pintu itu.<br />" sabaraha jam?" tanyanya pada kami<br />" dua jam !" taher yang jawab. si aa-aa masuk lagi. taher mencolok-colokkan kabel alat musik ke sound system. tiba-tiba, brenggg... rupanya sound sytem sudah dinyalakan lagi. ternyata semua pengatur sound system ada di ruangan dalam.<br />" sok yan,... kalian dulu..." ujar taher pada kami<br />" asyik euy...asyik euy....!" opik kegirangan langsung menuju set drum. duduk dengan tidak manis sambil mencoba memukul-mukul drum sekenanya seenaknya. <br />" gimana ini teh, her?" selanjutnya dia kebingungan sendiri dan memohon petunjuk heri. heri menghampiri dan kelihatan memberikan instruksi pada opik.<br />" never say goodbye, yan?" tanya taher lagi. aku cuma ngangguk. gitar listrik udah di tangan. taher ngambil gitar yang tergantung di dinding. selanjutnya memberikan instruksi chord dan melodi dasar lagu request-an tadi. eka dan aku sebagai petugas gitar dengan penuh takzim mendengarkan wejangan sang master. <br /><br />ah, babari geuningan. kuncina bulak-balik. A Cis G D A Cis G D. reffnya agak beda dikit. introna kitu. ugun juga dikasih instruksi serupa oleh jodi yang masih tetap merasa canggung. untung saja kemarin kita sempet dengerin lagunya sebentar di radio, jadi susunan intro chorus reff dan seterusnya masih hapal.sedangkan ombi membuka-buka buku teks lagu, kebingungan nyari lirik never say goodbye<br /><br />sekitar seperempat jam anak-anak 'the thinker' mendapat pelatihan singkat lagu neversay goodbye. setelah semua pada yakin, dengan bismillah maka...<br /><br />"tak tak dug dug... teeeng..teeeng teeeng...teeeng.....teeeng teengg teng teng teng teng teng teng teng teng....(itu teh intro, pren!)... as i sit in this smokey room.... ombi dengan penuh perasaan menyanyikan lagunya bonjovi. horee !!!! kita udah resmi jadi anak band !!! jerit anak-anak dalam hati. pasti mereka sedang bangga pada diri sendiri, ketahuan dari senyum dikulum yang tergambar di wajah masing-masing. ih, norak pisan !<br /><br />karena baru bisa lagu itu, maka diulang-ulanglah lagu itu. pas interlude yang menurut istilah kami 'melodi' aku kebingungan. yang bagian ini nih yang susah. lagi-lagi taher memberi jalan keluar. beliau ngasih tahu gini-gininya. karena aku baru belajar juga, maka melodi neversay goodbyenya disimpelkan aja sama sang suhu.<br /><br />mungkin sudah sekitar 4 kali, never say goodbye kami mainkan. kalau kaset mungkin sudah 'ngageol'. dan selalu saja ada salah satu dari kami yang melakukan kesalahan. maka dengan sabar, lagu diulang lagi. ombi udah serak aja suaranya. untungnya masih tetap semangat tinggi.<br /><br />**<br /><br />dengan sukses, band nya kang taher (yang katanya berjudul changkilung) menyelesaikan lagu sweet child o mine, i remember you, seek and destroy, dan bara timur. yang jadi vokalnya heri sambil ngedrum. permainan mereka rapi banget. udah pengalaman sih. aku yang baru kali ini lihat taher maen gitar jadi merasa gak ada apa-apanya. ya, iyalah kan belajarnya baru bab kunci-kunci. " nanti juga bisa, kalau sering latihan ". begitu taher menyemangati setiap kali aku bilang, "wah, susah eta mah, win ! "<br /><br />tiba-tiba lampu merah menyala untuk yang kedua kalinya. berarti satu lagu lagi. oh, merah merah teh itu maksudnya. begini, pada saat pemakaian studio dimulai, maka lampu berwarna hijau menyala sepanjang penyewaan. nah, pas waktu penyewaan habis, lampu merah menyala, hijau mati. itu menandakan waktu hampir habis. kalau dalam bola mah 'injury time'. he he kereatip juga yang punya studio ini. warna merah juga menandakan bahwa kita masih boleh memainkan satu lagu terakhir. pikir yang punya studio, paling cuma lima menit. tapi aku berpikir lain, bagaimana kalau lagunya dimedley, remix 30 menit lagu-lagu nostalgia 70-an. "ya, dimatiin dong langsung dari dalam...." tukas heri ketika aku menanyakan hal itu. iya juga ya, emang mereka gak pake otak. <br /><br /><br />dan...hari itu sepertinya menjadi hari bersejarah kedua bagi anak-anak 'ditingker' karena telah berani melangkah lebih jauh dengan tidak hanya ngeband dalam teori saja. mereka udah mulai berpraktek meskipun jatah uang jajan harian terpotong untuk patungan menyewa studio. meskipun nanti-nanti harus melewati para reman sepanjang jalan menuju studio. dan mereka juga harus berterima kasih pada the changkilung band karena telah memberi jalan 'ditingker' untuk menjadi band yang sesungguhnya.<br /><br />selamat ya... selamat ya.... selamat ya..<br /><br /><br />(sorry, bab ini rada ngacapruk, udah ngantuk.....)senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-71741691714243758092009-07-28T20:05:00.000-07:002009-07-28T20:13:42.061-07:00pintu tiga, vokalisnya ......<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAwXM7Aabe3lDX7ze1II69r7qMgagwRRWdoHu0TwvePBqseFWpF3OPlFHxQaet8ZXbnBQqCvc9RWrNQuDPhy5TdHTUjSMIB1uRD3mFK3Ap0sSOEK0AWQslLtDwBCF8ej7Ybxepf8Flo88/s1600-h/ombi.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 133px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAwXM7Aabe3lDX7ze1II69r7qMgagwRRWdoHu0TwvePBqseFWpF3OPlFHxQaet8ZXbnBQqCvc9RWrNQuDPhy5TdHTUjSMIB1uRD3mFK3Ap0sSOEK0AWQslLtDwBCF8ej7Ybxepf8Flo88/s320/ombi.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5363713691389703746" /></a><br /><br /><br />seger banget. pelajaran biologi pa sukrianya gak ada. dua jam pula. jadinya cuma nyatet-nyatet gitu. maka the thinkerpun kembali terlibat briefing dadakan. info terbaru datang dari opik.<br /><br />" kata si taher, di kondangrege per jamnya 2500 perak, buat pemula seperti kita mah cukupan..." kata opik setengah berbisik. raut mukanya menunjukkan semangat saat menginformasikan hal ini ke anak-anak. <br /><br />aku dan eka harus memutar badan untuk bisa ngobrol dengan opik karena mereka duduk di belakang kita. <br /><br />" iyalah, nanti kita patungan...." kataku<br /><br />murah banget ya sewa rentalnya ? jangan salah, itu di tahun 90-an awal, man. rata-rata rental studio musik berkisar 2500-3000 per jam. duh, udah gak tahan pingin masuk studio. pingin nyobain kayak apa megang gitar melodi itu. tahan dulu, yan....<br /><br />" tapi, kayaknya kita butuh vokalis deh..." usul eka.<br />" kalo kebanyakan nggak ngerepotin...?" jawabku asal, dan nanya lagi.<br />" setuju euy... biar semua bisa fokus.." opik langsung menyela.<br />" iya ding... nanti di panggung pasti repot, nyanyi sambil main alat musik..." ugun menyambut baik usul eka.<br />" tapi, siapa...?" aku kepikiran juga.<br /><br />anak-anak memandangi teman-teman sekelas yang lain yang beraktivitas macam-macam di jam kosong. ijo, yang jangkung... ah dia lebih cocok jadi km dan pramuka daripada vokalis. yoga yang juga taher, gak bisa nyanyi, jagonya cuma basket. tito, nggak jelas visi bermusiknya. nanang yang reman, cuma jago teriak 'poison oke poison !' doang, jangan-jangan dia malah drinking di panggung. gawat, gawat.<br /><br />" siapa dong, pik ?" tanyaku gak sabar. opik menggeleng. kembali kami menata teman satu-satu. erik, ah dia mah jetset.. rada-rada belagu. sony,... meskipun beberapa hari lalu saya antar beli kaset ektreme II dan suka dengerin GMR tapi kelihatannya cuma asyik sebagai pengamat. anak-anak ceweknya, nggak mungkin sekali... cuma sofi yang kelihatan gaul, tapi jangan dulu deh. bukannya nggak peduli emansipasi. tapi pasti bakal ribet. lagian kita belum begitu dekat.<br /><br />"ada ide, yan ...?" opik yang balik nanya. giliran aku yang menggeleng. ugun seperti biasa menatap keluar jendela sembari berlagak mikir. eka yang punya ide malah lagi bikin sajak. kelihatannya cuma aku sama opik yang semangat nyari vokalis buat the thinker.<br />" ini teh, harus teman sekelas...?" tanya opik<br />" iya, biar bisa kompak luar dalam " kembali aku asal menjawab. coba, kompak luar dalam apanya?<br /><br />aku dan opik kembali menilai teman sekelas satu persatu. tedy, gak mungkin... dia ada sesuatu. ivan,.. kelihatannya nih anak gak suka musik. kentut melulu. syarif, wah..apalagi yang ini. rumahnya dimana aja gak jelas. siapa donk?<br /><br />"vokalisnya ombi aja...." tiba-tiba eka nyeletuk<br />kami berpandangan. tanpa berargumen aku langsung setuju. ombi temen deket sejak kelas satu. cuma kelas dua dia gak sekelas. opik juga setuju, ombi temennya di kelas dua D, juga temennya di paskibra. ugun setuju juga karena ombi adalah temen sekelasnya di kelas tiga A. tapi...<br />" si ombi bisa nyanyi ga ya...?" kata opik entah nanya pada siapa.<br />" emang kamu udah jago ngedrum, emang saya dan eka gitaris jadi, emang ugun basis handal..?" kataku retoris."... justru bagus, kita belajar bareng semuanya dari nol..."<br />" dan lagi, yang du ribu limaratus kalau dibagi lima bisa pas, patungannya 500-an..." sambung eka santai.<br /><br />he he ,...iya juga ya. asyik lah. the thinker nambah seorang lagi, ombi. eit..., tapi jangan seneng dulu. ombinya maueun nggak. opik yang berinisiatif jadi delegasi ke bangku ombi di dua baris ke tiga dari belakang. ombi sebangku sama sony. <br /><br />" mbi, kadieu guera..." ajak opik<br />" apa, pik..?" jawab ombi menghentikan aktivitas tebakan sama sofi di bangku depannya. mengikuti opik menuju bangku kami.<br />" apa..apa ? hai, yank..." sapanya padaku.<br />" sok, yan... jelaskeun..." kata opik<br /><br />" gini, mbi...bla, bla bla, bla, ba, bla " akupun menjelaskan panjang lebar terbentuknya ditingker dan diakhiri dengan tawaran jadi vokalis tanpa proposal yang berbelit-belit.<br /><br />mata ombi bergairah. kelihatan dia tertarik.<br /><br />" buat perpisahan ini teh ?" tanyanya meyakinkan.<br />" iya... jangka deketnya begitu...jangka panjangnya mah yah, buat selamanya..." jawab opik.<br />" hayu, lah..." <br /><br />alhamdulillah, ombi udah mau. sekarang kita berlima. bon jovi awal-awalnya berlima. GNR berlima juga. slank juga berlima sampe sekarang. kayaknya dengan berlima bakalan sukses seperti mereka. mudah-mudahan. <br /><br />konfrensi bangku persegipun dimulai lagi. ombi sang vokalis menyimak dengan serius penjelasan opik bergantian dengan aku. eka seperti biasa nyeletuk. ugun the basis, masih setia dengan kekalemannya. kayaknya semua basis emang begitu, ya. santai. kalau personil lain sibuk berdebat, basis gak kepengaruh. perhatiin aja, saat rata-rata band, kalau gak ganti vokalis, drummer maka dipastikan gitaris yang cabut. jarang basis yang sok eksis. berbahagialah wahai para basis dengan kesabaranmu.....<br /><br />rencananya besok the thinker mulai latihan di studio dengan menyewa secara gratis taher sang master gitaris. tempatnya di rental studio kondangrege. ssttt... tapi ini masih proyek rahasia lho. jadi cuma anak-anak thinker yang tahu dan guru taher aja. makin asyik aja kita ngeband, bro.....senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-11069411940237216622009-07-28T19:43:00.000-07:002009-07-28T19:54:17.001-07:00pintu dua, briefing in basecamp<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwWZf95AQsNAuWH9wjDQo_Vg-WdqmBf8eIUAhUC4WY14zAv2sWxvCgEtToaq8OvZyU0oxRyjNltwLSabHNRtQgOjqh_Dap-dxDAM2_6lBly8ylOfPe0wkZKKZ9_0VhcFPdPc35DKZkMl0/s1600-h/metal.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 205px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwWZf95AQsNAuWH9wjDQo_Vg-WdqmBf8eIUAhUC4WY14zAv2sWxvCgEtToaq8OvZyU0oxRyjNltwLSabHNRtQgOjqh_Dap-dxDAM2_6lBly8ylOfPe0wkZKKZ9_0VhcFPdPc35DKZkMl0/s320/metal.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5363708821285626114" /></a><br /><br /><br />setelah hari proklamasi band baru itu aku semakin semangat saja. biasanya, sebelum jam pelajaran mulai kami diskusi kecil-kecilan dulu tentang kans band ditingker ini. dalam jangka waktu dekat kita akan manggung di acara perpisahan yang terhitung masih di atas enam bulanan lagi. wah, deg-degannya udah kerasa dari sekarang. he he padahal belum latihan, belum apa-apa.<br />" udah ngasih tahu ke si taher?" tanyaku sedikit berbisik pada opik di sela-sela pelajaran olah raga yang saat itu masih senam-senam pemanasan dengan komando guru olahraga.<br />" udah, dia mau ngebantu kita kalau latihan...." sahut opik sambil mata tetap konsentrasi pada gerakan senam guru OR.<br />" latihannya di mana? " tanyaku lagi gak sabar.<br />" di daerah kondangrege..." <br />" berapa bayarnya ?" eka yang posisinya di belakang opik ikut nimbrung.<br />" gak tahu....tapi katanya tempatnya enak..." jawab opik. sekarang gerakan senamnya udah pada gerakan kombinasi yang naik turun itu.<br /><br />asyik.... bikin band ternyata mengasyikkan. atau tepatnya bikin geng ini mengasyikkan. ada semacam ikatan antara satu sama lain. memang dengan teman sekelas kita saling terikat juga, tapi dengan kelompok yang lebih kecil seperti ini lebih menyenangkan. apalagi untuk sementara kita merahasiakan diri dulu. belum go publik bahwa 'the first band in class' udah lahir. jadinya kita ngomong bisik-bisik atau pake isyarat. bahkan untuk latihanpun kita punya sandi tersendiri. pinginnya anak-anak lain di kelas tahunya kita udah ..jreng... manggung. <br /><br />karena itu sepulang sekolah, saat yang lain sudah pada keluar kelas the thinker masih duduk-duduk saja di bangku masing-masing. santai-santai setelah pelajaran matematika.<br />" kan, perpisahan... kita akan memainkan 'never say goodbye'" kataku para personil the thinker lainnya.<br />" bon jovi ?" tanya opik<br />" iya, momennya tepat... lagunya cocok. tentang perpisahan.." jelasku meyakinkan. padahal mah sok tahu aja. lagunya juga baru dengar beberapa kali. sementara liriknya juga tidak tahu bercerita tentang apa. cuma judulnya menurutku cukup keren untuk sebuah momen akhir sekolah.<br /><br />" iyalah... gak apa-apa... siapa yang punya kasetnya? aku pinjam...biar kupelajari ketukan drumnya..." ujar opik<br /><br />ternyata dari semua gak ada satupun yang punya album slippery when wet-nya bon jovi. lagi-lagi...<br />"gak apa.. nanti kita pinjem ke si taher..." kata opik " semoga dia punya..."<br />" nanti kumpul di basecamp, ya..." ajakku pada semua.<br />" jam berapa? " tanya eka.<br />" biasa aja" jawabku. biasa berarti sekitar jam empatan sore.<br />the thinkerpun membubarkan diri dari kelas. bukannnya bubar seperti band-band yang udah sukses atau baru setengah sukses itu (atau yang belum sempat sukses juga). lha wong, bandnya aja baru didirikan he he...<br /><br />**<br /><br />" si taher gak punya kasetnya...." opik setengah menyesal membuka pembicaraan. di basecamp hanya ada aku, ugun, dan dia. eka yang rumahnya agak jauh dari tempat tinggalku belum datang. dia emang terbiasa telat. yang namanya basecamp adalah sebuah ruang baca di taman bacaan pamanku yang dikelola aku sama nenekku. biasanya setelah mengerjakan pr bareng anak-anak baca-baca buku komik atau novel atau majalah yang ada di ruangan itu. aku sendiri sepulang sekolah kalau gak ada acara (duh, kayak seleb aja 'acara') suka bantuin nenek menunggu taman bacaan yang menyewakan bermacam novel dan komik. sebagai gambaran taman bacaan yang kami kelola pada waktu itu menyewakan secara lengkap semua seri khopinghoo, novel-novel roman picisan, komik lokal dari berbagai pengarang baik cerita fantasi ataupun silat macam djair, ganes th, adhi, hasmi, wid ns, nono gm dan sebagainya.<br /><br />" jadi gimana dong, kalau gak ada kasetnya?" aku bingung sendiri. he he aku yang mengusulkan, aku yang kelabakan. lagi-lagi....<br />" katanya si taher sama heri ngebantu gimana melodinya juga cara dramnya..." jawab opik. " katanya mudah..."<br />"ya udah, ini teks lagunya udah dapat..." kataku sambil menyodorkan selembar kertas bertuliskan teks lagu never say goodbye. tadi waktu beres-beres meja belajar nemu buku lagu (jaman itu, mereka yang katanya kreatif dan hobi nyanyi suka 'niat' nulis lirik lagu di buku tulis bergaris atau perca-perca kertas yang dibikin buku, dan aku secara tidak sengaja juga suka nulis-nulis teks lagu di buku tulis). dan di dalamnya ada teks lagunya bon jovi tadi.<br /><br />gitar yang sejak tadi dianggurin (maksudnya didiamkan..) diraih opik. <br />" kunci A itu gimana yan...?" tanyanya.<br /> aku menjelaskan sambil membetulkan letak jari opik di senar. tapi, ya Allah, itu jarinya keras amat. susah banget meletakkannya di tempat yang benar. kayak memegang kayu aja...<br />" lemesin dong jarinya..." printahku jengkel<br />" iya,.. gini.." sahut opik dengan wajah innocent. ugun udah cengar-cengir aja ngelihat kelakuan opik.<br />" ah, hese pisan...." kesabaranku habis juga, dan meninggalkan opik dengan gitar bolongnya. lupa, mereka belum dikasih air minum. aku bergegas ke dapur. sebotol air kulkas dan sebuah gelas. sajian khas buat ngejamu teman sekelas. iya, kan.<br /><br />" gimana gun, kunci A itu ?" opik masih tetap semangat belajar kunci A.<br /><br />giliran ugun, yang sebenernya juga baru belajar gitar, gantian ngajar opik dengan susah payah. untunglah karakter ugun kalem. jadi dia bisa sabar meletakkan jari-jari concorang opik yang kakunya minta ampun itu.<br /><br />saat aku kembali ke ruang baca, opik baru saja berhasil meletakkan jari-jarinya di gagang senar dengan baik. jreng..... dia menggenjreng gitar sekenanya. masih fals.<br /><br />" fals tuh, nggak bener grip-nya...!" komentarku. " atau neken senarnya kurang keras..."<br />"sakit..uy...udahan ah...!" sahut opik sambil meletakkan gitarnya begitu saja di meja yang ada di depannya. " besok belajar kunci B, ya gun...!" lanjutnya.<br />" yan, kunci B, gimana ?" ugun malah kebingungan. maklum sama seperti aku, dia juga baru belajar nada dasar C. kunci-kunci yang mudah dulu. sementara kunci B menurutku yang baru belajar rada susah.<br /><br />aku mengambil gitar bolong yang dari fisiknya kelihatan udah cukup uzur. sebuah model gitar akustik klasik dengan batang leher cukup lebar. fret-fretnya udah mulai gak rata. untungnya, suaranya masih nyaring karena lubang suaranya cukup besar. senar-senar dari nilon merentang tegang. tidak dari kawat seperti lazimnya. kata rahmat, biar kita mudah belajarnya dan tangan tidak terlalu sakit. bagi aku yang baru belajar main gitar tetep aja sakit. ujung-ujung jariku mulai mengeras karena keseringan latihan kunci-kunci. kata rahmat, semua yang awal-awal main gitar pasti begitu. dan karena ingin bisa maka aku pasrah aja. tapi asyik. apalagi kalau ada lagu baru yang dipelajari.<br /><br />" ini kunci B, gun !" tunjukku sembari memperlihatkan pada ugun. cara belajarnya emang gitu. belajar by lagu dan by nanya. jadi dikasih dulu coretan lagu beserta lirik dan gambar kuncinya. itu dulu kunci-kunci yang dipelajari sampe hapal. juga kalau nanya, macam opik tadi.<br /><br />ugun memperhatikan. mengingat-ngingat. lantas menggambarkan kunci itu di halaman belakang bukunya tulisnya, entah di catatan pelajaran apa. nambah lagi nih ilmunya, pikirnya dalam hati.<br /><br />ugun, yang teman sekelas denganku sejak di tk adalah juga tetanggaku. rumahnya cuma terhalang tiga rumah dariku. jadi cukup kompak dengan aku. kini sekelas pula di kelas tiga smp. udah jadi solmet aja nih anak. sebenarnya solmetku yang sejak sd ada lagi. namanya riki. berhubung pas smp beda sekolah, kita jarang-jarang lagi berhubungan dengannya. apalagi pas keluarganya pindah dari pasundan ke paseban. secara jaman itu hp belum tren. telepon rumahan saja masih sedikit. di rumahku juga waktu itu belum ada telpon rumahan. masih inget, jaman dulu kami nitip ikut nomor telpon rumah tetangga dengan pesan, " tetangganya baik kok, pasti disampein, ..." he he... kejamanan kan ?<br /><br />balik lagi ke the thinker yang udah bulukan nunggu eka. sambil nunggu sambil genjrang-genjreng. aku baru apal dua lagu. sendirinya "may" sama unchained melody. ugun juga sama. opik yang nyanyi-nyanyi gak karuan. kakinya berlagak menginjak pedal big-drum. tangan kanan berpantomim memukul hihat, sementara tangan kiri bergaya memukul snar dram. sesekali dengan seenaknya dia bikin gerakan roffle yang berakhir di kepala ugun yang dianggapnya simbal !<br /><br />sendiri... uncahined melody.... sendiri lagi... unchained melody lagi. giliran ugun. sendiri dengan dipetik basnya aja.... unchained melody lagi basnya doang.... sendiri lagi basnya doa.... unchained lagi basnya doang. ajaibnya, kita gak bosan. sementara roffle opik makin gak jelas. tas gendongnya udah jadi snar dram. pulpen jadi stik. dan kepalaku yang mulai jadi simbal. aku gak protes malah ketawa-ketawa aja. senang juga ngumpul-ngumpul kayak gini dalam rangka main band. padahal besoknya ada ulangan fisika pak jamhari. ah cuek aja.<br /><br />**<br /><br />akhirnya eka datang setengah jam kemudian. dianterin bapaknya pake carry. sementara band ' sendiri plus unchained melody' udah break sepuluh menitan lampau. dipikir-pikir bosen oge... euweuh kamajuan. laguna eta-deui eta deui.<br /><br />"sorry..sorry, rada telat... tadi di rumah ada urusan...!" kata eka langsung minta maaf.<br />" gak apa-apa, kok...!" jawab kami kompak. padahal udah gondok ditanam lebih dari sejam. sementara muka kami senyum lebar pada bapak eka. bapak ekapun pamit seraya mengingatkan eka bahwa nanti akan dijemput lagi. kalau gak ada bapak eka pasti udah kena ledek abis tuh cep eka. <br /><br />sementara eka dengan cueknya langsung meraih gitar. mengenjreng-genjreng dikit.<br />" yan, lagu bonjovi teh ada ?" katanya di sela main gitar.<br />" gak ada, baru teksnya aja..." jawabku datar<br />" lagunya teh yang gimana...? tanyanya lagi<br /><br />aku mengambil kertas berisikan teks neversay goodbye. " es ai sit in dis semoki rum....' yang kayak gitu " jelasku sambil menyanyikan sebaris lagu bon jovi. eka ngangguk-ngangguk aja. nggak tahu mengertieun apa engga.<br /><br />aku sendiri bener-bener merasa bahagia saat itu. gila, kita anak band gitu lho. meskipun belum pernah latihan di studio, apalagi manggung. awas the thinker akan menggetarkan jagat musik smpn 1. he he sesumbar kita sesuai relitas aja ya. smpn 1 terlalu gede kali, jagat musik kelas tiga A aja deh, malu sama taher.<br /><br />malam itu kami dengan semangat menggebu berkhayal apa jadinya the thinker bila udah ngetop. paling tidak kalau beneran bisa manggung di perpisahan. pasti seru. padahal nyanyi di depan kelas aja kita pada malu-maluin. apalagi di panggung yang ditonton' berjuta-juta' pasang mata teman-teman sesekolah. ah, gimana nanti aja. ini mah ngeband. tapi kalau matematika, ka bu marni, harus 'nanti gimana?'senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-25407589898609120942009-07-28T19:38:00.000-07:002009-07-28T19:41:11.807-07:00pintu 1, first band in the classbagian 1, first band in the class<br /><br />waktu itu sedang jam istirahat. kita masih juga di kelas. tak ke kantin atau duduk-duduk di teras seperti yang lainnya. tidak juga mencari keringat seperti anak-anak lainnya di lapang basket sekedar mendapatkan perhatian dari adik-adik kelas biar disangka jago basket. <br /><br />juga lupa lagi, entah sedang mengerjakan apa di kelas itu saat seseorang dari kita berkata," bikin band, yuk?". mungkin dia itu opik atau eka. atau juga aku sendiri yang baru belajar main gitar kunci dasar am dm c. sebuah ajakan yang yang menurutku menarik dan tanpa alasan aku langsung mengiyakan seraya memikirkan sebuah nama band. <br /><br />" siapa aja?" tanyaku<br />" kita aja dulu...., aku, kamu, eka dan ugun..." jawab opik. berarti dua bangku belakang di kolom empat dalam peta kelas.<br /><br />sebuah klise masa smp. main band. biasanya menjangkiti remaja laki-laki puber yang baru belajar main gitar dan baru saja akrab dengan metallica, guns n roses, ektreme dan sebangsanya. di samping juga sudah mulai melirik-lirik lawan jenis dengan harapan mereka tahu kalau ' saya itu tahu musik, bisa main musik,punya kaset-kaset metal berbagai aliran, dan juga anak band'. <br /><br />" kamu bisa main alat musik apa?" tanyaku lagi pada opik yang kelihatan paling bersemangat.<br />" drum !.." jawabnya. ketahuan kalu dia ingin banget di band ini sebagai drummer.<br />" iya ?" selidik eka gak yakin.<br />" baru mau belajar...." jawab opik malu-malu. " tapi udah sering ketuk-ketuk di rumah...."<br />" gak apa-apa, kita juga baru pada belajar main gitar, kan ka..." kataku. <br /><br />aku, eka, dan ugun memang terhitung telat memegang alat musik berdawai enam itu. bahkan belum sekalipun megang yang namanya gitar listrik. baru kemarin-kemarin belajar menggenjreng ketika seorang teman dari kakak sepupu meminjamkan gitar bolong sederhana ke kaka sepupuku. aku turut belajar dengan coretan chord yang mudah-mudah dari rahmat, teman kaka sepupuku itu. <br /><br />dan hebatnya, baru tahu empat kunci sudah bertekad membuat band. sementara eka dan ugun belajarnya dari aku. setelah belajar bersama di rumahku yang dibuat basecamp, kami belajar menggenjreng gitar. aku menulis lirik lagu yang sedang kami pelajari yang di atasnya ada kunci-kunci gitarnya. sementara gambar chord gitar yang dimaksud ada di pinggirnya.<br /><br />" jadi aku main gitar melodi, eka ritem, ugun bas..." kataku menjelaskan.<br />" wah, aku gak bisa main bas !" sahut ugun.<br />" mudah atuh bas mah, gun..." jelasku. " cuma dipetik empat senar atas, kalu di gitar akustik..."<br />"oh gitu..."<br />"iya... nyantei aja.... belajar bareng deh..." jawab aku. padahal, suer... aku juga belum tahu kayak apa bas elektrik itu. aku cuma tahu bahwa untuk main band itu minimal ada pemain gitar, pemain bas, dan drummer. juga vokalis yang tugasnya teriak-teriak...<br /><br />"eh, vokalisnya siapa ?" eka seperti baru keingetan.<br />" iya, siapa ya?" sambung aku. bingung juga karena semua merasa tidak berbakat untuk urusan suara dan urusan bergaya jadi frontman kalau nanti band kita beneran manggung. nyanyi di depan kelas aja semua pada tahu nggak ada yang pernah bener-bener sebagai penyanyi. hanya mengejar nilai dari guru kesenian dan biasanya kalu gak nyanyi lagu perjuangan, nyanyi lagu daerah. dan gayanya semua sama. gaya dipaku. sementara guru kesenian udah maklum dan angka 7 dirasa cukup sebagai hadiah udah mau ke depan kelas. <br /><br />"ya udah, sementara vokalisnya kita semua saja..." ujar opik. " yang penting musiknya dulu bisa kompak..."<br />"iya, sekarang nama band. apa?" tanyaku pada semua.<br />semua berlagak mikir. ugun memandang jendela. opik senyum-senyum gak jelas. aku udah kepikiran satu nama tapi masih disimpan. yang agak serius eka.<br />" apa, ka?" tanyaku pada eka. teman sebangkuku semenjak kelas dua ini biasanya punya ide bagus.<br />" sok,.. yang lain dulu..." jawab eka sambil tetap mikir.<br />" bagaimana kalau anata..?" kata opik tiba-tiba.<br />" apaan, itu?" <br />" kependekan dari anak 3 A?" jawab opik penuh harap. " kan kelas kita, kelas 3 A"<br /><br />emang sih kita anak kelas 3 A. tapi pik, itu terlalu sederhana, kalau gak dibilang terlalu apa adanya. kita kan lagi bikin band, bukan bikin geng kelas. pikiran kami selain opik mungkin sama.<br /><br />" jangan itu deh,..." aku langsung menolak "... yang rada keren dikit.." lanjutku. opik diam. yang penting aku udah urun pendapat, pikirnya.<br />" bagaimana, kalau 'amazing'?" dengan ragu aku lontarkan juga nama itu. suer, yang keingetan saat itu adalah spiderman, komik strip spiderman di sebuah tabloid.<br />" terlalu inggris, yan..." sahut opik seperti bisa membalas tolakannya tadi.<br />" ya, udah... apa dong? aku cuek aja. tadinya juga gak terlalu berharap.<br /><br />semua berlagak mikir lagi. ugun mengajukan sebuah nama dan juga kami tolak entah dengan alasan apa.<br /><br />"ditingker !", tiba-tiba eka bersuara.<br />" apa, apa?" tanya kami<br />" thinker... the thinker, pemikir " jawab eka<br />" heueuh, alus..alus... ada unsur basa sundanya..." tambah opik. <br />" setuju, lah..." aku juga meng-okekan<br />" jadi namanya the thinker band..?" tanya ugun<br />" gak usah pake band, the thinker aja..." jawab eka yang kelihatan senang idenya diterima kawan-kawan lainnya.<br />" iya the thinker... bagus" sahutku sembari menulis kata itu di kertas kosong dan membuat semacam tulisan simbol seperti grup-grup metal pada jaman itu. langsung saja di otakku mampir simbol-simbol tulisan keramat nama para band metal seperti tulisan metallica atau slank periode awal yang simetris dan menjadi trade mark band-band tersebut. akupun memodifikasi kata the thinker sedemikian rupa dan memperlihatkannya pada anak-anak lain. anak-anak cuma mengangguk-angguk, entah setuju entah bingung.<br /><br />" eh, tapi kalau mau ngeband itu, gimana...?" tanya ugun<br />" ya rental... nyewa studio..." jawab opik<br />" dimana?" tanya aku yang juga masih blank dalam masalah beginian.<br />" nanti lah... kita nanya ke si taher, dia kan anak band...katanya sudah sering manggung.." jawab opik kalem.<br /><br />taher adalah temen kami beda kelas. bagiku dan ugun dia teman juga dari sd. kami geng-gengan ama taher waktu sd. dan aku tahu juga bahwa semenjak sd taher udah pandai maen gitar. pas smp dia main band. nama aslinya bagus, erwin. alasannya jadi taher. kayaknya langsung aja nanti ditanyain sendiri sama orangnya deh. he he gak enak.<br /><br />" kamu juga bisa nanya-nyanya, yan ke si taher untuk urusan gitar-gitarnya kalau gak ngerti..." jelas opik kini tambah sok tahu. secara dia emang pernah sekelas sama taher dan memahami bahwa taher adalah pemain band yang udah jadi. <br />"iya..." <br /><br />hari itu, pada jam istirahat, ditetapkan band the thinker resmi didirikan oleh empat personilnya yang belum bisa main musik apa-apa.senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-13430646940394916302009-06-04T13:44:00.000-07:002009-06-04T14:07:59.512-07:00presiden dan notonogoro<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm3jWwK9NIVsUdmhzJpgfTjwAQ0AjDn8c1ffcKOcgAiQNEsA0yVc2af2ioVVJx3s608TdU0wtbnHIEXKI3ZAPgSg0nKxGxduTggfI2P9zrRmSD5yqPvTy6x9Ud_fH_V1xrNMO-QdUHHkE/s1600-h/notonogoro2.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 121px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm3jWwK9NIVsUdmhzJpgfTjwAQ0AjDn8c1ffcKOcgAiQNEsA0yVc2af2ioVVJx3s608TdU0wtbnHIEXKI3ZAPgSg0nKxGxduTggfI2P9zrRmSD5yqPvTy6x9Ud_fH_V1xrNMO-QdUHHkE/s320/notonogoro2.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5343580765925095490" /></a><br /><br />masih ingat, notonogoro? bukan yg desainer itu, lho, <br /><br />tapi yang ramalam urutan pemimpin itu. entah siapa <br /><br />orang yang masih percaya dengan ramalan itu. sebelum <br /><br />pada bingung saya kasih penjelasan bahwa notonogoro itu <br /><br />adalah kata-kata ramalan jayabaya di masa kerajaan <br /><br />yang menyatakan bahwa negeri ini (entah di mana <br /><br />batasannya pada jaman itu) di masa depan akan dipimpin <br /><br />oleh orang-orang yang namanya mengandung unsur-unsur <br /><br />no to no go ro.<br /><br />di abad ini orang-orang negeri ini sebelum reformasi <br /><br />(dan juga setelah) dari peramal hingga tukang tipu <br /><br />dengan yakin percaya (?)bahwa ramalan tersebut ampir <br /><br />bener. no nya dari sukarno. to nya dari suharto. tapi <br /><br />pas no nya pada bingung. siapa ya? dulu diramalkan <br /><br />sutrisno yang pernah jadi wapres itu. tapi sutrisno <br /><br />ternyata gak jadi presiden. malahan habibie yang jadi <br /><br />presiden. artinya gak ada unsur no -nya. <br /><br />tapi-orang-orang negeri ini lebih pinter. pinter berkelit, <br /><br />mencari pembenaran dan juga mencari alasan. maka <br /><br />habiebie gak dianggap, karena cuma setahun dan juga <br /><br />dalam keadaan darurot bukan melalui pemilu. harus <br /><br />masuk nih unsur no. kebetulan presiden yang keempat <br /><br />yakni gusdur ada unsur no nya. yup, beliau adalah asli <br /><br />orang nu, yang pada jaman baheula singkatannya adalah <br /><br />no (ejaan lama, u = oe). hore, cocok dengan ramalan <br /><br />mang jaya. <br /><br />selanjutnya orang-orang yang gak ada kerjaan di negeri <br /><br />ini tadi, semakin merasa mendapat durian runtuh ketika <br /><br />unsur yang keempat dari notonogoro yaitu go kembali <br /><br />cocok tatkala megawati naik tahta menggantikan gusdur. <br /><br />menurut mereka megawati ada unsur go nya yaitu dari <br /><br />kata mega. gak apa-apa beda sedikit antara a dan o. <br /><br />kata mereka, sama temen ini. semakin mendekati nih.<br /><br />urutan yang kelima atau terakhir adalah ro. langsung <br /><br />saja orang berpikir, pastilah amin rais. tokoh reformasi <br /><br />ini secara memang ada unsur ro nya meskipun sedikit <br /><br />maksa. sekali lagi, kata mereka, sama temen gak usah <br /><br />dipermasalahkan beda huruf dikit mah. ditambah lagi <br /><br />pada pemilu lalu pa amin dengan mantap mencalonkan diri <br /><br />sebagai presiden meskipun suara partainya rada <br /><br />mencemaskan. tentu orang sekaliber pa amin mencalonkan <br /><br />diri sebagai presiden bukan karena percaya dengan <br /><br />ramalan itu dan namanya masuk nominasi dari unsur ro. <br /><br />pak wirantopun kan kalo namanya masuk nominasi karena <br /><br />ada ro (ra) nya. saya yakin mereka mencalonkan diri <br /><br />karena memang ingin mengabdi saja kepada bangsa.<br /><br />tapi apa yang terjadi di pemilu itu? ternyata, baik pak <br /><br />amin maupun pak wiranto tidak berhasil jadi presiden <br /><br />bahkan mereka kalah di babak pertama. setelah itu <br /><br />sayapun tidak tahu bagaimana nasib para <br /><br />notonogorois-notonogorois tadi. karena presiden <br /><br />selanjutnya sama sekali tidak memiliki unsur ro dalam <br /><br />namanya. wakil presidennyapun tidak.<br /><br />tapi my pren, mereka tetep gak mau kalah. dengan <br /><br />sedikit trik mereka berkelit bahwa presiden yang <br /><br />kelimapun (atau keenam kalo habibie diitung) memiliki <br /><br />unsur ro. heueuh bener... partainya kan partai <br /><br />demokrat. ada tuh unsur ro nya. jadi menurut mereka, <br /><br />ramalan itu bener banget. susah juga ngadepin orang <br /><br />kayak gini....<br /><br />karena semua unsur sudah terpenuhi, maka kata mereka, <br /><br />kasus ini ditutup saja dan tidak ada ramal meramal lagi. <br /><br />untuk selanjutnya kita pilih presiden berdasarkan hati <br /><br />nurani saja bukan ramalan. nah saya setuju itu... <br /><br />tapi,hmm ...waktu tahun 99, yg menang PDIP, <br /><br />presidennya bukan PDIP. ketika tahun 2004 <br /><br />pemenangnya golkar, presidennya bukan dari Golkar, <br /><br />tahun 2009 pemenangnya Demokrat, presidennya.... <br /><br />hayo siapa? eit, gak ada ramal meramal lagi....tunggu <br /><br />aja sebulan lagi....<br /><br />(maaf, hanya iseng di kala pikiran error...)senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5139814944166993276.post-90673732991469568122009-06-03T21:57:00.000-07:002009-06-03T22:00:18.104-07:00fb poetri 2ini aku. ini masa lalu. ini masa depan. ini saat ini. ini keinginan. ini kemampuannnya. ini perang. ini kekuatannya. ini lawan. ini strateginya. ini kawan. ini koalisinya. ini kekalahan. ini komprominya. ini aku. ini waktunya. ini akhir waktunya.....<br />**<br /><br />aku menamakannya monolog. saat semua orang sedang tertidur lelap bahkan para penjagapun entah mengapa malam ini pulas mendengkur. saat hening dan para penjual makanan di tenda pinggir jalan telah merapikan dagangannya semenjak tadi, menghitung untungkah hari ini atau sama saja seperti hari kemarin. saat di langit bulan disaput awan. saat mata ini sukar untuk pejam. saat ingatan di suatu entah. saat aku terkenang kamu. aku menamakannya monolog, hanya monolog....<br /><br />**<br /><br />berharap sedang di rumah, menonton tivi, mendengar keluh istri tentang susu kaleng yang hampir habis, melihat cerianya anak dengan mainan sederhana, melihat politisi berdebat yang meski tak kumengerti tapi bisa menghibur, mengantar anak tidur, dengan beberapa rencana bersama istri bila uang gajian tak tepat waktu lagi, membaringkan diri, melamun, merenung, balas dendam atas segala lelah seharian, menunggu kantuk datang tiba-tiba.<br />berharap sedang di rumah, ....dan tidak di sini dengan setumpuk ketikan yang harus diselesaikan secepatnya.<br /><br />***senjaklasikhttp://www.blogger.com/profile/16566366066926834572noreply@blogger.com0