Rabu, 11 Februari 2009

SMART GIRL

ada teman yang ingin saya ceritakan lagi.....
Yang ini teman perempuan. Tadi pagi menjelang siang bertemu lagi setelah lama tak jumpa, sekitar enam bulanan lebih. Saya ingin ceritakan dia karena dia itu smart girl i think, intelek, gaul, adapted, pinter banget.
....
Tempat tinggalnya persis beberapa atap dari rumah saya, dia (she)itu. Umurnya tuaan saya sedikit. Mengenalnya sejak sd dulu, kami sesekolah, beda kelas. Waktu sd dulu saya tidak begitu akrab dengannya meski saling tahu, maklum tetangga. Masa kecil dulu, malu main sama perempuan. Makanya saya malahan main sama kakaknya yang beberapa tahun umurnya lebih tua. tapi berhubung sesama laki-laki, ya nyambung saja. Kami main mobil-mobilan waktu itu. Seringnya main mobil-mobilan di rumahnya.
Agak akraban dengan dia (she) adalah ketika masuk sekolahan smp, kami se smp di smp 1. Kelas satu belum sekelas, sehingga meskipun sudah nggak canggung lagi untuk saling menyapa (atau sekedar tersnyum) tapi nggak membuat kami kenal dekat. Kelas satu, meskipun kelas kami berdampingan, tapi biasa saja. Saya sibuk dengan kegiatan saya, dan dia juga demikian. Kelas satu saya masih culun banget, masih banyak malu-malunya gaul sama perempuan.
Nah, ketika kelas dua smp lah saat yang memungkinkan kami saling kenal sebagai teman sesungguhnya. Si smart, begitulah kita panggil dia, sekelas sama saya. Keadaan itu memaksa saya untuk dekat dengannya sebagai teman sekelas yang sesungguhnya. Maksud saya, saya jadi nggak canggung lagi kalau butuh sesuatu untuk sekedar pinjam ke dia. Dan memang begitulah, sebagai teman biasa kita cocoklah meskipun nggak terlalu lekat.
Si smart berkacamata, mirip tokoh jenius di scoobydoo itu. Teman-teman sekelas juga menganggap hal yang sama. Melalui si smart saya juga mulai membuka diri bergaul dengan lawan jenis lainnya. Maklum sudah gedean dikit.
Ketika duduk di kelas tiga, eh kebetulan kita sekelas lagi. Dengan demikian kita sudah biasalah dalam berteman. Si smart ini terkadang saingan sama aku dalam hal pelajaran. Dia orang yang rajin, saya pikir. Penggemar boyband jamannya nkotb atau diva-diva sejamannya. Senang baca buku dan majalah gaul kala itu. Kadang-kadang saya juga minjam kaset kepada dia. waktu itu saya bareng teman-teman sekelas bikin band kecil-kecilan. Pendukungnya dia ama geng cewek. Bikin band di smp asyik juga, jadi rada pedean sedikit. Padahal kita belum bisa apa-apa waktu itu. Seperti kebanyakan anak-anak smp seusia itu, targetan jangka pendek kita cuma biar bisa main di perpisahan sekolah. Tapi hebohnya minta ampun menurut ukuran kita waktu itu. Anak-anak cewek gaul sekelas menyokong habis-habisan. Malahan kami pernah ngajakin salah seorang dari mereka untuk mengisi posisi kibod yang kosong. Berhubung dianya masih belum lancar jadilah hal itu nggak dilanjutkan.
Sekolah selanjutnya, kami se sma lagi, kelas satunya malahan sekelas lagi. Dari teman-teman smp yang sesekolah dan sekelas di kelas tiga, cuma dialah yang sekelas lagi di kelas satu ini. jadilah kita saling mengandalkan. Maksudnya yang masih menganggap teman saja. Bedanya, bayangin aja kamu ketemu teman kamu di irian jaya. Makanya untuk informasi apapun tentang dia, sayalah kuncinya kalau nggak mau nanya langsung ke dia waktu itu.
Selain sekelas, saya dan si smart juga kalau ada kelompok-kelompokan untuk pelajaran selalu kebetulan satu grup dengannya. Oh ya waktu kelas satu juga saya jadi bendahara2 kelas, si smart bendahara satu. Kok bisa gitu ya. Saya juga lupa lagi kenapa. Waktu bikin ensemble band kami juga segrup. Latihan ensemble, mirip band, di rumah dia. Masih ingat, saya bawa gitar ke rumahnya, seorang teman saya mainin perkusi dengan alat musik kursi dipukulin (dia juga kemudian jadi drummernya saya di band kelas 1), si smart dan yang lainnya mainin alat musik tiup. Dan manggungnya yakni main di kelas, kemudian diberi nilai, katanya ini semacam ulangan.
Ketika kelas satu, si smart ditaksir seseorang, anak kelas satu beda kelas. Yang naksirnya kemudian jadi teman dekat saya juga. Gigih juga penaksir si smart itu untuk menarik hati si smart. Si smart ikutan kkir (kelompok kerja ilmiah remaja), dia ikutan. Konon dia tertarik si smart karena sering les bareng. Kalau lagi nongkrong di depan rumah sore-sore, saya sering lihat si penaksir bertandang kepada si smart. Saat itu saya belum kenal dekat dengan si penaksir sehingga saya cuma melihat saja nggak nyapa.
Kemudian karena saya juga ikutan kkir, saya juga kenal dikit dengan si penaksir. Tapi tetap saja nggak begitu dekat. Si penaksir juga main basket, dan begitupun saya, ya jadi kenallah lebih jauh dengannya. Belakangan saya tahu si penaksir rumahnya dekat dengan sekolahan kami. Si smart, tetangga saya itu rumahnya bersebelahan dengan sodaranya, yang kebetulan cesfren saya. Kalau main ke si cesfren, saya juga suka sekalian nengok si smart, sekedar minjem catatan atau pr atau apalah, ketemu biasa saja. Anehnya, walaupun tetanggaan dan sekelas, seingat saya belum pernah kami pergi ke sekolah barengan, soalnya saya suka bingung siapa yang bayarin naik angkot, saya atau dia, he he he.
Di kelas dua sma, kami nggak sekelas lagi, padahal saya belum bosan sekelas dengannya. Tapi lumayanlah, kelas kami masih berdampingan. Meskipun demikian, kami tidak jadi putus komunikasi, malahan lebih bagus lagi. Kami sering tukar menukar informasi pelajaran walaupun cuma nanya ulangan anu gimana, guru anu gimana dan sejenisnya. Justeru si penaksirlah yang sekarang sekelas dengan saya. Sumber info si smart ada di saya, sehingga si penaksir kemudian dekat juga dengan saya. Tapi di samping itu si penaksir yang juga smart memang enak diajak temenan. Kalau mau main ke si smart, si penaksir teman saya itu sering ngajak saya, alasannya biar gak malu. Lama-kelamaan dia udah nggak ngajak saya lagi, udah berani sendirian.
Ternyata selain teman saya itu si smart juga ditaksir kakak kelas. Ternyata lagi kakak kelas itu kemudian kenal dengan saya, malahan sempat main band sebentar. Dan kakak kelas itu punya sodara, tetangga saya seberang rumah. Sering saya lihat si kakak itu apel atau pdkt ke si smart. Oh, ya di kelas dua saya selingkuh juga yakni main band di dua kelompok yang berbeda. Saya di band yang bareng kakak kelas itu cuma bertiga mulanya, kemudian masuk seorang vokalis tambahan.
Kalau saya perhatikan si smart itu paling deket dengan yang kakak kelas ini. Meskipun dengan demikian di sekolahan kayaknya nggak ada yang tahu keadaan ini. Makanya si penaksir yang juga teman saya itu masih nganggap si smart belum punya seseorang. Sementara itu si kakak kelas kalau saya perhatikan memang a kind of kind boy, sopan banget, selain juga ganteng di mata orang tua si smart.
Celakanya, yang naksir bukan hanya mereka berdua, tetapi juga ada orang ketiga. Saya pikir-pikir si smart ini laris juga, di mana-mana banyak yang sayang padanya. Sialnya, yang naksir urutan ketiga ini teman dekat saya juga seband dengan band selingkuhan saya. Kalau kakak kelas tadi drummer, si ketiga ini basis. Waktu itu saya sebagai orang netral kebingungan setengah mati. beneran. Si ketiga ini sebenarnya sudah tahu hubungan si smart dengan 'kakak kelas'. Tapi dia cuek saja secuek si penaksir yang masih sering bermain sore-sore ke rumahnya. Bedanya si ketiga belum mengungkapkannya baik secara ngomong langsung maupun tingkah laku. Mungkin di luar sepengetahuan saya ada lagi banyak yang suka ke si smart ini. Wallahu alam.
Demikianlah ketiga pecinta si smart itu. 'Si penaksir', 'kakak kelas', dan yang 'ketiga'. Kalau saya perhatikan, si penaksir (teman sekelas saya) menunjukkan kesukaannya dengan tingkah laku dan berusaha mengimbangi bagaimana hobi si smart ini, misalnya minjemin buku bacaan, majalah ataupun kaset. Dan kadang-kadang minjem buku pelajaran. Khas cara pdkt anak sma yang malu-malu dan masih bingung. Kadang-kadang juga telepon-teleponan. Si kakak kelas lain lagi, dia lebih gentle. Datang langsung ke rumah si smart dan ngobrol berlama-lama. Saya nggak tahu ngobrol apa, mungkin dia juga pakai acara minjemin sesuatu, maklum kakak kelas udah agak pengalaman dikit. Masih sedikit burem caranya pdkt dia. Saya malahan sedikit yakin bahwa si smart sudah jadian dengan si kakak kelas. Biarpun seband si kakak kelas ini jarang curhat-curhatan pada saya.
Yang ketiga yang paling parah saya kira. Dia nggak menunjukkan rasanya pada si smart. Paling-paling dia cuma berani menatapnya pagi-pagi di kala acara nongkrong-nongkrong depan kelasnya sebelum bel tanda pelajaran berbunyi. Si ketiga ini beda kelas sama saya dan si smart. Kelasnya bersebelahan dengan si smart. Sebelumnya saya juga belum begitu tahu bahwa si ketiga suka si smart. Ini baru saya ketahui ketika si ketiga curhat-curhatan ke saya.

Mohon maaf, setelah saya ingat-ingat lagi ternyata ada kesalahan lagi nih. Si ketiga ini ketahuan suka ke si smart ini baru pas kelas tiga. Jadi pada jamannya kelas dua, yang saya ketahui berdasarkan hal-hal yang sohih adalah dua anak. Sekali lagi mohon dimaklumi.
(Suatu hari juga saya memergoki ada kakak kelas yang lain, sebut saja kakak kelas dua, yang bertandang ke rumah si smart, tapi daripada bikin bingung, saya nggak akan menceritakannya di sini. Di samping itu data-data yang saya miliki ngak terlalu akurat karena cuma sekali-kalinya itu saya melihat dia. Sebagai info si kakak kelas dua ini di sekolahan termasuk anak jegernya atau mafianyalah istilahnya mah, selain dia juga pemain band paling yahud di sekolahan)
Kemudian di kelas tiga, si kakak kelas nggak ketahuan lagi ceritanya. Yang saya dengar gosip mereka sudah putusan. Jadi tinggal dua orang dong ? si penaksir dan si ketiga. Ternyata tidak demikian sodara-sodaraku. Si kakak kelas pergi, datanglah orang keempat, cinta juga ke si smart dan peluangnya lebih gede lagi karena orang itu sekelas dengan si smart.
Si penaksir yangs sekelas dengan saya tetap aja ngejar-ngejar, si ketiga curhat habis ke saya suatu hari, dan si keempat siap-siap bertanding. Si penaksir, nggak ada kemajuan dalam hal pdktnya gitu-gitu aja terus. Sehingga mungkin si smart bosan dan mendepaknya dari arena perburuan. Sementara si ketiga sudah putus asa dan berniat langsung 'say i love you ke si smart whatever will happen'. Dan memang suatu ketika dia mengatakannya secara gentle ke si smar bahwa dia mencintainya. Tapi, kata si ketiga, dia ditolak secara halus dengan alasan ini itu. Si ketiga menerimanya dengan lapang dada dan masih tetap mencintainya hingga sma berakhir beberapa bulan kemudian.
Belakangan terdengar gosip nyata bahwa si smart jadian dengan si keempat. Beruntung sekali si keempat ini. Setahu saya tanpa usaha yang kelihatan di mata publik dia sudah resmian dengan si smart. Menjungkirbalikkan rumor-rumor yang beredar di sekolahan. Dan ini kayaknya menyudahi semua polemik seputar siapa yang akan menjadi kekasih si smart. Menurut saya beberapa faktor yang menyebabkannya diantaranya karena mereka sekelas dan kegigihan si keempat.
Begitulah si smart yang smart, sering-sering saya melihat si keempat mengapeli si smart. Atau melihat mereka pulang bareng nunggu angkot di depan gerbang sekolahan. Akhirnya orang sesekolah terutama yang berkepentingan mengetahui dan sudah biasa sampai sekolahan sma itu usai. Bagaimana dengan si penaksir ? Dia ternyata tak tinggal diam. Nggak begitu lama dia sudah mendapatkan 'si smart yang lain' dengan begitu mudahnya, meskipun curhatnya si smart masih tinggal di beberapa ruangan hatinya.
Di masa kuliah si smart sudah agak jauh dari saya. Kuliahnya beda kota sama saya jadi nggak begitu tahu tentangnya. Gosip ringan kemudian datang bahwa si smart putus dengan si keempat. Mungkin memang seperti itu. Rasa cinta yang muncul karena witing tresno jalaran suko kulino, harus berakhir karena ora suko kulino, mungkin. Si penaksir kemudian tahu hal ini, kadang-kadang dia suka pdkt lagi ke si smart dengan cara yang lebih dewasa dan canggih lagi. Yang jelas kesempatannya terbuka lagi. Pernah si penaksir nekat main ke kotanya si smart kuliah, ditemani temannya yang lain. Pada jamannya kuliah ini saya jarang ketemu ataupun kontak lagi dengan si smart. Selain males juga sibuk masing-masing dengan kuliah.
Sampai kemudian si smart lulus kuliah. Pada jaman itu hampir semua teman-teman saya termasuk si penaksir, termasuk saya hampir lulus kuliah. Banyak waktu kosong. Si smart pindah ke lota kami kuliah. Si penaksir sesekali main ke rumahnya kadang-kadang ngajak saya dan teman yang lain. Kemudian saya bareng si penaksir punya sebuah proyek bisnis dan mengajak teman-teman dekat untuk gabung, si smart juga diajak. Tapi lama ditunggu proyek itu nggak pernah terlaksana.
Beberapa waktu kemudian si smart memberi tahu bahwa dia udah kerja di kota saya kuliah. Sayapun kerja di kota yang sama waktu itu. Pernah beberapa kali saya tukar menukar informasi dengannya via telpon. Dan katanya juga si smart sering kontak dengan si penaksir atau pernah main-main ke rumahnya. Suatu ketika pulang kerja saya melihat si smart bareng seseorang yang lain, tapi saya nggak menyapanya. Saya nggak tahu siapa seseorang itu. Mungkin temannya. Setelah itu saya nggak pernah ketemuan atau kontak dengan dia via apapun
Sampai tadi pagi, bertemu dengan si smart ngobrol sedikit ,katanya dia juga sudah keluar dari tempat pekerjaannya, dan ngambil kursus, selain itu tinggal di rumahnya.
****

Tidak ada komentar: