Rabu, 11 Februari 2009

Foto

Dipandanginya terus foto itu. sebuah kenangan tiba-tiba melintas di dalam benaknya. seperti baru kemarin terjadi, pikirnya. dimanakah kalian kini ? rasa rindupun menyeruak tidak tertahankan di dadanya, juga haru mengingat kisah yang belum pernah tergantikan di hidupnya. betapa kalian telah mewarnai hidupku, batinnya bergumam.
Entah mengapa dia ingin lagi pergi ke masa itu. Ingin lagi bertemu dengan teman-teman lamanya. Bukan lagi persahabatan saat itu, tapi persaudaraan. Dan waktu memang sungguh baik hati. Dengan lembutnya dia dipisahkan dengan mereka agar pengertian dan kedewasaan tidak terhalang.
Tapi kini dia hanya ingin mengenang. delapan tahun telah terlewati semenjak mereka berpencaran mencari jalan hidup yang sebenarnya. alami saja waktu itu. meski di acara perpisahan mereka berpelukan bertangisan, tapi setelahnya saling menyadari dan melupakan bahwa mereka hendak berpisah. Ada sungai kecil mengalir dari kelopak matanya. hingga akhirnya dia tertidur sambil mendekap foto itu. foto kesayangannya yang ditemukan tak sengaja di buku catatan sekolah atasnya dulu.
***
Masih tak berubah, batinnya. pintu gerbang yang sama, tepat parkir yang sama, ruang satpam yang sama. kakinya dilangkahkan lagi, masuk lebih ke dalam komplek sekolah menengah atas tersebut. sepi seperti sore-sore di masaku. gerimis yang merajai langit menambah lekat ingatannya di masa lalu. ini kelas tercintaku dulu, katanya perlahan. Sebuah ruangan kelas yang terkunci. Dia berusaha melihat ke dalamnya melalui kaca pintu. Bangku-bangku yang masih dikenalnya. papan tulis yang pernah diakrabinya dulu. selain dari itu semua telah berubah sama sekali. di dinding kelas kini hanya ditempel gambar-gambar seperlunya saja. kini kelas kenangan itu memang ditempati oleh kelas satu. Dia ingat, dulu bersama teman-temannya menghias kelas tersayang seperti kamar tidur mereka sendiri. hingga beberapa guru merasa keberatan mengajar di kelas mereka pada awal-awalnya.
kakinya melangkah lagi menuju ruang perpustakaan yang juga terkunci. Dilongokkannya kepalanya ke dalam ruang perpustakaan. masih seperti dulu. mungkin juga buku-bukunya masih seperti dulu. dulu dia sering ke sini untuk membaca koran hari ini setiap jam istirahat. tempat ini pula yang sering digunakannya untuk bertemu seseorang. Duh, jadi ingat kamu, kamu di mana kini ya ? bisik hatinya. Seakan-akan dia melihat dirinya dengan seseorang sedang bercakap di pojok ruang. seakan-akan tergambar lagi rekaman saat-saat itu. degup kencang yang dulu dirasainya kini seperti kembali lagi. kamu telah jauh, diyakinkannya dirinya. terburu-buru dia meninggalkan pintu perpustakaan.
berturut-turut, kantin, wc, lapang basket, ruangan lab, dan mushola dicumbuinya satu satu dalam berbagai kenangan. dihirupnya kebali nafas-nafas semangat yang pernah singgah di hatinya. aku merindukan kalian, aku mencintai kalian. dilangkahkan kakinya ke tengah lapangan tempat dulu mereka berupacara bendera. tak dihiraukannya gerimis. ditengadahkannya kepala ke atas menentang gerimis. membiarkan air dari langit membasahi wajahnya dan sekujur tubuh. dia telah cukup senang berkeliling masa silam. sementara senyum tak lepas-lepas dari bibirnya. namun ada kesunyian menyelinap di hatinya.

***

Tidak ada komentar: