Jumat, 27 Februari 2009

mendengarkan radio

MENDENGARKAN RADIO

...

mendengarkan radio, apalagi shubuh-shubuh sudah menjadi semacam ritualitas bagi saya semenjak lama. bahkan kalau ditelusuri semenjak sd setiap shubuh saya selalu diisi dengan mendengarkan radio. masih saya ingat waktu itu siaran dari antares, musik terapi, setiap pagi mengantarkan saya yang masih imut meninggalkan rumah menuju ke sekolah. radio yang ada di rumah saya yang masih saya ingat hingga kini adalah radio kepunyaan nenek saya.

memang tradisi mendengarkan radio sudah ada di keluarga saya. saat itu radio memang sarana hiburan favorit paling terjangkau bagi sebagian orang. meskipun televisi sudah merasuki kehidupan orang-orang, tetapi berhubung jam tayangnya yang terbatas maka, memiliki tempat tersendiri bagi kebanyakan orang saat itu. di samping itu stasiun televisi yang ada di negeri ini baru tvri yang dengan bebasnya mendominasi dunia audio visual di indonesia. tvri mengudara dari jam 16.30 hingga jam 24.00 atau lebih malam sedikit. sementara pada hari minggun mulai jam delapan hingga jam dua dan disambung lagi dengan siaran sorenya.

sehingga tidak dapat dielakkan, sarana hiburan yang benar-benar menemani hari dengan setia adalah mendengarkan radio itu. pada jaman itu radio di grt hanya ada sekitar lima buah stasiun . antares, sturada, rugeri, reks dan nbc. semuanya menyiarkan acaranya di gelombang am atau mw. baru kemudian reks membuat terobosan dengan berpindah jalur ke fm yang lebih jernih suaranya.

siaran radio favorit keluarga kami, terutama nenek saya, adalah dongeng baik itu dari mang jaya atau wa kepoh. kegemaran mendengarkan dongeng itu secara tidak langsung ditulari dari nenek saya yang mania dongeng. kalau sudah mendengarkan dongeng pasti kami semua pada khusyuk di sekitar radio. dibutuhkan kesabaran luar biasa dalam menitmati yang namanya dongeng ini, dikarenakan ceritanya yang tidak berhenti dalam sekali siaran, tetapi berseri seperti sinetron jaman sekarang. kadang-kadang ada yang tiga bulan baru tamat ceritanya. tapi kami pada setia di depan radio dengan tidak ada bosannya hingga kalimat sakti,"euh,.... waktosna seep para mitra, cag dugi kadieu heula carios nyambung nu judulna......' disampaikan sang pendongeng. dan radiopun dimatikan atau memindah ke gelombang lain untuk mencari dongengan yang lain.

masih saya ingat, jam sembilanan acara di radio adalah lagu-lagu sunda dari gelombang manapun, kemudian jam 10-11 dongeng wa kepoh. jam 11-12 dongeng mang jaya. jam 13-14 dongeng mang jaya lagi di gelombang lain, jam 15-16 dongeng mang satar/ mang barna, jam 16-17 dongeng wa kepoh lagi, dari jam 17 hingga jam 20 biasanya acara pemutaran lagu-lagu untuk anak muda. pilpen atau request langsung via telepon. jam 20-21 acara dongeng lagi. tiap jam ada berita siaran berita yang direlay dari rri. siaran radio baru berhenti jam 24.00 lalu semua gelombang kompakan menyiarkan keresek-keresek hingga shubuh untuk kemudian shubuhnya diisi oleh siaran ceramah shubuh hingga jam enam.

sayapun tanpa disadari jadi pecinta radio. kala berpergian dulu bersama ayah ke pinggiran kota, radio selalu menemani. padahal kami naik motor. radio yang kami punya itu radio batere yang tak ada colokan headphonenya. untungnya ukurannya kecil sehingga tidak terlalu merepotkan. radio yang saya bawa itu radio 2 band sw mw.

radio memang menjadi ukuran trend saat itu. belum gaul rasanya kalau tidak tahu sandiwara radio saur sepuh dengan brama mantilinya, atau cerita babad tanah leluhur yang mengharu biru itu. para pemerannya digilai habis oleh pendengarnya seperti halnya aktor film. padahal mereka tidak dikenal suaranya. tapi imej yang melekat udah pasti dia seperti orang yang diperankannya. memang kemudian trend sandiwara radio lebih mendominasi hampir semua siaran radio. kebanyakan acara radio disponsori oleh perusahaan obat.

radio selalu saja menyiarkan lagu-lagu baru. saya yang lagi senang-senangnya musik jelas kegirangan sekali. saat itu tidak kepikiran untuk membeli kaset sebagai ungkapan suka musik. maklumlah dengan keadaan keluarga, lagian saya belum punya uang saku yang cukup untuk itu. kalau sudah suka satu lagu dari radio, saya sampai bela-belain merekamnya dengan cara yang manual yaitu menghadapkan radio pada tape recorder, sehingga suara-sura yang tidak diperkenankan terekam juga. saat itu saya tidak memiliki radio yang gabung sama tape recorder.

radio juga jadi ajang gaul. di masa smp belum gaul rasanya kalau tidak merequest lagu ke stasiun radio dan mengirim salam ke teman-teman satu geng. serasa ngetop saja kalau penyiar sudah membacakan pesan kiriman kita kepada orang-orang dekat kita. biasanya kalau yang mania sekali sampai membeli kartu pilihan pendengar dan menulisinya dengan permintaan lagu serta kirim-kirim salam. biasanya nama kita dibikin ajaib biar ngetop, seperti nanang poison atau asep stones. coba pikir kalau dibahasaindonesiakan. lucu sekali kan.

saya juga sering kirim-kirim lagu, tapi cuma lewat telepon. waktu itu dengan teman-teman satu geng nama kita ditambahi semua nama personil gnr. ada ombie roses, opik sorum atau gun mc kagan. saya sendiri memakai akhiran stradlin. biasanya sambil pura-pura ngerjain pr matematikanya bu marni, kami ngumpul bareng di rumah saya. bila penyiar membacakan request kami, kami pada bangga bin geer. kalau ada yang telat datang ke kumpulan itu biasanya kami suruh dulu untuk pergi ke telepon umum di depan untuk merequest lagu dan mengirim lagu atau sedikit pesan bagi kami.

akhirnya teman-teman sekelas juga pada ketularan kirim-kirim lagu dan membahas nya keesokan hari di kelas. mendengarkan radio menjadi semacam kewajiban sampai kita tahu bahwa teman kita ngirim lagu pada kita. ada teman saya yang kalau ngirim lagu suka iseng banget. seenaknya saja dia mengganti alamat rumah kita. misalnya, kirim lagu buat yoga di tong sampah, apid di pengki, ivan di susukan, soni di sawah dan seterusnya. membuat si teman bete setengah mati dan sorenya membalasnya dengan mengirim lagu disertai pesan-pesan ajaib. ringan saja saat itu.

ketika di sma (sekarang smu) saya mulai dibeliin radio tape recorder yang ada fm nya. siaran fm bandung banyak yang tertangkap waktu itu. saya kaget sekali waktu itu, karena siaran-siaran bandung lebih canggih dan mutakhir. penyiar-penyiarnya nganak muda dan profesional sekali. kebanyakan radionya segmented nggak seperti di garut yang seragam yaitu untuk seluruh keluarga. lagu yang diudarakan lagu-lagu yang baru sekali dan kasetnya belum dirilis. kemudian saya tahu sistem single sudah mewabah di radio bandung. dan satasiun radio di bandung banyak sekali. hampir tiap kali kalau kita putar gelombang pasti ada siaran radionya.

meskipun tidak begitu jelas suaranya saya bisa menikmati siaran radio bandung. apalagi kalau malam suaranya jernih sekali. radio ardan fm jadi panutan saya waktu itu. sayapun kadang selangkah lebih maju dibanding teman-teman tentang pengetahuan lagu-lagu baru. informasi seputar perkembangan remaja bandung bisa saya dapatkan dari radio bandung. saya sudah iri saja dengan remaja di bandung yang seabreg-abreg kegiatan anak mudanya dan hanya bisa memimpikannya saja.

dengan tape recorder tersebut saya bisa merekam lagu-lagu baru yang keren-keren meskipun suara sialan penyiar merusak kesempurnaan lagu. saya lurus saja merekam semuanya. asyik sekali, lagu yang belum ada kasetnya sudah saya punya album komplikasinya. dengan kaset itu saya ulik lagu baru tersebut kunci gitarnya satu per satu. untuk urusan lirik, biasanya kalau tidak saya karang sendiri (untuk lirik inggris) saya juga cari dari majalah remaja. dulu susah banget nyari lirik lagu, tidak seperti sekarang ini yang majalah chord lagu sudah mewabah. bisa dapatin lirik lagu nirvana saja udah bahagia banget.

seperti yang sudah-sudah radio menjadi teman sejati menghabiskan malam. saya jarang mematikan siaran radio, karena sering ketiduran ketika mendengarkannya menjelang tidur. sehingga kalau terbangun tengah malam saja sesekali saya bunuh radio itu. tapi kebanyakan suara keresek-keresek lah yang ada hingga pagi menyapa dengan siaran ceramahnya.

karena radio bandung lebih keren siaran lokal mulai saya tinggalkan. pikir saya siaran lokal ketinggalan jaman. meskipun saya juga hanya jadi pendengar pasif saja, yang kepikiran adalah merekam lagu-lagu baru dari radio bandung. saya juga sedang senang-senangnya ngumpulin lirik-lirik lagu beserta chord dalambentuk song book. waktu itu saya sempat menghasilkan sekitar 3 song book. kaset-kaset lamapun banyak yang tak jelas lagi asal-usulnya. hal ini dikarenakan saya sering menimpanya dengan lagu rekaman dari radio karena menganggap lagu yang tidak penting. banyak kaset lama bapak saya yang rusak karenanya. padahal banyak kaset langka yang tak ada di pasaran lagi. tapi saya tidak peduli, dengan amatirnya kaset-kaset rekaman tersebut saya berilabel lagi biar mudah mengingatnya.

***

MENDENGARKAN RADIO II

...

kemudian televisi swasta mengharu biru dunia hiburan di indonesia. nenek(alm) saya tercintapun mulai jarang mendengarkan radio kecuali malam-malam menjelang beliau tidur dengan siaran dongengnya. tapi tidak lagi mendengarkannya bareng-bareng bersama kami karena saya dan yang lain-lain anak cucunya punya sarana hiburan masing-masing.

ketika kuliahan, radio juga tak lepas dari kehidupan saya. pertama kali ke bandung saya hanya berbekal radio walkman. sendirian di tempat kos di belantara bandung tanpa seorang teman selain radio adalah pengalaman takan terlupakan bagi saya. memang lalu kemudian saya dikirimi tv oleh ortu dari garut. tapi masih radio tempat curhat dan informasi paling aktual pagi seorang saya.

ketika mulai kos rame-rame, radio juga paling diminati sesama teman. biasanya menjelang tidur radio diletakkan di tengah rumah lampu-lampu dimatikan dan kaminya dengan cuek tidur membiarkan radio itu sendirian selain dengan paksa menjadikannya sebagai weker. memang kami kebanyakan dibangunkan oleh suara penyiarnya pada pagi-pagi ketimbang oleh jamweker yang berbunyi hanya untuk dimatikan. itu juga suatu pengalaman yang menakjubkan bagi saya. kalau tidak ada kuliah pagi biasanya kami pada tertidur lagi sambil mendengarkan radio.

radio memang sesuatu sarana yang menurut saya dan teman saya paling cocok. untuk mendengarkan radio kita hanya perlu menggunakan syaraf pendengran di telinga saja sehingga kita terkonsentrasi karenanya. tidak seperti televisi yang memaksa mata kita untuk turut bekerja juga. dan radio bagi saya bisa membuai juga di malam hari. hingga kini kalau tidur saya lebih suka membiarkan suara penyiar meninabobokan saya.

dan dengan mendengarkan radio kita tidak perlu membeli banyak kaset untuk memuaskan hobi musik saya. kecuali kaset-kaset tertentu yang masih saya beli. dengan mendengarkan radio kita juga bisa sambil membaca buku atau menghapal pelajaran tanpa terganggu konsentrasi membaca kita.

dahulu saat sma saya sering begadang hingga malam kalau sedang belajar untuk ulangan besoknya. sampe jam dua. kebetulan ada radio bandung yang siaran hinga jam segitu sehingga tak terlalu sepi belajar saya. seorang teman dekat saya juga katanya seperti saya juga. mengahapal tengah malam ditemani radio dan segelas air kopi.

saat ini saya memang sudah jarang tune in di radio, paling kalau sempet shubuh-shubuh mengisi rohani saya dengan ceramah-ceramah agama. dan di garut ini radio butut saya sudah agak rewel susah dalam ngepasin gelombang radio sehingga suaranya tidak jelas dan kadang kadang suka terpeleset. padahal sudah banyak bermunculan fm di garut ini. saya sering mengumpat tak bermanfaat ketika radio bandung kegemaran saya dengan seenaknya tertutup radio lokal yang norak banget.

begitu itu radio mengisi dua puluh tahunan milik saya. mestinya lebih banyak lagi yang terungkap. tapi ingatan saya yang terbatas memaksa saya untuk berhenti dulu menulis kehidupan radio dalam diri saya.

Tidak ada komentar: