Jumat, 27 Februari 2009

senjaklasik the prosepoetry

solilokui entah





bismillahirahmanirrahiim.....



ini tentang segalanya, tentang pencarian, tentang hidup , tentang mati, tentang perjalanan, tentang kerinduan, tentang kerisauan, tentang persahabatan, tentang persaudaraan, tentang cinta, tentang lagu, tentang semangat, tentang keraguan, tentang mencoba, tentang proses, tentang tujuan, tentang awal, tentang akhir.



ini tentang segalanya. biru itu mungkin hanya permukaannya saja, sedang jauh ke dalam bisa apa saja warnanya. rasa itu mungkin pahit di lidah, tapi pahit itu obat, pahit itu kesabaran, semacam itu. setengah perjalanan semesta pengalaman membentuk diri, mengubah diri, mengarahkan diri, mengecilkan diri sekaligus meraksasakan diri. dan pelan-pelan itu bukan kesalahan apalagi kejahatan.



ini tentang segalanya. kawan, meniti tangga itu sungguh melelahkan. kadang rasa ingin lepas saja, kembali sebebas dulu. namun itupun ternyata bebas semu, bebas yang sebenarnya membelenggu. maka solilokui ini biarkanlah mengalir. ada semacam gairah di sana yang hanya bisa berwarna dengan solilokui. dan jangan potong bicaraku dulu.



ini tentang segalanya. harapan. keinginan. khayal.



ini tentang segalanya. waktu memaksaku untuk terus berjalan. malam masihlah panjang untuk diistirahatkan. malam masih terlalu pekat. entah. aku ingin bertemu denganmu dulu sebelum fajar biar bisa bersama menikmati cahaya pertama hari esok.







manusia perindu



suatu ketika aku pernah merasa sangat merindukanmu dan menginginkan kamu datang menjenguk hatiku atau aku yang hadir di sisimu, meski aku sadar bahwa mungkin kamu sangat tak mengharapkan hal itu terjadi. aku juga pernah sangat menginginkan menjadi manusia yang bisa berpindah tempat secepat kilat seperti malaikat agar aku bisa segera menatap wajahmu atau kalau beruntung bisa berbincang denganmu. dan aku juga pernah sangat menginginkan bisa menjadi angin agar aku bisa membelaimu sesukaku tanpa menjadikannya suatu dosa.



namun ternyata aku hanya bisa menjadi manusia perindu yang selalu menantikan malam dengan putus asa dan ketakutan karena sejenak kemudian pagi merenggutnya dengan paksa dan tiba-tiba.







senja klasik



sebuah pertanyaan bisa saja tanpa harus ada jawaban. orang menyebutnya retoris. aku mengatakannya "senja klasik". entah apa kamu akan menyebutnya. satu hal yang selalu mengganggu benakku. memenuhi ruang batin. mengait-ngaitkan aku kepada suatu masa. mendorong-dorong aku kepada satu peristiwa.



aku masih suka menamakannya senja klasik, karena ketika lembayung dan ketika mendung, kamu masih saja sedang duduk di beranda, tidak terayu tv ataupun teracuni lagu. dan senja makin klasik bila aku mendatangimu, berbicara segala hal, menertawakan ketololan masing-masing, hingga menjelang maghrib aku harus pamitan pada ibumu. naif sekali, padahal masih banyak yang harus diungkapkan, belum sampai setengah paragraf, belum sampai titik. sementara malam masih bersedia menjadi perantara bisik sunyi yang terdengar berdegup keras bila aku di dekat kamu. hanya aku saja yang kan mendengarnya, kurasa.



anggap saja ini sebuah pertemuan yang tidak disengaja meskipun dalam hati kita mengharapkannya atau minimal pernah terlintas ingin untuk kembali ke suatu senja di mana kita duduk-duduk di bangku sebuah taman atau teras rumah dan ada seseorang di samping kita yang mau mendengar resah dan serapah kita. dan seperti waktu itu, kita akan berebut siapa bercerita duluan atau saling menyilahkan membuka wacana, menebak-nebak kisah hidup masing-masing, mengukur seberapa jauh jarak memberi pengalaman. lalu semuanya akan mengalir, membelah belantara perasaan yang itu-itu saja, dan berakhir di lubuk jernih pemikiran tentang kenyataan bahwa kita di senja klasik hanya mampir saja untuk saling mengenang.



namun meski hanya teh, tanpa gula dan kue-kue, bagiku senja klasik bersamamu terasa tetap manis, hangat, menyegarkan, dan mencerahkan. inspiratif. bahkan malampun menyerah tak bisa lagi berujar tentang ilham yang bertubi-tubi melayang-layang di atas langit-langit rumah. sampai aku kegirangan dan terbang memungutnya satu-persatu. menyusunnya sebenar mungkin ibarat puzzle yang sering kita mainkan ketika kita adalah anak-anak. walau tak berupa puisi, senja klasik tetap saja sebuah sajak yang selalu aku ulang-ulang tanpa bosan, entah sampai kapan.





!




kamu adalah hari terjauh yang pernah kusentuh. hari ketika ku terjatuh, tanpa seseorang membantuku berdiri, tanpa seseorang mengetahui lukaku, tanpa seseorang berbasa-basi menghiburku. kamu juga hari terdekat yang pernah menjadi tempat. menjadi kotak aku menyimpan umpat. menjadi rumah setiap saat.

Tidak ada komentar: