Kamis, 19 Februari 2009

PELANGI

...

masih saja dia berharap pelangi itu tak memudar, masih ingin menikmatinya lebih lama lagi, masih belum terbalas kerinduan lamanya untuk bertemu tangga bidadari itu. namun busur tujuh warna tersebut seolah tak peduli. perlahan-lahan menghilang di langit timur menyisakan bentukan awan tak berarturan berwarna putih dan abu yang bertumpuk. mungkin pelangi harus segera pergi ke tempat lain yang masih membutuhkannya. senja yang murampun kembali ke sedia kala, menyisakan sedikit ingatan tentang pelangi.

baru beberapa lama kemudian dia tersadar bahwa pelangi sudah meninggalkannya. dialihkannya pandangan kepada sekelompok anak remaja yang tengah bermain bola. namun benaknya masih saja tenggelam mengkhayalkan mejikhibinu yang terlanjur disukainya. teringat pada seseorang yang sering dikabarinya pelangi. seseorang yang telah lama menjauhinya, seperti pelangi sore ini.

di suatu hari yang beranjak berganti ke malam di suatu masa, dia menemukan pelangi di langit timur tengah membusur dengan sempurnanya. ini menakjubkannya. sesaat dinikmatinya pelangi sendirian, tanpa peduli lalu lalang orang-orang di sekelilingnya. dan orang-orangpun sepertinya tak peduli padanya dan pelanginya itu. beberapa saat kemudian, dia tersentak dari lamunan yang entah di mana. bergegas menuju telepon umum di seberang jalan. beberapa angka ditekannya. kemudian harap-harap merayapinya. ada yang mengangkat telepon di ujung sana. salam dijawab salam lagi. dia yang bicara, teriak hatinya girang.

" mengganggukah ?" tanyanya

" tidak......" pendek saja suara dia di ujung sana.

" ada pekerjaan ?" tanyanya lagi

" tidak, tadi sedang mendengarkan radio menatap langit-langit kamar...."

" kalau begitu keluarlah segera, lihatlah timur langit yang sesungguhnya...."pintanya halus.

" kenapa ?"

" ada pelangi yang melintang di horizon, saya berharap kamu juga memandanginya. dan merasakannya, mumpung masih jelas cahayanya....."

" terima kasih, kamu jadi serepot ini...."

" tidak apa-apa, saya sangat senang membagi rasa takjub saya, sudah ya..."

klik, setelah salam penutup dijawab. kembali dia berdiri menatap pelangi sore itu dengan getaran rasa yang tidak terlagukan oleh nyanyian manapun. gembira hatinya ada yang telah diberi tahu olehnya tentang pelangi yang menghias langit sore itu. dia yakin seseorang sedang menikmati pelangi seperti dirinya juga. tapi sayang, hanya sebuah keyakinan, sesungguhnya dia tidak tahu yang sebenarnya. di suatu tempat seseorang sedang menatapi langit-langit kamar.bersama sebuah kegelisahan.

bola kulit yang menuju ke arahnya duduk di bangku taman mengembalikannya lagi ke sore ini. diambilnya dan dilemparkannya bola tersebut ke tengah lapang. di bangku sebelahnya sepasang remaja sedang asyik dengan obrolannya. dipandanginya langit yang merangkak tanpa peduli. ada gradasi warna kuning ke abu di barat jauh sana. sebagian hatinya juga merasa jauh di suatu tempat suatu waktu. buku yang dibawanya dari rumah sebagai teman bergumul pikiran semenjak tadi tak dihiraukannya ketika pelangi menggodanya. hanya diletakkan di bangku itu tanpa daya.

senja yang kini dirasakannya berlari memaksanya untuk segera meninggalkan tempat itu. lampu-lampu taman telah dinyalakan. permainan bola telah terhenti beberapa saat tadi. remaja sepasang baru saja saling berpisah menyisakan janji esok hari. dia, berat meninggalkan bangku itu. tapi dia berdiri juga melangkah menjauhi tempat itu. dingin malam telah menusuk ke kulit hingga sumsum. kota kecil inipun gemerlap dengan cahaya yang sederhana. semoga hujan tak akan turun malam ini, batinnya berbisik. langkah kakinya saling bersusulan satu sama lain. sementara itu, adzan magrib berkumandang memenuhi langit.

***

Tidak ada komentar: