Rabu, 11 Februari 2009

HILANG, SEBUAH KATA

sebuah kata hilang dari kamus. orang-orang sibuk mencarinya. 'ah, mungkin ia sedang berlibur, terlalu sering dipergunakan jadi merasa kecapaian, perlu lah sedikit vakansi' kata sebagian orang. 'tidak, tidak mungkin sebuah kata memerlukan rekreasi, sudah menjadi kodratnya untuk dipergunakan terus tanpa henti, ia hilang bagai ditelan bumi' kata yang lainnya. bumi yang telah lama mengetahui kabar itu jelas membantahnya. dengar katanya,'untuk apa aku menelan sebuah kata, aku sudah cukup kenyang dengan keberadaanku sekarang ini, lagi pula makananku bukanlah kata-kata tetapi kebijaksanaan manusia dalam berperilaku'
orang-orang bingung. mereka saling menyalahkan. 'pastilah para wartawan yang menyembunyikan kata itu, mereka kan terkenal suka mencari sensasi' tuduh sebagian. wartawan jelas sewot. 'bagaimana mungkin kami menyembunyikan sebuah kata sementara setiap hari setiap kami memerlukan kata itu untuk dicetak. mungkin ini kelakuannya para penyair, penyair kan terkenal sebagai orang-orang yang suka memperlakukan kata itu seenak mereka'. para penyair menjawab sinis, ' enak saja bicaramu, apa gunanya kami menghilangkan kata itu. bagi kami kata itu adalah nyawa kedua. tanpa kata itu syair-syair kami tak berarti'. ini pasti ulah politikus yang sering salah menempatkan kata itu dalam pernyataan-pernyataannya'. politikus malah berang, 'meskipun kami akui kami sering berbuat tak seperti yang dikatakan, tapi kami tak mungkin menghilangkan kata itu yang menjadi senjata bagi kami, pikir dong, apa untungnya bagi kami. ini pasti ulah ahli bahasa yang mengelompokkan kata menurut keinginan mereka'. terang saja, ahli bahasa menangkisnya. 'kami mengelompokkan kata demi kemudahan kita mempelajari dan menggunakannya, seharusnya kalian berterima kasih kepada kami, bukannya menuduh kami'.
diadakanlah pencarian ke semua sudut alam semesta. semua orang yang pernah berurusan dengan kata itu diinterogasi hingga berbulan-bulan. semua teman dekat kata itu ditanyai. diterjunkanlah detektif, intelejen, paranormal hingga jin untuk mencari kata yang hilang tersebut. semua kamus dari semua jaman diteliti secara hati-hati. semua kalimat yang pernah memanfaatkan jasanya diselidiki. siang dan malam yang sering disinggahi kata itu juga tak luput dari berondongan pertanyaan penyidik. namun sejauh ini hasilnya nihil belaka.
orang-orang merasa kesepian setelah kata itu dinyatakan hilang secara resmi. mereka masih terkenang pengalamannya dengan kata itu. bagaimana kata itu. menghangatkan hati mereka. bagaimana kata itu pernah memadamkan api. bagaimana kata itu pernah meredam murka. bagaimana kata itu mengubah luka menjadi suka. bagaimana kata itu mengisi keseharian mereka.
kepanikan mulai terjadi ketika mereka memerlukan kata itu untuk suatu urusan. mereka berusaha mencari padanannya di kamus. tapi hasilnya jauh dari menggembirakan. maksud yang hendak disampaikan tak pernah tiba pada penerimanya. sering timbul pertengkaran kecil akibat kesalahan pemakaian padanan kata itu bahkan pembunuhan hingga peperangan antar benua.
disepakatilah untuk menciptakan sebuah kata baru sebagai pengganti kata itu. diadakanlah forum diskusi. semua orang yang berkepentingan mengirimkan wakilnya ke forum itu. seorang yang paling bijak di alam semesta dipilih untuk memimpin diskusi itu. diskusi berlangsung alot. semua pihak bersikeras dengan kata yang diciptakannya sendiri. mereka merasa kata yang diajukannyalah kata yang paling sesuai mengganti kata yang hilang itu. kadang-kadang supaya usulannya disetujui mereka mulai menyuap peserta forum. mereka yang berkepentingan sama melakukan persekutuan, meskipun dalam hati masing-masing ingin saling melumpuhkan.
diskusi itu berlangsung sepanjang tahun. namun belum juga muncul satu kesepakatan di antara mereka. suasana padang diskusi semakin hari semakin memanas. lobi antara peserta diskusi dilancarkan. lama kelamaan cara-cara curang dan kekerasan mewarnai kesumpekan diskusi. tujuan utama diskusi sudah kabur sama sekali. yang ada hanyalah mempertahankan pendapat masing-masing.
akhirnya sang bijak, pemimpin diskusi, angkat bicara setelah bertapa dalam sabar. 'baiklah, dengarkan keputusanku' serunya menggema di langit. heninglah kurusetra diskusi tersebut. kewibawaan gelegar sang bijak mampu menundukkan sekeras apapun hati. 'dengarlah' kata sang bijak lembut. sang bijakpun lalu bertutur panjang hingga seharian. tak seorangpun peserta menentang keputusan sang bijak karena dirasanya ucapan sang bijak berpihak kepada mereka masing-masing. mereka merasa lega dengan titik akhir yang ditetapkan sang bijak. akhirnya kesepakatan yang menguntungkan semua pihak didapatkan. semua peserta diskusi kembali ke kelompoknya masing-masing dan memberitakan hasil diskusi yang berakhir dengan kegembiraan.
kata yang hilang telah tergantikan tempatnya. mereka mulai melupakan kata yang hilang itu. kata yang hilang tinggal kenangan tinggal sejarah.
***
di suatu tempat, pegunungan yang sepi.
'apa ini, bu?' seorang anak kecil memperlihatkan sesuatu pada ibunya yang tengah menganyam bilik bambu.
'oh, itu hanyalah sebuah kata' jawab ibunya santai.
'punya ibu ?'
'iya, pemberian seseorang' jawab ibunya.
'boleh kumiliki, bu?'
'ambil saja, tapi jangan sampai hilang...!'jawab ibunya.
'terima kasih, bu. hore, aku punya sebuah kata, aku punya sebuah kata !" seru anak itu sambil melayang-layang di udara.
sang ibu memandang keriangan anaknya. tiba-tiba ia teringat masa lalu. tiba-tiba ia teringat seseorang.
*

Tidak ada komentar: