Senin, 02 Maret 2009

senjaklasik thepoetryprose 3

majnun

.


tidak seperti majnun yang menciumi dinding rumah laila, maka cukup bagiku dengan hanya bersepeda di depan rumahmu sambil berharap kamu kebetulan sedang menikmati senja menyiram bunga. ya, tidak seperti majnun yang menciumi dinding rumah laila, maka terasa hebat bagiku dengan melihat genteng rumahmu dari kejauhan karena takut kamu memergoki kepengecutanku yang akan segera gugup salah tingkah seandainya harus menatap matamu. sungguh, tidak seperti majnun yang menciumi dinding rumah laila, aku hanya berani berlama-lama menatap jendela kamarmu di ujung malam, saat kamu mungkin tengah terlelap dibelai mimpi dan aku akan puas sekali setelahnya lalu buru-buru berlalu sebelum derit pintu terdengar.



6


untitled



belum ada lagi kata untuk dibicarakan, saat ini. diam saja dulu dan pejam mata. jangan berpikir ! itu hanya membuat resah tergugah tidakkah ingat, saat pertimbangan akal terlalu mendominasi otak kiri kita, kita akan terburu-buru menutup buku, merapikan bangku, dan begitu saja berlalu. padahal sesampai di rumah kita merasa ada yang terlupakan. sesuatu yang kita siapkan sebelum bertemu.



diam saja dulu. biarkan sepi-sepi ini beradu dan saling mengadu. sementara kita, diam saja dulu.





sepi

8


semua sepi yang pernah tercipta dalam hidupku, biarlah kamu saja yang menjadi alasannya. kumohon tak kamu tertawakan ungkapan kelewat bodoh ini. hanya ini obat kesunyian satu-satunya yang bisa menghiburku dan menyemangatiku menjalani hidup. di tengah kegalauan hati yang tak menentu, wajahmu yang melintas ibarat infus yang menambah cerah langit hati yang sebelumnya pucat pasi.



segala rindu yang pernah tercipta di keramaian waktuku, biarlah kamu tempat aku menuju. tempat aku berharap seseorang menyediakan senyum hangat yang menyegarkan dan mau mendengar cerita tak penting di perjalanan pulang tadi. semoga ini bisa menjadi pengantar tidurmu nanti.



seluruh malam yang pernah menjadi teman baikku, yang sering kusalahpahami sebagai deraan tak bertepi biarlah kamu saja yang menyederhanakannya menjadi sebuah taman, di mana aku kan selalu merenung mengenang pengalaman. ini lebih menyejukkanku ketimbang menjadikannya suatu pertarungan tiada henti. ini lebih menentramkanku daripada meraba-raba pembenaran untuk menghentikan perjalanan ini.





È

message sent



terkirim, dan tak perlu menunggu balas, tak perlu ada cemas, tak harus menyiapkan hias. semua pesan hanyalah untuk penanda bahwa aku selalu ada untuknya. bahwa dia senantiasa menjadi pusat pikiranku di sepanjang waktu. tentu saja aku mesti menyadari untuk tidak mengharapkan lebih dari ini.



message sent, sekarang aku boleh bernafas lega, terima kasih pulsa, terima kasih teknologi, terima kasih telah mengantarkan aku pada kekasihku meski aku hanya bisa menatap dari kejauhan saja sambil membayangkan apa kira-kira reaksinya saat membuka kata-kata tanpa makna yang kulayangkan.



terkirim, saatnya mematikan hp. saatnya memasuki mimpi lagi, mengenyahkan kenyataan yang harus disisihkan dari duniaku. menjadikannya mimpi adalah kenyataan terbaik seperti yang diinginkannya dan aku telah berjanji untuk itu.



message sent, tidur saja ! dia tak mungkin sedang memikirkan kata jawab. agar tenang, bayangkan bahwa dia telah terlelap dan hanya mungkin membaca pesanmu esok shubuh ketika kamu telah melupakan apa rangkai kalimat busa semalam tadi. bukankah sudah janji untuk berhenti berharap ?



terkirim. angin, tolong lampirkan juga : "tak perlu dibaca, delete saja langsung....!"





t

kapan kamu pulang ?



kapan kamu pulang ? aku menyediakan kembang. akulah kumbang yang mengamati hari, berduka atas berlalunya waktu, dan menyimpan cemas bila kamu tak jadi datang. kamu pasti pulang kan ? si pengecut ini telah terjebak di kubang angan. tak henti mencoret turus-turus kenangan. ingin mimpinya jadi kenyataan. ingin suatu perjumpaan.



segeralah pulang, aku menyediakan ruang, aku menyiapkan waktu terentang, aku berlama-lama menunggu di beranda bersama sepuhan harap yang tak pernah pudar hanya untuk sebuah bayang atau segenggam cerita yang mungkin akan membuatku sedikit tenang.





setengah diriku

Z


setengah diriku entah di mana. adakah dia sembunyi di belakangmu. karena ketika kurasakan senyummu itu seolah sebentuk gaya menariknya lepas dari diriku. bantu aku temukan setengah diriku. karena padanya ada seluruh rahasia yang tak ingin kuungkapkan pada siapapun.



setengah diriku mungkin sedang di satu tempat. adakah setengah diriku sembunyi di hatimu. aku dapat merasakannya dari ruang semediku. antarkan setengah diriku bila ia singgah di hatimu atau tunjukkan padanya jalan pulang. atau jemputlah setengahnya lagi di sini. biar dia utuh bersamamu.





hujan geus raat



×

hujan geus raat, ti tatadi. tapi kasedih nu nyungkrung dina hate masih keneh can saat. asa jararauh panineungan, asa aya asa euweuh ieu teh. asa hayang indit ka hiji tempat, asa hayang panggih jeung sasaurang tapi teu nyaho saha.



hujan geus raat, ti tatadi. bulan ge geus nembongan deui. ngan langit angkeb, siga nu ngarti ka diri nu keur teu puguh rasa ku tagiwurna kalbu nu can keneh eureun. aya naon atuh ieu teh ?



hujan geus raat, ti tatadi. guludug teu patingtembalan deui. tapi galura na hate mah keukeuh teu daek nyingkah. sok sanajan ngapungkeun pikir ka mana wae, masih keneh ngadodoho. sok ras inget ka hiji paroman anu pernah nyangsang ngabaturan poe katukang.





kilaumu

w


kilau mutiara, saat kamu sedang tersenyum ke arahku waktu itu, membuatku malu seperti terpaku dan tak kepikiran membalasnya hingga kamu berlalu.



setelah itu aku menunggu lagi kilaumu, dan telah bersiap sejuta cara menjadikanmu ratu. tak kunjung juga datangmu. akupun mencari, sampai kutemukan kilaumu di dasar lautan bersama sunyi bernyanyi sendu. tak mampu jua aku gapai tanganmu.



di darat sini, kilaumu tetap terasa merdu.





hidup ini menunggu....

œ


hidup ini menunggu, maka pada salah satunya aku sedang menunggu kamu. menunggu kamu bersama kamu yang lebih dulu datang berupa khayal. telah layu waktu, telah letih hari, telah bosan semua pesan, namun aku tetap menunggu kamu, menghitung seberapa helai daun-daun berjatuhan di taman kota. meneliti setiap jejak kaki yang pernah ke mari.



hidup ini menunggu, dan menunggu kamu menjadi bagian terpenting, tema yang selalu aktual, cerita paling hebat, kenangan paling bersejarah yang tak pernah ditemukan di roman-roman manapun. Betapa indah, aku menunggu kamu, menjalankan takdir dengan kadar kesetiaan seorang penunggu tanpa harus berkeluh tentang bilakah tibanya waktu itu.



hidup ini menunggu, berharap semoga kamu muncul di tikungan jalan itu dengan buah tangan berupa senyum selembut dulu. atau sekedar lambaian bahwa kamu telah tiba dengan tatap mata tak jauh beda dengan saat kamu beranjak pergi dulu.





gerimis di tengah malam



Û

gerimis di tengah malam, seakan-akan kamu merestui kesepianku. gitar tak lagi membantu. puisi hanya membuat aku membeku.



aku mengangankan pada gerimis itu ada satu tetes yang menjelma menjadi sebentuk wajah yang selalu tergambar di otakku. aku memimpikan pada gerimis itu ada satu tetes yang menjadi suara yang selalu terngiang di telingaku sebagai nina bobo menjelang tidurku. aku ingin pada gerimis itu ada satu tetes yang berubah menjadi doa yang dihantarkan seseorang yang sedang jauh dari sisiku. aku berharap pada gerimis itu ada satu titik yang meresap ke dalam tanah, menumbuhkan benih yang kutanam di taman hatiku.



gerimis di tengah malam, sebentar saja, lalu tergantikan rembulan dan kerlip bintang, aku akan selalu mengenangnya sebagai sebuah kisah panjang.

Tidak ada komentar: