Selasa, 11 Agustus 2009

pintu 8, lagu baru.....




empat orang pemuda berambut gondrong keluar dari ruangan studio sumpek itu. tersenyum ramah pada anak-anak 'ditingker' yang saat itu ada yang sedang duduk di kursi panjang, ada juga yang jongkok cingogo yang kalau ada yoga pasti bilang "udah penuh tuh, siram dulu ! bau !". ada-ada aja, emangnya wc.
" pingin ke wc, uy.... di mana ya?" bisik ombi padaku yang tengah mengagumi penampilan para rocker asli yang baru saja mengakhiri 'konsernya' dengan lagu ' i remember you' skidrow. dari wajahnya kelihatan ombi udah banget ingin buang air, entah besar entah kecil.
" nggak tahu, .... pik, wc sebelah mana ?" jawabku dan langsung menyerahkan urusan ombi pada opik. opik menunjukkan ke mana arah wc yang benar kepada ombi, secara waktu latihan pertama dulu opik pernah nyewa wc pemilik studio. ombi pun menuju arah yang ditunjukkan opik, sebelah lain dari rumah pemilik studio.

sementara aku masih juga memelototi para pemain band gondrong yang mungkin bukan anak sma, apalagi smp. sepertinya mereka anak-anak kuliahan. agaknya mereka sudah profesional sebagai tukang band. ini bisa dilihat dari alat musik yang mereka bawa sendiri. hm, yang bawa gitar listrik pasti gitarisnya.
" latihan, a ?" ups, si gitar listrik nanya ke aku. mungkin basa-basi. udah jelas kita datang ke studio latihan band. masa mau belanja? aku hanya mengangguk. ada juga yang bawa bass listrik. seorang yang pakai bandana di rambut gondrongnya bawa seperangkat alat sholat, eh bukan tapi seperangkat efek-efekan buat gitar. wah, jauh amat ama thinker, stik aja opik minjam dari heri. sementara aku cuma berbekal pick atau klaber uang gocapan. yang lainnya mah paling bawa semangat dan harapan tinggi kelak jadi tukang band yang terkenal.
" yu, ah duluan..." pamit si bandana pada 'ditingker' yang langsung menyahut 'mangga a...mangga a'. he he , kayak udah kenal aja. tapi bagi ditingker dipamitin gitu membanggakan juga. ya, setidaknya ada tukang band yang udah profesional yang menganggap mereka eksis.

setelah para rocker profesional berlalu. para rocker amatiranpun langsung masuk ruangan studio sumpek. yang dituju bukan kewajiban alat musik masing-masing, tapi pada berebutan menuju set drum. eka yang duluan duduk di kursi drummer langsung memukul-mukul apa saja dengan stik yang tersedia. sepasang pemukul yang sebenarnya gak layak disebut stik drum saking ancurnya. tapi eka cuek aja.
" salah... bukan gitu ka...!" opik yang paling bisa meskipun sebenarnya baru bisa ketukan dua satu dua mencela. sementara aku dan ugun udah di gitar dengan bas dan langsung mencocokkan nada. sementara eka gak peduli pada kritikan destruktif opik, tinggallah opik yang gusar banget karena udah pingin mraktekin dua satu dua yang kemarin dipelajarinya. ombi yang datang belakangan malah ikutan nongkrong dekat eka.
"tos, eka abdi heula nya pik...!" pintanya dengan sopan pada opik yang tambah bete. dasar para tukang band tidak berdedikasi, katanya pingin maju.
" E !" kata ugun padaku yang udah selesai menyetem gitar.
"dem ! dem ! dem !" aku memetik senar paling atas. ugun mengikuti sambil sesekali memutar pemutar senar bas E.
" A !" seru ugun lagi. maka akupun memetik senar kedua, dim..dim...dim...
sementara itu eka yang mulai bosen di drum meraih gitar ritem dan ikut mencocokkan nada. giliran ombi yang mukul-mukul drum. gak jauh dari eka malah tambah kacau.
" udah mbi...udah mbi...!" dengan tak sabar opik memelas.
" bentar, pik...! sahut ombi "dug dug tak dug dug dug dug dug cesss! nah udah...." sambung ombi setelah ropelan semampunya. lalu keluar dari set drum. bergabung dengan aku dan eka yang masih mencocokkan nada.
opik pun langsung mempraktekkan kemampuannya main drum, sekalian melepaskan kekesalan karena tadi dahului sobat-sobatnya. dengarlah pukulannya, dug dug dug ! Prang ! he he... udah dong pik, kan sama sama bayar....

lima menit kemudian gitar-gitar dan bas kelihatan udah oke untuk dimainkan.
" siap, ini teh ? " tanya ombi
" siap, siap !!" sahut yang lainnya.
pintu dalam studio terbuka, sebuah kepala nongol. kepala seorang bapak-bapak berkacamata baca tebal dengan logat agak jawa.
" berapa jam ?" tanyanya
" satu jam, pak !" jawabku. tak lama lampu hijau nyala. tanda hitungan mundur satu jam dimulai. ditingkerpun langsung memainkan lagu kebangsaannya, tak dug dug ces.....

never say good bye mulai bagus, don't cry dicoba masih gak kompak pas mau reff. ulangi lagi dari awal, kali ini vokalnya keteteran pas di reff tapi musik jalan terus. pas interlude aku belum bisa. berhenti begitu saja. never say goodbye lagi. don't cry lagi, ombi nyanyinya dengan gaya axl di video klip. 'tonight' nya dibuat se-axl mungkin. malah mirip orang nyanyi dangdut. anak-anakpun ketawa-ketawa. lagu don't cry itupun gagal total. never say goodbye lagi tapi nggak full, keburu bosan.

" pik, coba knockin on heavens door, apal ?" pintaku pada opik. opik mengangguk, pikirnya ah... drum mah cuma ngikuti aja.
" bisa, mbi ?" aku nanya ke ombi yang dijawab dengan gelengan kepala, kemarin dia memang cuma fokus ke don't cry. " eh, kita coba aja, yan..!" ujar ombi. maka akupun memberi instruksi chord-chordnya ke eka dan ugun.
"pas lagu, G D Am, G D C...." jelasku. eka dan ugun menggenjreng chord yang dimaksud.
" nah gitu...., pas reff G D C aja....! lanjutku. eka dan ugun kembali mengikuti instruksiku.
"siap....!" akupun langsung memainkan intro knockin disusul opik dengan dug tak dug tak dug jes nya. masuk bas dan ritem menimpali. rame deh... masuk vokal aku ngebantu ombi nyanyi sementara teks lagu dari sampul kaset GNR use your ilussion II punya ugun yang sekarang lecek abis dipegang ombi.lumayan, dimainkan tanpa briefing langsung agak kompak. lagunya sederhana sih. nambah lagi deh rencana lagu buat ditingker. paling nanti bagianku ngulik bagian melodinya.

beres knockin kembali lagi ke neversay goodbye dengan khusyu. don't cry dengan vokalisnya rame-rame sambil ngebantu ombi yang mulai serak, mungkin itulah don't cry versi koor yang pernah ada. pas, mau mainin knockin lagi keburu lampu merah.
" satu lagu lagi euy...." seru opik ngingetin. maka, tak dug dug...

.......never say goodbye yeah.... you and me and my old friends, hoping it would never end......


**

belakangan kami tahu bahwa pemilik rentalan musik di kondangrege dalam itu bernama pak tulus. ya, yang kepalanya tempo hari nongol dan nanya berapa jam kita mau latihan. itu diketahui dari opik yang dia juga mendapatkan informasi itu dari heri. heri sendiri sudah sering latihan di pak tulus bersama band lingkungan tempat tinggalnya. sementara taher sendiri selain ngeband bareng heri juga punya grup tersendiri. jadi sebenarnya mereka masing-masing udah punya pengalaman ngeband dan manggung yang banyak.

beda dengan 'ditingker' yang serba baru. belajar gitar baru, denger lagu-lagu band baru, beli kaset rock juga baru-baru. sementara para personilnya gak punya alat musik band. paling juga masing-masing punya suling di rumahnya. itupun dikarenakan di kelas guru musiknya cuma mengajarkan itu. dan dengan suling ini anak-anak cuma jago menanyikan ' ibu kita kartini' dengan air ludah terkumpul di dalam seruling saking semangatnya. tapi gak apa-apa, itupun menurut bu guru udah cukup. habis, ibu gurunya sendiripun cuma bisa teorinya.

sementara heri semenjak kelas satu udah belajar ngegebuk drum. taher malahan sejak sd udah jago main gitar. aku kenal pasti sama taher because dia adalah teman sd. enam tahun, bo kita sekelas. dia anak yang lumayan pintar. dengan aku saling berkejaran ranking kelas. dari kelas 1 hingga kelas 4 selalu rangking 1 sementara aku rangking 2. pas di kelas 4 sampai 6 aku dan dia selalu tukar posisi antara rangkin 1 dan 2.

ketika kelas 4 taher juga ikutan dokter kecil bersama teman lainnya. masih inget, kan? jaman-jaman itu masih ada program yang dokter-dokter kecil gitu bagi para siswa sd. dari tiap kelas 4 sd diambil sekitar 5 orang untuk dilatih jadi dokter-dokteran. aku yang sebenarnya berhak ikut pelatihan dokter kecil karena termasuk golongan ranking malah gak ikut dengan suatu alasan. jadinya anak-anak lainnya yang ikut. mereka adalah ricky rikwanto, dewi jedingstun, leni, dan asep rosad.

lengkaplah sudah curikulun viti taher dengan diikutkannya dia pada program siswa teladan tingkat sd yang diadakan dakdikduk (baca : departemen pendidikan dan kebudayaan) kabupaten. salah satu syarat untuk bisa jadi siswa teladan adalah harus bisa alat musik. nah, taher cocok di bidang ini. diam-diam dia ternyata pandai memainkan si enam senar. dengan bantuan pak rahmat diapun berlaga di komba antar sekolah mewakili kelas kami. konon, di lomba itu dia dapat juara kesekian di kabupaten.

" gimana latihannya kemarin, yan ?" tanya taher saat bareng denganku mengacak-ngacak gehu bala bala cireng di warung ibunya Ncus yang sedang ramai-ramainya setiap jam istirahat seperti ini.
" lumayanlah... nambah satu lagu ..." jawabku sambil meraih satu gehu yang masih anget.
" lagu apa ?" tanya taher lagi sembari memasukkan cireng pilihannya ke dalam sambel cair pedes.
" GNR, don't cry... tapi melodinya belum bisa...!" jawabku. gehunya, panas keneh uy.
" ah, babari....!" seperti biasa sang suhu cuma berujar demikian.
" ajarin, ya...!" pintaku.
" bisa..." jawabnya. " aku ke si heri dulu, ya....!" lanjutnya
" iya " akupun bergabung bersama teman sekelasku lainnya yang lagi pada jongkok di pinggir lapang basket memandangi anak-anak kelas lain yang sedang sut-sutan basket.

sama sepertiku ada juga teman-temanku yang sedang menikmati gehu atau cireng atau bala-bala. itu memang makanan khas kami siswa smp 1 di saat istirahat belajar. tidak seperti di kantin-kantin sekolah kota besar yang biasanya dikonsep kayak restoran, yang ada mejanya, ada kursinya, ada jejeranbotol-botol saus dan kecap dan berbagai minuman ringan, maka di sekolahku cukup dengan goreng-gorengan, es teh manis dalam plastik atau limun manis rasa kimia jeruk, lalu makannya cukup dengan nongkrong di pinggir lapang sambil menunggu bel masuk.

***

di basecamp lagi selepas isya. aku, opik dan ugun plus yoga baru saja menyelesaikan pr matematika. sementara eka dan ombi berhalangan karena ada keperluan keluarga. he he, tadinya di papan absen kita mau nulis 'nihil'. seperti biasa setelah belajar bareng dilanjutkan dengan ngobrol-ngobrol ringan sambil mendengarkan radio. acara request-request lagunya sebenarnya sudah selesai. tumben, hari ini gak ada satupun teman yang request lagu sambil kirim salam.

" duluan ah, ..." yoga akhirnya pamit. "mau bareng pik ?"
" nggak ah... mau gigitaran dulu...!" sahut opik. yogapun berlalu dengan sepada bmx kesayangannya.

" bikin lagu, yu..?" ajakku pada teman-temanku yang sekarang udah mulai nyantei.
" ayo..." ugun yang merespon. opik masih berkutat dengan gitar yang mulai digenjrang-genjreng di kunci A.
" ayo pik... A " kataku ke opik. opik dengan semangat menchord A. Jrenggg, masih fals dikit.
" E !" kata ugun iseng. Opik berhenti, "... E, gimana Yan !"
aku menunjukkan senar-senar yang harus dipencet jari kaku opik. Jrengg.... lumayan.
" A gini. jreng.... E Gini jreng...!" opik tambah semanget. " bener, ya..?"
aku dan ugun mengangguk.
" cukup ah... udah apal dua konci...!" kata opik sambil menyerajkan gitar padaku.
akupun menggenjreng A dan E sambil bersenandung na na na na...
"lagu apa, yan ?" tanya ugun
" iya... ngarang aja..." jawabku asal
" aku bikin teksnya..." opik inisiatif.
kamipun membolak-balik chor A dan E serta sesekali D karena dirasa rada nyambung.

Suer, di antara kami gak ada yang paham teori musik, not balok, bar-baran dan yang lainnya. cuma mengandalkan feeling aja genjrang genjreng dan na na na na. awalnya iseng lalu berubah serius ketika merasa genjrang-genjreng ini jadi kerangka sebuah lagu yang setengah utuh, mudah diingat dan enak didengar. maka jadilah lagu pertama ditingker malam itu. musiknya by ditingker dan liriknya by opik dan ditingker juga. sementara judul belum ditentukan. kira-kira liriknya begini :

kisah sedih berakhir gembira, tak selalu kita dapatkan.
kisah gembira berakhir sedih, itu yang selalu terjadi
tak selamanya.... tak seterusnya....

kisah sedih berakhir sedih, itu saja yang selalu ada
kisah gembira berakhir gembira, tiada pernah kita rasakan
tek selamanya.... tak seterusnya....

bagaimana? cukup ancur kan....? maklumlah, namanya juga lagi belajar.

setelah dirasa puas dengan lagu karangan yang setengah jadi, 'ditingker 'pun bubar pulang ke rumah masing-masing. udah hampir jam 10 bulanpun nampaknya mulai kedinginan.

Tidak ada komentar: