Jumat, 21 Agustus 2009

pintu 12, every nanang has its thorn



di sebuah siang yang panas saat orang-orang kebanyakan lelap dalam tidur siang. ombi, eka, dan aku masih berdiri di depan pintu pagar besi yang sedang terbuka sebuah rumah besar di sekitar jalan kabupaten. ragu-ragu menyergap kami untuk sekedar memencet bel atau bilang permisi saja. kami bertiga masih memakai seragam biru putih yang udah lecek dan kemejanya dikeluarkan. aku dan eka bersepatu. sementara ombi, nyeker....

" ka, kamu dong yang duluan masuk....!" kata ombi setelah berlama-lama menunggu.
" gak mau !...kamu aja duluan...kan kamu yang butuh ...!" tukas eka. enak aja, ombi yang butuh kok saya yang jadi umpan.
" malu, ka... masa nyeker gini....!" ujar ombi
" iya ka... lagian kamu kan udah akrab sama dia, sejak kelas dua...." kataku mencoba membela ombi.
" apaan sih...?" eka masih tetap bertahan, " aku cuma nunjukin doang,... selanjutnya terserah kamu, mbi!"
" atuh ka.... malu nih, katanya dia juga kan suka ke kamu...." ombi kembali memelas.
" gak tahu ah, kalau soal itu.... " sahut eka sambil berbalik dan pura-pura lihat-lihat jalanan sekitar yang biasanya juga sepi. sempat juga melihat-lihat ke arah mesjid agung yang tak jauh dari situ.
akhirnya,...
" ayo mbi, masa malu sih... kita kan bukan mau maling. " ajakku. aku masuk pelan-pelan ke pintu pagar besi yang setengah terbuka itu. ombi mengikuti dari belakang. eka yang melihat dua sobatnya mulai berani masuk juga mengikuti dengan menjaga jarak tertentu. he he kayak spy aja lagaknya.
" assalamualikum.... punten....!" aku dan ombi bergantian mengucap salam. sekali belum ada respon dari empunya rumah. mungkin yang di dalam sedang di dapur atau sedang tidur. ah, belum tiga kali juga. lanjut, mbi..... kembali kami 'uluk salam'. sekarang lebih keras dari tadi.

kami melihat seseorang mengintip dari gordeng. unkown. kami gak jelas siapa dia dan kayaknya dia juga gak kenal siapa kami. cuma saling menyelidiki tapi gak ada aksi. ah, kesempatan terakhir, kamipun mengucap salam lagi. kali ini lebih keras dan lebih panjang. kalau dalam ngaji mah istilahnya mad. dan mad yang kami gunakan adalah mad yang lebih dari tujuh harkat. kebayangkan panjangnya.

seseorang perempuan seukuran mbak-mbak keluar dari pintu samping rumah. nah, ternyata mbak-mbak yang tadi ngintip. kami berucap syukur dalam hati, tidak sia-sia segala mad kami lafalkan dalam salam tadi.
" mau ketemu siapa ya...?" tanya si mbak dengan sedikit logat jowo.
" rina-nya ada, mbak...?" ombi yang jawab. disopan-sopanin.
" adik ini siapa? temennya ya?..." tanya si mbak lagi.
" iya...temen sekelasnya..." jawab ombi dan aku bareng.
" oh... tunggu sebentar ya. ayo silahkan duduk...!" sahut si mbak sembari menyilakan kami duduk di kursi rotan yang tersedia di teras rumah.
" makasih, mbak..." jawab kami. eka yang dari tadi cuma berdiri dari kejauhan menghampiri. dan langsung aja duduk di kursi yang tersedia dengan innocennya. he he kelakuan khas anak remaja smp di masa puber emang kayak gini. biasanya kalau mau main ke rumah teman cewek. datangnya rombongan. dan seseorang yang paling berkepentingan biasanya selalu merasa istimewa. yang lain disuruh maju duluan. pas jalan udah terbuka lebar baru deh memainkan peran dan merasa paling berjasa. ya, kayak cep eka ini. meskipun kali ini kasusnya agak beda.
" hei...." tiba-tiba sesosok cewek berpakaian jins dan tshirt ramah menyapa kami. sosok teman sekelas kami.
" hei juga, rin....! maaf, mau ganggu sebentar...!" kataku dengan agak malu-malu.
rina, teman sekelas kami itu langsung duduk di kursi yang masih kosong.
" iya ada apa? belum pada pulang, ya...?" tanya rina mengamati temannya satu-persatu. kucel amat temen-temen gue, pikirnya.
" ya... belum pada pulang. abis latihan band. ngg... ini nih, ombi ada perlu ..." jelasku langsung aja menyerahkan urusan pada ombi.
" ada perlu apa..mbi ?" tanya rina. sesekali matanya melirik ke eka yang sedang pura-pura melihat bunga-bunga di pot. aduuhh euy..., witt wiiiw....!
" maaf sebelumnya maaf ya rin.... saya mau minjam.... sendal.... boleh nggak?" kata ombi sambil malu-malu macan.
" ha, sendal?" rina malah balik nanya sembari heran.
" iya... sepatu saya hilang. di masjid agung...." jawab ombi. o la la... ternyata ombi nyeker gara-gara itu. hal yang gak aneh, di tempat sesuci masjidpun kriminalitas kecil-kecilan bisa saja berlangsung. seperti yang menimpa vokalis ditingker ini.
" iya rin... tadi abis latihan band kita sholat dhuhur dulu di masjid agung. eh, sepatu ombi malah ada yang nyuri. mana sepatunya masih baru...!" jelasku. Rina cuma bisa tersenyum dikulum. pikirnya, ke mana lagi minta bantuan. kan gue yang paling deket masjid agung. pingin ketawa juga dengan tragedi teman sekelasnya ini. tapi ditahan aja takut dituduh meledek.
" ada sih.... tapi sandal jepit gak apa-apa...!" ujar Rina akhirnya.
" gak apa-apa... buat pulang doang, kok... besok di kelas di balikin !" sahut ombi kegirangan. lumayanlah, daripada pulang nyeker.
" tunggu atuh sebentar " kata rina sambil berdiri dan masuk lagi ke dalam rumah.
alhamdulillah. bisa pulang juga deh mbi.... nanti-nanti mah kalau ke mesjid sepatunya dikantongin aja ya biar gak hilang.
tak lama Rina udah keluar lagi sambil menenteng sepasang sendal jepit warna hijau. sepasang sendal jepit yang masih baru karena mungkin jarang dipakai oleh pemiliknya. atau sendal jepit yang biasa dipakai khusus di dalam rumah saja.
" ada juga yang ini..... gak apa-apa?" kata Rina sambil meletakkan sandal jepit itu di lantai.
" nggak apa-apa rin... cukup cukup..." tukas ombi dan langsung mencobanya. agak kegedean dikit, sih. tapi gak apa-apa.
" orang rumah pada kemana, rin..." tanya ombi basa-basi setelah merasa akrab dengan sendal jepit pinjaman.
" ibu ada, sedang istirahat... kalau bapak pulangnya sekitar jam empatan..." jawab rina santai.
" eh, mbak-mbak yang tadi siapa rin. pembantu ya ?" tanyaku iseng.
Rina tersenyum sambil mengangguk.
" he he... kata ombi salam, tuh..." tambah kumat isengku
" apaan..! nggak ketang rin....kamu kali..." ombi protes berat.
Rina cuma tertawa. tawa yang suatu saat menurut eka mirip artis ita purnamasari. ah, iya gitu?
" eka, kenapa diam aja..." tanya rina pada eka yang sedari tadi emang manyun aja.
" nggak apa-apa. cuma lagi mikir dikit. eh, boleh nanya nggak?" tukas eka
" nanya apa...?"
" kalau di sini pakai sumur, jet pam, atau ledeng....?" tanya eka serius penuh.
" maksudnya ?.... ya, ampun... kalian belum dikasih minum ya.... maaf, lupa...!" seru rina baru ngeh. langsung aja rina berdiri dan masuk lagi ke rumah.
eka cuma terkekeh ringan. aku dan ombi memelototinya sembari, " malu-maluin...!"

rina nongol lagi dengan tiga buah gelas berisi air berwarna kuning keoranyean di atas baki alumunium. pasti orson. bukan ah, es jeruk. atau markisa...? markisa haqque!
" sok... diminum dulu....!" tawar rina di antara senyam-senyum ita-nya.
" wah, gak enak nih... jadi ngerepotin....."kata kami pura-pura menyayangkan. padahal seneng dari tadi kehausan sehabis jalan kaki dari kondangrege ke alun-alun.
" enggak kok... kebetulan aja lagi ada...." jawab rina ringan.
" makasih atuh...." sahut kami dan langsung aja mengambil gelas minuman begitu ditaruh di atas meja. regot....regot....leguk. sekejap tiga gelas berisi minuman yang tenyata air jeruk udah hampir habis. rina senang aja melihat kawan-kawannya begitu bersemangat. ya, kapan lagi nyenengin teman. apalagi ini ada ekanya, ya rin.

tiba-tiba saja kami teringat ugun dan opik yang lagi nungguin tas-tas kami di beranda masjid agung. ah, malang nian kalian. " rin, bisa minta dua lagi...dibungkus aja pake plastik. buat ugun dan opik yang lagi nunggu di masjid...."
ombi !! malu-maluin !
rina cuma bengong. emang lagi jualan?

**

nanang sableng lagi. kemana-mana sekarang dia bawa spidol besar merah yang susah dihapus. dan di mana-mana pula dia menulis 'poison, okey poison !. di atas mejanya ada tulisan itu. di kantongnya yang udah lecek juga ada. di whiteboard yang di depan kantor tata usaha juga. di lembar belakang buku tulisnya jangan ditanya lagi. terakhir, nanang menulis slogannya di lantai lapang basket. bahkan saking udah teracuninya nanang dengan poison dia menuliskannya di bagian belakang bawah kemeja sekolahnya dengan spidol warna merah dan hitam. berani banget uy...., tapi keren juga. kreatif. biasanya kan gambar-gambar sablon baju ada di depan atau di punggung. tiap pulang sekolah atau pas gak ada guru, baju seragamnya dikeluarin. tujuannya jelas, mamerin 'poison' nya itu.

suatu ketika aku penasaran juga dengan kepoisonan nanang yang udah mendarah daging itu. di suatu jam pelajaran kosong aku nyempatin ngobrol sama nanang. (eh, emang ada gitu pelajaran kosong? biasanya kan pelajaran bahasa indonesia, matematika, fisika, dll, dst, dsb...). maksudnya, jam pelajaran di mana gurunya berhalangan ngajar. bisa karena ada keperluan, bisa juga karena emang gurunya malas aja. atau gabungan keduanya.
" nang, tahu lagu unskiny bop?" tanyaku ngetes, setelah dirasa aman gak ada teman lain di bangku nanang.
" nggak... lagu siapa...? " sahut nanang cuek di sela kegiatan corat-coretnya di buku tulis. itu buku udah keriting aja. mengalahkan galingnya opik. habis, kadang-kadang nanang jarang bawa tas. jadi dia nyelipin begitu aja bukunya di dalam celana. kan jadi gak rapi. untungnya selama ini anak-anak cewek jarang merhatiin. kalau tahu, mungkin nanang gak bakal dikasih contekan pr matematika. sementara pulpen dimasukkan saku dan sering hilang atau tintanya mengotori seragamnya yang udah gak putih lagi itu.

" kalo bret michel, apal gak..? " tanyaku lagi, semakin penasaran.
" teuing atuh... kalo michael jackson tahu..." jawabnya, semakin gak konek.
" hm... grup metal poison mah tahu ?"
" tahu dong... poison, okey poison ! itu mah idola !" seru nanang
" lagunya yang gimana, nang ?" tukasku
" nngg... yang itu... pokoknya mah, poison okey poison...!"

ampunnnn deh... nang ! gue nyerah, lo emang beracun.
" mari, nang...ka warung dulu, udah bel istirahat..."
aku tinggalkan nanang dengan keasyikannya. beu, ternyata nanang emang poison mania. harus hati-hati, every nanang has its thorn.....


**

sebenarnya ide tulisan di belakang bawah baju seragam bukan murni ide nanang. dia juga cuma ikut-ikutan. emang, jaman itu nulis grup metal di belakang bawah baju seragam lagi ngetren karena di sekolah maupun di kelas gak akan diomelin guru. kan bajunya dimasukkan ke dalam celana. jadi rapi-rapi aja. nah pas bubaran sekolah barulah fashion show.

akupun ikut-ikutan. kalo nanang tulisan 'poison' meskipun gak ngerti lagunya, maka aku dengan tulisan 'white lion'. yang bikin adalah rahmat, teman kakak sepupuku itu. itu lho, yang minjamin gitar ke rumah. nah udah pada inget kan. ia juga ternyata jago gambar. maka nangkringlah tulisan whitelion, band yang nyanyiin yur ol ai nid, di seragamku bagian belakang bawah. gak apa-apa ngorbanin satu baju seragam. sing penting keren. yang lain juga ikut-ikutan. di seragam eka ada tulisan extreme dengan spidol merah.itu aku yang bikin karena agak mudah. ditambahkannya pula tulisan ' feat. more than words'. he he kayak iklan kaset aja. ijo malah lebih gagah dengan tulisan metallica. secara, ijo emang lagi belajar intro 'seek and destroy' bersama anak-anak kanssas. meskipun baru bisa intro, ijo cukup bangga. padahal dia belum apal chord gitar.pendeknya hampir setiap anak lelaki di kelas memiliki baju bertuliskan grup metal dengan huruf khasnya. dan rame-rame pas pulang sekolah dipamerin dengan cara mengeluarkannya dari celana.

termasuk ombi. yang baru belakangan nyadar dengan tren gak penting ini.
"yan,... sini !" katanya padaku yang lagi santai di kelas menjelang menjelang bel istirahat. sementara itu anak-anak lain udah pada jajan ke warung. mumpung jam kosong kata mereka. azas manfaat pisan nya.
" apa mbi...eh, sendal si rina udah dibalikin?" tanyaku ngingetin. kemarin udah janji.
" ada nih di kantong..." sahut ombi." yan, tuliskan yang kayak anak-anak itu....!"
" metal-metalan?" tanyaku
" iya...sok siniin bajunya...."
" ini, baju yang ini..." ombi menyerahkan seragam putihnya yang masih dibungkus keresek. busyet, niat amat.
"apa tulisannya?"
" the thinker !"
aku mengangguk-angguk. dasar narsis, tapi aku juga setuju habis. hitung-hitung promosi. siapa tahu ada yang mau ngondang kita ngeband. meskipun baru hapal tiga lagu.
" mbi, kasihkan sendalnya sekarang... mumpung lagi nyantei...." aku gak enak juga. soalnya kemarin sudah janji. siapa tahu sendalnya mau dipakai. orang sekaya rina? sendalnya cuma satu? gak punya sendal yang lebih baik lagi? iya? ...eh bukan gitu, ini mah about janji. janji harus ditepati. makanya...

" mana rinanya?" tanya ombi celingak-celinguk.
" di luar, kali!" jawabku pendek.

ombipun keluar kelas dengan sepasang sendal jepit dalam bungkusan keresek. sementara aku asyik berkarya di seragam ombi. ah, pakai dua warna aja biar tambah bagus.
" nang, pinjem spidol merah....!" pintaku ke nanang yang sedang di kelas juga. nanang menyerahkan senjata andalannya itu. dia sendiri lalu pergi entah ke mana. akupun asyik menulis the thinker, diukir-ukir hingga detil. bagus juga, gue gitu... lhoks !
tiba-tiba ombi datang.
" udah, mbi...?"
" wah, malu aku.... "
" kenapa ?"
" pas nyerahin sendal lagi banyak anak-anak....diketawain...si rina juga malu!" kata ombi cengengesan. ha ha akupun ketawa membayangkan hal itu.
" udah, simpan aja di bangkunya...." kataku. ombi nurut aja.
" iya.... nih udah beres ! gimana? keren?" tanyaku
" bagus..bagus... pakai ah...!" seru ombi takjub. membuka baju putihnya dan memakai baju sekolah dengan tulisan 'metal' karyaku. baju yang tadi digulungnya begitu aja. lalu dimasukkan ke tas sekolahnya.
" hayu ah...ke warung... lapar !" ajakku. aku dan ombipun melangkah menuju warung ibu ncus. sempat berpapasan dengan nanang yang masuk kelas.
" nang, spidol di atas mejaku. makasih !" teriakku
" sip !!" sahut nanang.

***

bel pulang udah dari tadi. km ijo baru saja selesai memimpin doa pulang. anak-anak 3A satu persatu pulang dengan tertib. pak bakti, guru elektro udah keluar duluan. seperti biasa dengan bangga baju sekolah pada dikeluarlan. terutama ombi, pendatang baru. it's show time. here we come "the thinker". aku mengedipkan mata ke ombi. ombi membalas dan menuju pintu keluar bak peragawan kelas tinggi. langkahnya berayun-ayun.
" ombi....!!" sebuah teriakan menghentikan langkahnya. ombi menoleh. rina yang tadi berseru. ada sofi dan juga novi di sana. lagi ketawa-ketawa gak jelas.
" sini dulu...." rina meminta ombi ke bangkunya.
ombi balik badan. saatnya memamerkan 'the thinker' pikirnya.
" ada apa rin? eh ada sofi sama novi juga...."
" kenapa sendal jepit rina dicorat-coret....!" seru rina to the point
" dicorat-coret. nggak, ah...." jawab ombi.
" ini buktinya...." rina mengeluarkan bungkusan keresek dari laci mejanya.. dikeluarkannya sepasang sendal jepit yang udah penuh coretan grafiti gak jelas." eh... kenapa begini...?" kata ombi diantara heran dan pingin ketawa.
" meni iseng.... " ujar rina kesel. pikirnya, udah ditolongin malah ngelunjak.
" bukan kerjaan saya, ini mah...!"
" bohong, siapa dong?"
" sini lihat apa tulisannya...." ombi mengamat-amati tulisan pada sepasang sendal jepit milik rina. diamati dan sekali lagi diamati. tulisan gak jelas, mungkin maksudnya seni, dengan spidol merah. ini kaligrafi atau apa....tanyanya dalam hati.
" siapa, mbi?" tanya sofi penasaran. " bentar...." sahut ombi. lalu....
" oh... ini mah pasti kerjaan si nanang..." jawab ombi girang. " lihat aja tulisannya,...." lanjutnya
" emang apa?"
" poison, okey poison !... tuh, poison okey poison....!" kata ombi sambil menunjukkan tulisan pada sendal jepit rina. ombi pun berlalu di hadapan tiga teman ceweknya itu sambil memaerkan ' the thinker' nya dengan penuh kemenangan.

iya siapa lagi, atuh rin ? sofi, novi, dan rina cuma bengong dan saling berpandangan. asli, mereka nggak negrti dan nggak bakalan ngerti. dunia nanang emang hanya dunia anak lelaki. tapi ombi sudah tahu pasti. jangankan sendal jepit, rin. lapang basket aja bermerk dia.... ah every nanang memang has it's thorn.....

Tidak ada komentar: