Selasa, 28 Juli 2009

pintu dua, briefing in basecamp




setelah hari proklamasi band baru itu aku semakin semangat saja. biasanya, sebelum jam pelajaran mulai kami diskusi kecil-kecilan dulu tentang kans band ditingker ini. dalam jangka waktu dekat kita akan manggung di acara perpisahan yang terhitung masih di atas enam bulanan lagi. wah, deg-degannya udah kerasa dari sekarang. he he padahal belum latihan, belum apa-apa.
" udah ngasih tahu ke si taher?" tanyaku sedikit berbisik pada opik di sela-sela pelajaran olah raga yang saat itu masih senam-senam pemanasan dengan komando guru olahraga.
" udah, dia mau ngebantu kita kalau latihan...." sahut opik sambil mata tetap konsentrasi pada gerakan senam guru OR.
" latihannya di mana? " tanyaku lagi gak sabar.
" di daerah kondangrege..."
" berapa bayarnya ?" eka yang posisinya di belakang opik ikut nimbrung.
" gak tahu....tapi katanya tempatnya enak..." jawab opik. sekarang gerakan senamnya udah pada gerakan kombinasi yang naik turun itu.

asyik.... bikin band ternyata mengasyikkan. atau tepatnya bikin geng ini mengasyikkan. ada semacam ikatan antara satu sama lain. memang dengan teman sekelas kita saling terikat juga, tapi dengan kelompok yang lebih kecil seperti ini lebih menyenangkan. apalagi untuk sementara kita merahasiakan diri dulu. belum go publik bahwa 'the first band in class' udah lahir. jadinya kita ngomong bisik-bisik atau pake isyarat. bahkan untuk latihanpun kita punya sandi tersendiri. pinginnya anak-anak lain di kelas tahunya kita udah ..jreng... manggung.

karena itu sepulang sekolah, saat yang lain sudah pada keluar kelas the thinker masih duduk-duduk saja di bangku masing-masing. santai-santai setelah pelajaran matematika.
" kan, perpisahan... kita akan memainkan 'never say goodbye'" kataku para personil the thinker lainnya.
" bon jovi ?" tanya opik
" iya, momennya tepat... lagunya cocok. tentang perpisahan.." jelasku meyakinkan. padahal mah sok tahu aja. lagunya juga baru dengar beberapa kali. sementara liriknya juga tidak tahu bercerita tentang apa. cuma judulnya menurutku cukup keren untuk sebuah momen akhir sekolah.

" iyalah... gak apa-apa... siapa yang punya kasetnya? aku pinjam...biar kupelajari ketukan drumnya..." ujar opik

ternyata dari semua gak ada satupun yang punya album slippery when wet-nya bon jovi. lagi-lagi...
"gak apa.. nanti kita pinjem ke si taher..." kata opik " semoga dia punya..."
" nanti kumpul di basecamp, ya..." ajakku pada semua.
" jam berapa? " tanya eka.
" biasa aja" jawabku. biasa berarti sekitar jam empatan sore.
the thinkerpun membubarkan diri dari kelas. bukannnya bubar seperti band-band yang udah sukses atau baru setengah sukses itu (atau yang belum sempat sukses juga). lha wong, bandnya aja baru didirikan he he...

**

" si taher gak punya kasetnya...." opik setengah menyesal membuka pembicaraan. di basecamp hanya ada aku, ugun, dan dia. eka yang rumahnya agak jauh dari tempat tinggalku belum datang. dia emang terbiasa telat. yang namanya basecamp adalah sebuah ruang baca di taman bacaan pamanku yang dikelola aku sama nenekku. biasanya setelah mengerjakan pr bareng anak-anak baca-baca buku komik atau novel atau majalah yang ada di ruangan itu. aku sendiri sepulang sekolah kalau gak ada acara (duh, kayak seleb aja 'acara') suka bantuin nenek menunggu taman bacaan yang menyewakan bermacam novel dan komik. sebagai gambaran taman bacaan yang kami kelola pada waktu itu menyewakan secara lengkap semua seri khopinghoo, novel-novel roman picisan, komik lokal dari berbagai pengarang baik cerita fantasi ataupun silat macam djair, ganes th, adhi, hasmi, wid ns, nono gm dan sebagainya.

" jadi gimana dong, kalau gak ada kasetnya?" aku bingung sendiri. he he aku yang mengusulkan, aku yang kelabakan. lagi-lagi....
" katanya si taher sama heri ngebantu gimana melodinya juga cara dramnya..." jawab opik. " katanya mudah..."
"ya udah, ini teks lagunya udah dapat..." kataku sambil menyodorkan selembar kertas bertuliskan teks lagu never say goodbye. tadi waktu beres-beres meja belajar nemu buku lagu (jaman itu, mereka yang katanya kreatif dan hobi nyanyi suka 'niat' nulis lirik lagu di buku tulis bergaris atau perca-perca kertas yang dibikin buku, dan aku secara tidak sengaja juga suka nulis-nulis teks lagu di buku tulis). dan di dalamnya ada teks lagunya bon jovi tadi.

gitar yang sejak tadi dianggurin (maksudnya didiamkan..) diraih opik.
" kunci A itu gimana yan...?" tanyanya.
aku menjelaskan sambil membetulkan letak jari opik di senar. tapi, ya Allah, itu jarinya keras amat. susah banget meletakkannya di tempat yang benar. kayak memegang kayu aja...
" lemesin dong jarinya..." printahku jengkel
" iya,.. gini.." sahut opik dengan wajah innocent. ugun udah cengar-cengir aja ngelihat kelakuan opik.
" ah, hese pisan...." kesabaranku habis juga, dan meninggalkan opik dengan gitar bolongnya. lupa, mereka belum dikasih air minum. aku bergegas ke dapur. sebotol air kulkas dan sebuah gelas. sajian khas buat ngejamu teman sekelas. iya, kan.

" gimana gun, kunci A itu ?" opik masih tetap semangat belajar kunci A.

giliran ugun, yang sebenernya juga baru belajar gitar, gantian ngajar opik dengan susah payah. untunglah karakter ugun kalem. jadi dia bisa sabar meletakkan jari-jari concorang opik yang kakunya minta ampun itu.

saat aku kembali ke ruang baca, opik baru saja berhasil meletakkan jari-jarinya di gagang senar dengan baik. jreng..... dia menggenjreng gitar sekenanya. masih fals.

" fals tuh, nggak bener grip-nya...!" komentarku. " atau neken senarnya kurang keras..."
"sakit..uy...udahan ah...!" sahut opik sambil meletakkan gitarnya begitu saja di meja yang ada di depannya. " besok belajar kunci B, ya gun...!" lanjutnya.
" yan, kunci B, gimana ?" ugun malah kebingungan. maklum sama seperti aku, dia juga baru belajar nada dasar C. kunci-kunci yang mudah dulu. sementara kunci B menurutku yang baru belajar rada susah.

aku mengambil gitar bolong yang dari fisiknya kelihatan udah cukup uzur. sebuah model gitar akustik klasik dengan batang leher cukup lebar. fret-fretnya udah mulai gak rata. untungnya, suaranya masih nyaring karena lubang suaranya cukup besar. senar-senar dari nilon merentang tegang. tidak dari kawat seperti lazimnya. kata rahmat, biar kita mudah belajarnya dan tangan tidak terlalu sakit. bagi aku yang baru belajar main gitar tetep aja sakit. ujung-ujung jariku mulai mengeras karena keseringan latihan kunci-kunci. kata rahmat, semua yang awal-awal main gitar pasti begitu. dan karena ingin bisa maka aku pasrah aja. tapi asyik. apalagi kalau ada lagu baru yang dipelajari.

" ini kunci B, gun !" tunjukku sembari memperlihatkan pada ugun. cara belajarnya emang gitu. belajar by lagu dan by nanya. jadi dikasih dulu coretan lagu beserta lirik dan gambar kuncinya. itu dulu kunci-kunci yang dipelajari sampe hapal. juga kalau nanya, macam opik tadi.

ugun memperhatikan. mengingat-ngingat. lantas menggambarkan kunci itu di halaman belakang bukunya tulisnya, entah di catatan pelajaran apa. nambah lagi nih ilmunya, pikirnya dalam hati.

ugun, yang teman sekelas denganku sejak di tk adalah juga tetanggaku. rumahnya cuma terhalang tiga rumah dariku. jadi cukup kompak dengan aku. kini sekelas pula di kelas tiga smp. udah jadi solmet aja nih anak. sebenarnya solmetku yang sejak sd ada lagi. namanya riki. berhubung pas smp beda sekolah, kita jarang-jarang lagi berhubungan dengannya. apalagi pas keluarganya pindah dari pasundan ke paseban. secara jaman itu hp belum tren. telepon rumahan saja masih sedikit. di rumahku juga waktu itu belum ada telpon rumahan. masih inget, jaman dulu kami nitip ikut nomor telpon rumah tetangga dengan pesan, " tetangganya baik kok, pasti disampein, ..." he he... kejamanan kan ?

balik lagi ke the thinker yang udah bulukan nunggu eka. sambil nunggu sambil genjrang-genjreng. aku baru apal dua lagu. sendirinya "may" sama unchained melody. ugun juga sama. opik yang nyanyi-nyanyi gak karuan. kakinya berlagak menginjak pedal big-drum. tangan kanan berpantomim memukul hihat, sementara tangan kiri bergaya memukul snar dram. sesekali dengan seenaknya dia bikin gerakan roffle yang berakhir di kepala ugun yang dianggapnya simbal !

sendiri... uncahined melody.... sendiri lagi... unchained melody lagi. giliran ugun. sendiri dengan dipetik basnya aja.... unchained melody lagi basnya doang.... sendiri lagi basnya doa.... unchained lagi basnya doang. ajaibnya, kita gak bosan. sementara roffle opik makin gak jelas. tas gendongnya udah jadi snar dram. pulpen jadi stik. dan kepalaku yang mulai jadi simbal. aku gak protes malah ketawa-ketawa aja. senang juga ngumpul-ngumpul kayak gini dalam rangka main band. padahal besoknya ada ulangan fisika pak jamhari. ah cuek aja.

**

akhirnya eka datang setengah jam kemudian. dianterin bapaknya pake carry. sementara band ' sendiri plus unchained melody' udah break sepuluh menitan lampau. dipikir-pikir bosen oge... euweuh kamajuan. laguna eta-deui eta deui.

"sorry..sorry, rada telat... tadi di rumah ada urusan...!" kata eka langsung minta maaf.
" gak apa-apa, kok...!" jawab kami kompak. padahal udah gondok ditanam lebih dari sejam. sementara muka kami senyum lebar pada bapak eka. bapak ekapun pamit seraya mengingatkan eka bahwa nanti akan dijemput lagi. kalau gak ada bapak eka pasti udah kena ledek abis tuh cep eka.

sementara eka dengan cueknya langsung meraih gitar. mengenjreng-genjreng dikit.
" yan, lagu bonjovi teh ada ?" katanya di sela main gitar.
" gak ada, baru teksnya aja..." jawabku datar
" lagunya teh yang gimana...? tanyanya lagi

aku mengambil kertas berisikan teks neversay goodbye. " es ai sit in dis semoki rum....' yang kayak gitu " jelasku sambil menyanyikan sebaris lagu bon jovi. eka ngangguk-ngangguk aja. nggak tahu mengertieun apa engga.

aku sendiri bener-bener merasa bahagia saat itu. gila, kita anak band gitu lho. meskipun belum pernah latihan di studio, apalagi manggung. awas the thinker akan menggetarkan jagat musik smpn 1. he he sesumbar kita sesuai relitas aja ya. smpn 1 terlalu gede kali, jagat musik kelas tiga A aja deh, malu sama taher.

malam itu kami dengan semangat menggebu berkhayal apa jadinya the thinker bila udah ngetop. paling tidak kalau beneran bisa manggung di perpisahan. pasti seru. padahal nyanyi di depan kelas aja kita pada malu-maluin. apalagi di panggung yang ditonton' berjuta-juta' pasang mata teman-teman sesekolah. ah, gimana nanti aja. ini mah ngeband. tapi kalau matematika, ka bu marni, harus 'nanti gimana?'

Tidak ada komentar: