Rabu, 29 Juli 2009

pintu 4, misteri lampu merah....




the thinker sedang terkesima, tepatnya terkagum-kagum melihat permainan gitar taher. intro 'sweet child o mine' GNR dimainkan taher dengan cara seperti mengetik di mesin ketik. konon, itulah yang dinamakan teknik 'typing'. salah satu seni memetik gitar yang katanya dipopulerkan oleh edi van halen. taher sendiri memainkannya begitu menikmati. sambil senyum-senyum sendirian. di sisi lain heri memainkan dram dan jodi pada bas.

opik kelihatan serius memperhatikan heri yang menggebuk dram penuh energi. asli, 'ditingker' yang baru sekali ini masuk studio musik seperti orang udik masuk kota besar. "oh, yang namanya drum itu kayak gini,ribet dan banyak yang harus dipukul... yang namanya bass bentuknya gini senarnya gede-gede....yang namanya gitar listrik itu ternyata gak bolong..." kira-kira begitulah yang ada di benak para calon pegawai band ini. mungkin cuma satu yang mereka kenal, yakni mikrofon yang suaranya sember dan tiangnya cukup memprihatinkan, gak bisa berdiri tegak. secara ombi sering adzan di masjidnya jadi dia cukup paham bahwa yang bulat panjang itu namanya mikrofon.

**

hari itu, for the first time the thinker nekad ingin merental studio musik. meskipun mereka belum kompak dan briefingnya belum banyak. kata opik, biar tahu dulu. biar mengenal medan dan nanti gak kuper lagi. kebetulan taher dan bandnya yang katanya dadakan bersedia mengantar 'ditingker' ke studio dan memberikan les privat ngeband secara gratisan. jadilah dengan malu malu mau 'ditingker' berangkat ke studio musik kondangrege selepas bubaran sekolah.

tanpa ganti baju tanpa ganti celana seragam biru puth dan belum pada shalat dhuhur mereka berbondong-bondong menunaikan tugas mulianya sebagai pejuang band masa depan.

"tahu kan kondang rege,... jalan barakatakyuda..." kata taher, tadi pagi waktu istirahat.
" tahu,... yang deket korem...!" sahut opik sok tahu.
" iya, nah nanti ditungguin di depan jalan kondangregenya... studionya mah jalan lagi ke dalam..." jelas taher." nati kita bareng dari sana..."
" kenapa gak bareng dari sini aja...?" tanyaku heran.
" soalna, urang mah rek mabal jam pelajaran terakhir sama si heri..." jawab taher enteng.
" oh.." anak-anak the thinker pada maklum.

**

karenanya sepulang sekolah, ditingker kasak-kusuk patungan uang buat rental mobil. kok mobil? sorry, maksudnya rental studio musik. semalam mereka briefing sebentar di basecamp pasundan. tapi bukan briefing yang genjrang-genjreng, cuma menyamakan persepsi. namanya juga baru ngeband yang namanya persamaan persepsi dan saling memotivasi dirasa perlu bagi mereka. salah satu kesimpulan dari briefing itu adalah bahwa untuk sewa studio bayarnya patungan, posisi personil dengan alat musiknya sesuai kesepakatan awal, dan kalau mau rental gak pulang ke rumah dulu.

lalu mereka menyusuri pengkolan, keluar masuk gang menuju kondangrege. maksudnya sih jalan alternatif biar cepet sampai di tujuan. tapi jadinya malah kacau karena nyasab melulu. aku dan opik sering beda paham arah mana yang benar. namun demikian kami menjalaninya dengan senang hati. namanya juga perjuangan awal, pastilah ada pengorbanan.

sebenarnya bisa aja naik angkutan kota yang menuju daerah kondangrege. cuma jalan bentar ke tempat angkot biasa mangkal dan kita akan dibawa sang supir ke tujuan. namun demi pengiritan, anak-anak ditingker rela berjalan kaki untuk ke kondangrege. lagian, kata opik juga deket. tapi man, jauh oge uy ari ti sakolaan mah.

akhirnya setelah berjalan, tersesat, berdebat, dan menahan lapar sampai juga kami di tujuan. dari jauh udah kelihatan taher dan heri lagi nongkrong di sebuah kios rokok pinggir jalan. alhamdulillah, jadi juga masuk studio. wah tambah deg degan. he he kayak mau menghadapi apa aja.

" udah lama, her..her...!" sapa opik. her..her di sini maksudnya bukan 'her' yang ulangan perbaikan itu. kan, yang satu taher, yang satu heri, tapi panggilannya sama her. makanya opik tadi menyapanya her her....
" nggak.. aku dari rumah heri dulu barusan" jawab taher. taher udah gak pake seragam lagi. ke bawah pake celana jins sedangkan ke atas pake kaos hitam bertuliskan nama salah satu band metal.
" hayu atuh,ke sebelah mana?" tanya opik sembari ngajak. bingung kan, ngajak tapi teuing kamana. parah, parah...
" tunggu bentar,... si jodi belum datang!" jawab taher.
" oh masih ada toh...." sahut kami
" iya ... jodi yang main bas, ngajarin ugun..." jelas heri kalem.
jodi yang dimaksud adalah anak kelas dua. aku mengenalnya sebagai teman dari sepupuku. gak nyangka juga, diam-diam jodi bisa main bas. heri yang kukenal juga baru kutahu bahwa dia seorang drummer. tahunya, dia cuma jago main basket. hebat..hebat.

tak lama seseorang turun dari angkot di hadapan kami. jodi. senum ramah dan menyapa kami satu persatu. jodi kelihatan malu-malu. secara dia itu adik kelas dan kami kakak kelas jadi masih wajar kalau agak canggung.

jodi memberikan bungkusan panjang pada heri. " stik !" jawabnya pendek ketika opik menanyakan.
"wah, aku gak bawa stik uy...!" seru opik khawatir
" emang punya kitu ?" tanyaku
" enggak !" jawabnya spontan.
xa xa xa... semua pada ketawa. dasar.

"nggak apa-apa, pake aja yang ini..." kata heri. " biasanya di tempat rental juga ada.." sambungnya.
" iya, asyik atuh..., nanti aku juga mau beli..." kata opik lagi.
rombongan tukang bandpun beriringan menuju studio tanpa peduli pada para warga yang melihat dengan aneh. ada apa nih. tawuran? penyerbuan? mungkin seperti itu pikiran para warga kondangrege.

sebenernya anak-anak ditingker rada risi juga melewati tempat tersebut yang lumayan padat. kondangrege merupakan nama jalan dan juga kampung kota ( maksudnya kampung yang ada di kota... daerah padat penduduk, daerah padat penduduk !). jadi warganya lumayan banyak. ada beberapa pemuda yang sedang nongkrong di depan sebuah gang. tato tersembul di tangan mereka yang cuma memakai kaos dalam doang. hiiiy... reman. anak-anak 'ditingker' merasa perlu 'pupuntenan'ketika melewati mereka biar nggak disangka nggak sopan. sementara taher dan genk cuek bebek aja. mungkin mereka udah biasa.

ujung jalan kondangrege agak-agak buntu. aneh juga, jalan kondangrege ternyata nyambungnya ke daerah sawah-sawah. untunglah taher nggan membawa kita ke sawah, tapi berbelok kiri masuk gang kecil. bulak-belok lagi dikit. ke kiri kanan, kiri, kanan lagi dan tibalah di sebuah rumah model jadul. nggak jadul-jadul juga sih yang jelas rumahnya udah tua. langit-langit bilik bambu di berandanya terlihat hitam kotor. mungkin karena keseringan kena bocoran air hujan dari atap genteng yang letaknya gak bener. dari sebuah ruangan terdengar bising gak karuan. kali itu studionya, pikirku. sepertinya studio sedang pake. di depan pintu 'studio' berserakan sepatu-sepatu lusuh berbagai merek. di kaca 'studio' tertempel kertas bertuliskan : 2500 per jam.

di depan 'studio' ada bangku panjang dari kayu yang udah mengkilap karena terlalu sering diduduki ( emang itu fungsinya, kan?). tanpa disuruh anak-anak 'ditingker' duduk di bangku tersebut. dasar konyol, pada berebutan.
" aku dulu..." kata eka kesenengan.
" urang kadua... " sambung ombi. lalu ugun idem.
berhubung bangku tersebut nggak terlalu panjang, maka yang lain cuma nitip pantat aja. duduk nggak, berdiri nggak. akhirnya pada berdempet dempetan saling berdesak-desakan. gak karuan.
"naon... ieu, naon ieu..!" eka protes berat.
ombi malah ketawa-ketawa sama aku. opik berinisiatif buruk. mengumpulkan tenaga sisa lalu dengan full power dia memepet anak-anak hingga pada bergeser berdempetan ke sisi kiri. dan dengan tanpa dosa menguasai bangku itu sendirian.
"udah..udah..." heri menetralisir. tapi tak urung dia senyum-senyum juga ngelihat kelakuan temen-temennya yang sableng ini. dia lalu mencoba mengintip ke dalam studio. aku berdiri dan nyoba ikut mengintip dari sela-sela kaca jendela. nggak kelihatan juga. akhirnya aku turut duduk-duduk sama taher dan ugun di lantai. sementara bising studio masih belum juga reda. kamipun ngobrol agak-agak berteriak.
" masih lama nggak, ya her ?" tanya taher ke heri yang mencoba mengintip.
" bentar lagi.... udah merah tuh !" jawab heri.

udah merah? mahkluk apa pula itu? anak-anak 'ditingker' bertanya-tanya dalam hati.

dua menit kemudian suara bising yang entah lagu apa tadi selesai. beneran, mending pada diam aja kali jangan ngeband kalu cuma bising begini. terdengar dari dalam studio suara orang-orang yang lagi meletakkan alat musik. sesekali suara (yang katanya sih) simbal dipukul asal terdengar.

empat orang aa-aa keluar dari ruangan studio. mereka masih memakai seragam sekolah sma. senyum ramah pada anak-anak yang udah gak sabar ingin nyoba masuk studio. anak-anakpun membalas senyum ramah aa-aa tadi. para aa tadi berebutan mengambil sepatu sing masing. nyerocos gak jelas sambil ketawa-ketawa juga.

" ayo, masuk..!" ajak taher pada semuanya.
anak-anakpun dengan bergairah memasuki ruangan 2,5 kali 2,5 meter. bau asap rokok masih tersisa. gitar bas berdiri di sudut ruangan. begitu juga gitar listrik. satu lagi tergantung di dinding. inikah studio musik? gak ada peredam suara. pantes bising. beu ! bener-bener seadanya. tapi bagi kami terasa mewah saat itu. ada juga dua buah lampu warna : hijau dan merah. di sudut-sudut, merapat ke dinding tiga buah box sound system hitam tanpa merk. ada pintu yang menghubungkan ruangan studio ini dengan bagian rumah

kepala seorang aa-aa nongol dari balik pintu itu.
" sabaraha jam?" tanyanya pada kami
" dua jam !" taher yang jawab. si aa-aa masuk lagi. taher mencolok-colokkan kabel alat musik ke sound system. tiba-tiba, brenggg... rupanya sound sytem sudah dinyalakan lagi. ternyata semua pengatur sound system ada di ruangan dalam.
" sok yan,... kalian dulu..." ujar taher pada kami
" asyik euy...asyik euy....!" opik kegirangan langsung menuju set drum. duduk dengan tidak manis sambil mencoba memukul-mukul drum sekenanya seenaknya.
" gimana ini teh, her?" selanjutnya dia kebingungan sendiri dan memohon petunjuk heri. heri menghampiri dan kelihatan memberikan instruksi pada opik.
" never say goodbye, yan?" tanya taher lagi. aku cuma ngangguk. gitar listrik udah di tangan. taher ngambil gitar yang tergantung di dinding. selanjutnya memberikan instruksi chord dan melodi dasar lagu request-an tadi. eka dan aku sebagai petugas gitar dengan penuh takzim mendengarkan wejangan sang master.

ah, babari geuningan. kuncina bulak-balik. A Cis G D A Cis G D. reffnya agak beda dikit. introna kitu. ugun juga dikasih instruksi serupa oleh jodi yang masih tetap merasa canggung. untung saja kemarin kita sempet dengerin lagunya sebentar di radio, jadi susunan intro chorus reff dan seterusnya masih hapal.sedangkan ombi membuka-buka buku teks lagu, kebingungan nyari lirik never say goodbye

sekitar seperempat jam anak-anak 'the thinker' mendapat pelatihan singkat lagu neversay goodbye. setelah semua pada yakin, dengan bismillah maka...

"tak tak dug dug... teeeng..teeeng teeeng...teeeng.....teeeng teengg teng teng teng teng teng teng teng teng....(itu teh intro, pren!)... as i sit in this smokey room.... ombi dengan penuh perasaan menyanyikan lagunya bonjovi. horee !!!! kita udah resmi jadi anak band !!! jerit anak-anak dalam hati. pasti mereka sedang bangga pada diri sendiri, ketahuan dari senyum dikulum yang tergambar di wajah masing-masing. ih, norak pisan !

karena baru bisa lagu itu, maka diulang-ulanglah lagu itu. pas interlude yang menurut istilah kami 'melodi' aku kebingungan. yang bagian ini nih yang susah. lagi-lagi taher memberi jalan keluar. beliau ngasih tahu gini-gininya. karena aku baru belajar juga, maka melodi neversay goodbyenya disimpelkan aja sama sang suhu.

mungkin sudah sekitar 4 kali, never say goodbye kami mainkan. kalau kaset mungkin sudah 'ngageol'. dan selalu saja ada salah satu dari kami yang melakukan kesalahan. maka dengan sabar, lagu diulang lagi. ombi udah serak aja suaranya. untungnya masih tetap semangat tinggi.

**

dengan sukses, band nya kang taher (yang katanya berjudul changkilung) menyelesaikan lagu sweet child o mine, i remember you, seek and destroy, dan bara timur. yang jadi vokalnya heri sambil ngedrum. permainan mereka rapi banget. udah pengalaman sih. aku yang baru kali ini lihat taher maen gitar jadi merasa gak ada apa-apanya. ya, iyalah kan belajarnya baru bab kunci-kunci. " nanti juga bisa, kalau sering latihan ". begitu taher menyemangati setiap kali aku bilang, "wah, susah eta mah, win ! "

tiba-tiba lampu merah menyala untuk yang kedua kalinya. berarti satu lagu lagi. oh, merah merah teh itu maksudnya. begini, pada saat pemakaian studio dimulai, maka lampu berwarna hijau menyala sepanjang penyewaan. nah, pas waktu penyewaan habis, lampu merah menyala, hijau mati. itu menandakan waktu hampir habis. kalau dalam bola mah 'injury time'. he he kereatip juga yang punya studio ini. warna merah juga menandakan bahwa kita masih boleh memainkan satu lagu terakhir. pikir yang punya studio, paling cuma lima menit. tapi aku berpikir lain, bagaimana kalau lagunya dimedley, remix 30 menit lagu-lagu nostalgia 70-an. "ya, dimatiin dong langsung dari dalam...." tukas heri ketika aku menanyakan hal itu. iya juga ya, emang mereka gak pake otak.


dan...hari itu sepertinya menjadi hari bersejarah kedua bagi anak-anak 'ditingker' karena telah berani melangkah lebih jauh dengan tidak hanya ngeband dalam teori saja. mereka udah mulai berpraktek meskipun jatah uang jajan harian terpotong untuk patungan menyewa studio. meskipun nanti-nanti harus melewati para reman sepanjang jalan menuju studio. dan mereka juga harus berterima kasih pada the changkilung band karena telah memberi jalan 'ditingker' untuk menjadi band yang sesungguhnya.

selamat ya... selamat ya.... selamat ya..


(sorry, bab ini rada ngacapruk, udah ngantuk.....)

Tidak ada komentar: