Rabu, 16 September 2009

pintu 16, hidup itu kemping bagian 1

pintu 16, hidup itu kemping bagian 1

hidup itu kemping
menyusuri jalan setapak
menyibak belukar dan semak
mencari tanda-tanda dan jejak
dengan beban di pundak
tetaplah berjalan tegak
tetaplah mengabai jarak
meski masih tanya : bilakah kita di puncak
....

" lewat mana, jo.... cemara atau menyusur sungai?"
" cemara....lewat sungai mah, pulangnya aja...!"
" hayu, barudak....!"

enam pasang kaki itupun meneruskan langkah kaki. memilih melanjutkan perjalanan di antara batuan besar kasar bekas letusan gunung ketimbang berbelok kanan ke tanah yang lebih rata. tadi sempat istirahat sekitar 3 menit di antara persimpangan jalan setapak setelah berjalan lebih dari sejam mulai dari belokan jalan cipanas. tujuannya citiis di gunung guntur kawasan cagar alam kamojang.

sempat pula turun hujan gerimis. namun tak menyurutkan langkah untuk terus ke tujuan. dengan ransel seadanya mereka terus saja berjalan. ada ijo, aku, ugun, ombi, a firman, dan a asep yang akhirnya mengikuti ekspedisi kempingnya ijo kali ini. ya, ekspedisi ijo yang sebelumnya kan napak tilas yang gagal jadi juara. ceritanya ijo ingin menebus kesalahan perhitungannya dulu di napak tilas dengan mengajak kami kemping di tempat yang berhawa dingin ini.

dan seperti pernah diceritakan mula bahwa tujuannya adalah citiis gunung guntur yang saat itu masih banyak hutan cemaranya. masih menawarkan kesegaran dan kalau rajin bisa nemu edelweiss.
" itung-itung latihan sebelum ke himalaya, gunung yang cetek aja dulu...!" kata ijo saat menawarkan proposal ekspedisinya beberapa hari lalu. ya, citiis emang cukup gampang didaki dan ditelusuri. bahkan kalau gak niat kemping, cuma piknik aja juga bisa. pagi berangkat, ashar juga udah nyampe rumah. yang ditawarkan di citiis selain gunungnya yang unik, serta hutan cemara yang masih rimbun, juga ada air terjunnya yang bertangga-tangga.

"ada tujuh air terjun, besar dan kecil..." kata wildan ketika pertama kali memperkenalkan gunung guntur dan citiisnya. dulu, waktu kelas dua aku bareng wildan, nurdin, dan yuyus yang terhitung teman sekelas pernah mendaki gunung guntur meskipun tidak kemping. seumur-umur, baru kali itulah aku mendaki gunung secara mandiri. berempat kami memulai langkah dari rumah wildan di tarogong. namun saat itu ucapan wildan belum sempat terbuktikan karena waktu yang terbatas. hanya sekitar empat air terjun yang ukuran standar aja yang sempat ditemui. namun itupun tak mengurangi keindahan yang ada.

dan kini, i'm back again. kesampaian juga niat ingin kemping di gunung ini. makanya proposal ijo kuterima dengan baik dan kusampaikan kepada teman yang lain. tadinya the thinker mau ikut semua. lagi-lagi eka gak bisa ikut. opikpun menjelang keberangkatan membatalkan rencananya karena ada keperluan keluarga. aku mengajak sepupuku, a firman. diapun oke untuk ikut. sementara ombi mengajak a asep, pamannya yang umurnya tidak jauh beda dengan kami. sebenarnya ombi ngajak a asep agar ada yang udah sepuh aja.
" mbi, sama a asep aja... biar ada yang jaga..." kata ibu ombi. dengan syarat itu barulah ombi boleh ikut. secara, ombipun untuk urusan kemping di gunung baru sekali ini. makanya ortunya khawatir kalau tidak ada pendamping yang lebih tua takut ada apa-apa. memang sih, dulu di kegiatan pramuka kelas satu ombi pernah juga kemping. tapi tempatnya di lapangan upacara sekolah. jadi gak ada tantangannya. sementara untuk saat ini tantangannya begitu banyak. alam liar, bo !

" kadang-kadang masih ada meong congkok !" ujar wildan waktu itu. saat kami mendaki lewat jalur berbatu dengan alang-alang cukup tinggi.
" meong congkok teh apa?" tanyaku gak ngerti di antara keringat yang berjatuhan.
" ini, lah... kayak macan nya...?" nurdin mencoba menjelaskan setengah tidak yakin.
" ya, kayak kucing, hitam... tapi rada besar...biasanya muncul di balik alang-alang seperti ini...!" wildan menjelaskan.
" waduh... sekarang bagaimana, takut muncul euy...!" kataku bergidik.
" kalem yan, ada golok...!" sahut yuyus yang dari tadi menghunus golok buat memapas alang-alang yang menghalang sepanjang jalan setapak.
" nggak apa-apa di sekitar sini mah gak ada. jalan ini mah sering dilalui orang.... biasanya mereka lari ke atas. sekarang tinggalnya di kawasan yang masih belum banyak dilalui orang" jelas wildan menenangkan.

alhamdulillah. selama dua kali ke sana belum sekalipun menemukan yang dikhawatirkan tadi. namun kali ini kami agak ragu-ragu memasuki hutan cemara yang lebat. tadi masih sempat bercanda-canda dan berfoto di jalanan yang agak rata dan cukup terang. bahkan sambil berjalan ijo memainkan gitar akustiknya. lagunya 'bis kota' franky and jane dimodifikasi bebas olehnya :

" berjalan di hutan cemara, di gunung guntur yang dingin. keringat mengucur sekujur tubuh. tapi semangat tak runtuh..."

gitar digenjrengnya bolak-balik aja tadi dengan kunci-kunci standar: C, D dan G. seolah tidak mengenal cape. padahal di pundaknya beban dia paling besar. ranselnya paling standar PA. tenda sederhana yang dipinjamnya dari 'kak haris' mengantung di bawah ransel. di sisi kiri ransel ada cempor yang diikatkan ke gantungan-gantungan ransel. di kanan ada botol bekas air mineral besar berisi minyak tanah.
" minyak tanah untuk apa, jo...? kan ada parafin...!" kataku sebelum berangkat tadi.
" untuk bikin api unggun, dong....biar kelihatan dari pengkolan bahwa di gunung guntur ada yang sedang kemping...!" sahut ijo seenaknya.

bukan apa-apa sih, aku takut ijo berbuat aneh-aneh dengan minyak tanah itu. mabok drunken master seperti dulu misalnya. atau membakar hutan. naudzubillahimindalik... ah, gak mungkin. meskipun semenjak perjalanan ijo kelihatan sumringah, tapi aku yakin bukan karena hal-hal negatif. mungkin dia terlampau senang karena rencananya yang disusun beberapa waktu lalu sekarang bisa terwujud.

ya, ada tanggal merah di hari sabtu. sempurna. bisa dua hari di gunung bercengkrama dengan alam.
" berangkatnya hari jum'at. kira-kira jam satu. setelah shalat jumat. biar nyampainya gak terlalu sore..." ujar ijo memaparkan rencananya. jadinya dua hari dua malam di gunung. kamipun setuju. pas hari H-nya, tadi siang kami berkumpul di basecamp. dasar anak-anak jamnya terbuat dari karet, baru pada ngumpul jam duaan lebih.

dua hari sebelumnya kami saling berbagi tugas barang-barang apa aja yang dibawa. saat jam istirahat kami mematangkan rencana itu.
" ada yang punya tenda ?" tanya ijo yang lagi-lagi didaulat sebagai pimpinan ekspedisi.
anak-anak semua menggeleng. kecuali aku, semua emang minim jam terbang dalam hal kemping.

" ya udah... aku usahakan...!" kata ijo akhirnya. " sleeping mat?... tikar, tikar...", lanjutnya sambil mencatat data-data barang yang diperlukan buku panduan pramuka miliknya.

kembali anak-anak menggeleng

" dari aku aja, ada di rumah...!" kata ijo lagi.
" panci ?" ijo mendata lagi
" ada sih, tapi dipake kayaknya...!" sahut ombi.
" sama, aku juga dipake jo....!" jawab ugun.
" ya, udah...dari aku lagi....! cempor ?"
yang lain diam. ombi pura-pura menulis sesuatu.
" dari aku aja lagi... golok, pisau, tambang, lampu senter ?.... "
kali aku ikut-ikutan ombi mencorat-coret sesuatu. ijo menatap teman-temannya yang gapkemp 'gagap kemping' ini satu persatu. tak ada tanda-tanda memiliki peralatan dimaksud.
ijo meneliti catatannya. atas ke bawah, bawah ke atas.
" ah, ini mah semuanya dari aku.....!" katanya garuk-garuk tak gatal.
"eunggeus we aing kemping sorangan....!"

he he... anak-anak pada ketawa. habis ngajak kemping ke orang-orang yang gak ngerti sama sekali. jadi rada gak nyambung juga. akhirnya anak-anak ditugasi membawa keperluan pribadi masing-masing aja. juga bawa bahan makanan sebangsa beras dan mie instan. sementara yang bersifat umum semua ditanggung ijo. aku sendiri rencananya mau bawa radio agar malam-malamnya tidak terlalu sepi. bisa denger teman-teman kirim salam dan lagu di sore-sore menjelang magrib.

" patungan buat beli parafin !" kata ijo.
" berapa...?"
" seribU..."
uang terkumpul. dipegang sama ijo yang secara illegal merangkap bendahara juga.
" yan, nanti antar ke toko sumatra, beli parafin....!"
" siap, bos..."

***
hidup itu kemping....

kalau bawaan ijo kelihatan PA dengan ransel yang kelihatan kokoh di pundak. maka aku sekelas di bawahnya. masih ransel PA juga. cuma yang lebih kecil. ini dapat minjam dari weni, teman sekelas yang anak pramuka juga. segala macam barang bawaan dimasukkan. pakaian seperlunya. sarung dengan sajadahnya, beras dengan mi instan, termasuk radio kecil 2 band, serta alat-alat makan dan air mineral dalam botol plastik.

ombi lain lagi. dia bawa tas model travelling bag. sepanjang perjalanan kelihatan paling repot. salah sendiri sih, ini kan ke gunung bukannya bepergian antar kota. untungnya dia ngajak a asep, jadi bisa gantian bawanya.
" kelihatan penuh banget mbi, bawa apa aja...?" aku iseng nanya karena kelihatan tasnya ombi padat banget.
" sama, bawa pakaian... anduk.... selimut..."
" selimut ?" aku dan ijo hampir berbarengan nanya.
" iya... eh, jangan salah di gunung mah dingin.... jadi perlu selimut !" jawab ombi.
" he..he he... pingin enak mah, di imah we....!" sahut ijo
" masih jauh, jo....?" tanya ugun yang kelihatan udah ngos-ngosan
" setelah hutan cemara ini.... masih harus menyusuri ilalang...!" jelas ijo.
" walahh.... jauh banget uy !" seru ugun.
" nanti sehabis hutan cemara ada gubug derita, tempat peristirahatan. istirahat dulu di sana sebentar...!"

memasuki hutan cemara semakin terasa suasana hutannya. menjelang sore dengan suasana sepi mencekam. ijopun udah gak main-main gitar lagi. kini semuanya lebih konsentrasi di jalan setapak yang ditutupi jatuhan-jatuhan daun cemara berbentuk jarum yang sudah layu kecoklatan. kadang-kadang harus menyibakkan daun yang menghalangi jalan atau malah membabatnya dengan golok yang kini jadi senjata utama ijo. sesekali terdengar binatang hutan entah burung entah apa. kami saling membantu kalau ada jalan yang susah dilalui. aku berjalan di belakang ijo yang jadi komandannya. meneruskan pesan-pesan komando ke teman-teman di belakang yang berturut-turut : ugun, a firman, ombi, dan a asep.
" awas, ada lobang...!"
" awas... lobang...!!"
"lobang, uy...!"
" Lobang...!!!"
saling memperingatkan memang penting agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan juga sebagai bentuk komunikasi. atau bahkan saling menyemangati di tengah suasana lelah agar cepat tiba di tujuan. selain itu agar tidak terlalu sepi karena masing-masing memilih diam.
" awas uy, tanaman berduri....!"
" hati-hati tanaman berduri....!"
begitulah sepanjang hutan cemara yang rimbun dan gelap. tidak ada yang berani menengok ke kiri ke kanan. he he he pada takut ada macan atau bianatang buas, kali. maklumlah baru kali ini mereka menghadapi suasana gunung menjelang sore. tapi, asli... meskipun tegang kayak gitu asyik juga. adrenalin terpacu sedikit. padahal mah gunungnya juga masih cetek.

setelah perjalanan setengah jam di hutan cemara. menyibak-nyibakkan daun yang menghalangi jalan sampai juga mereka di ujung hutan yang ditandai dengan tebing terjal. ada jalan setapak untuk naik ke atasnya tetapi sepertinya bekas terjadi longsor. mungkin akibat hujan yang mengguyur sebelumnya. anak-anakpun dapat berhenti sejenak. sementara ijo mencari cara agar bisa menaiki tebing tersebut. dikeluarkannya tali tambang pramuka. ranselnya diletakkan begitu saja di tanah.

lalu dengan gaya spiderman dia merayap di tebing. mencari-cari celah untuk menjejakkan kaki. aksinya sudah mirip dengan yang di film-film petualangan itu. wajahnya serius. tapi sepertinya dia menikmati tantangan ini. sementara kami melihatnya dengan tegang. berpacu dengan waktu takut keburu sore dan mendung yang dari tadi menggantung. di lihat dari segi yang beginian ijo cocok menjadi adventurer atau petualang. ijo memang pernah cerita bahwa dia berniat mendaki seven summit di dunia.
" baru dua yang udah dijajal, yan...!" katanya suatu ketika.
" gunung mana aja...?" tanyaku gak percaya. masa, sih ?
" gunung cikurai, cuma sampai yang ada pemancar tvri, dan kedua gunung guntur... cuma nyape air terjun citiis...!" jawabnya nyantai.
" ah, di sini sini juga.. itu mah...!"

dan kini ijo tengah berpacu dalam melodi ketegangan tebing setinggi 15 meteran dengan kecuraman 60 derajat. "uh, sedikit lagi......." katanya dalam hati. nanti tinggal digusur satu-satu dengan tambang ini, pikirnya. rencananya emang kayak gitu. setelah ijo sukses di atas, dengan tambang itu ijo menarik kami satu persatu.
"yan, pingin pipis uy...!" ujar ombi yang kelihatan udah gak tahan ingin buang air. dia memang sepanjang perjalanan tadi minta berhenti buat nyari wc. tapi mana ada wc di tempat seperti ini. mau di sembarangan tempat takut sompral atau kualat seperti pernah ijo wanti-wanti sebelumnya. tapi sekarang udah gak tahan lagi.
" iya atuh, cari tempat yang rimbun...." jawabku sembari menyerahkan air mineral dalam botol buat nyuci 'burungnya'
" maksud saya,... temani..... takut !" jawab ombi malu-malu
aku melihat ke yang lain. semua sedang pada selonjoran dengan wajah ' aku gak bisa temenin'. akhirnya dengan terpaksa aku menemani ombi mencari tempat rimbun. kembali 'kukusrukan' i hutan cemara.
" sebelum pipis, minta izin dulu, ya mbi....!"
" minta izin ke siapa..?'
" ya, pada yang mendiami tempat ini...!"
" ah, jadi takut, gak jadi ah....!" ombi bergidig dan sempat mengurungkan niatnya.
" eh... udah tanggung... tuh di sana kayaknya aman...!" aku menunjuk sebuah tempat yang agak 'nyingkur'.
" ayo temenin...!" jawab ombi sambil menuju tempat yang dimaksud. aku mengikuti dari belakang. tapi, sueerr aku enggak mau lihat proses yang terjadi kemudian.
" udah, yan...."
" ayo..."
" eh, yan...kayaknya ke sebelah sini ada jalan setapak... tuh...!"
" heueuh...." aku mengamati jalan yang ditunjukkan ombi. sepertinya ini jalan lain menuju ke tebing tadi tapi lebih landai dan mudah cuma agak memutar.
" ayo... kasih tahu yang lain...!" bergegas kami menuju ke bawah tebing tempat anak-anak mengaso sembari melihat atraksi spiderman dengan tambang pramuka alias ijo.
" jooo.... ada jalan alternatip, uy...!" seru aku.
" apa...?" ijo menyahut dari atas. dia sedang mengikatkan tambang pramukanya ke sebuag pohon.
" ada jalan lain.... kita mau muter aja... tungguin nya...!" seru kami dari bawah.
" iya.... sekalian atuh bawain ransel aku....!"
aduh, kenapa gak sekalian naik aja tadi ransel PA ijo ini. nyusahin ! akhirnya beramai-ramai bawaan ijo kami gotong. untungnya jalan setapak yang ini lebih mudah. tak lama kami udah nyampei di atas tebing.
" tuh si ijo... di sana ..Jo !!" tunjuk a firman sembari memanggil ijo yang celingukan.
ijo menoleh. setengah berlari dia menuju ke arah kami. lompat-lompat di antara batu bekas letusan gunung ini berpuluh tahun silam. dalam hatinya kesel juga, udah cape-cape manjat tebing tahunya ada jalan lain. rurusuhan sih jo.....

gunung guntur dipenuhi material alam bekas letusan di jaman lampau. konon, akibat letusan ini kawasan gunung menjadi gundul dan kering. hingga saat ini susah untuk ditanami dan dijadikan hutan hijau lagi kecuali bagian bawah gunung yakni dengan masih tumbuhnya pohon-pohon. gunung guntur akhirnya hanya bisa ditumbuhi ilalang-ilalang saja karena tanahnya menjadi keras dan berbatu. dari kejauhan kelihatan gunung guntur kuning kecoklatan padahal itu adalah ilalang-ilang yang tumbuh liar memenuhi gunung. tapi jadinya unik. di dunia kayaknya cuma gunung inilah yang unik kayak gitu.

" istirahat dulu di gubuk itu...." seru ijo sambil menunjuk sebuah gubuk sederhana. sebuah gubuk beratap genting berdinding bilik setinggi satu meteran dengan beberapa bangku bambu. kami melepaskan lelah lagi di sana sambil membuka bekal makan dan ngobrol-ngobrol.

akhirnya diputuskan untuk membangun tenda di dekat-dekat situ aja. kalau meneruskan langkah hingga ke curug citiis takut keburu gelap. belum lagi kondisi yang sudah lelah. padahal kalau diteruskan menelusuri padang alang-alang ada sekitar setengah jam lagi. apa daya sudah ingin beristirahat.

alhamdulillah, kami menemukan tempat yang bagus untuk berkemah. tempat yang agak luas dan landai cukup untuk mendirikan tenda dan membikin perapian buat malam nanti. dekat pula ke air, tinggal ke bawah aja. dan yang mengasyikkan kami bisa melihat ke arah kota yang katanya kalau malam berkelap-kelip seperti kemilaunya intan. itupun kalau kebetulan tidak ada kabut yang menhalangi. sepertinya kemping itu memang mengasyikkan.
" langsung masak, jo...?" tanya ombi begitu nyamoe di tempat itu..
" eee... dirikan tenda dulu....! bakal turun hujan...." sahut ijo yang langsung mengeluarkan tenda dan perangkatnya. ijo yang pengalaman kempingnya udah banyak dengan cekatan mendirikan tenda dibantu a firman dan a asep.
" yan, radionya nyalain...!" kata ijo " biar gak sepi !", lanjutnya
" siap bos...!"

kukeluarkan radio dan memutar-mutar gelombang. antares.... dongeng, keresek-keresek...rugeri..... iklan, keresek-keresek...sturada.... dangdutan,keresek-keresek....nbc...sandiwara radio. mendung yang tadi mengintai mulai menjadi hujan rintik.
" hujan uy.... masuk tenda..!" seru ijo. kami berebutan masuk tenda yang tidak terlalu besar itu. untungnya tenda sudah berbentuk meskipun tali-tali pengikatnya masih kendor. barang-barang bawaanpun belum sempat dibereskan langsung saja ditumpuk tidak beraturan di dalam tenda yang setengah jadi itu. maklumlah dalam keadaan darurat yang penting terhindar dari hujan. gak asyik dong kalau kemping-kemping malah sakit. dengan berdesakan di tenda seperti ini jadinya memang hangat. masing-masing pada mikir, kok kemping gini sih...
" kalo hujan justru bagus,... malamnya gak akan terlalu dingin" jelas ijo sok berteori.
anak-anak pada mengangguk. untung tendanya tidak tembus air. ah, cape juga ya....

kembali aku memutar-mutar gelombang radio. antares... masih dongeng, rugeri... masih iklan, sturada...iklan, balik lagi ke rugeri......intro akustik lagu yang udah begitu akrab....

"udah itu yan.... itu aja....! pinta yang lain setengah berseru. aku pas-pasin gelombang radio sampe gak ada kereseknya.

........wake up to the sound of polring rain,
the wind would whispers and i think of you
and all the tears you cry that call my name
and when you needed me i came thorugh..........

i remember you !! nyampe juga skid row di atas gunung. a firman mengikuti dengan gitar ijo yang lebih rendah setangah nada. dan kami berbarengan membantu backing vocals saat sebastian bach nyampe di bagian reff...

remember yesterday...walking hand in hand
love letters in the sand... i remember you !!

oh hujan cepat dong berhenti.... super mie rebus... will be nice !

Tidak ada komentar: