Senin, 31 Agustus 2009

pintu 14, sesuatu tentang kaset (metal)




Band metal tanpa lagu balada bagaikan senja tanpa sunset atau makan sayur kacang tanpa kerupuk demikian seorang teman pernah mengatakan. memang sebuah perumpamaan yang tidak pernah diajarkan dalam pelajaran bahasa indonesia bab majas-majas dan tentu saja sangat memaksakan diri. Namun dipikir-pikir ada benarnya juga. melulu lagu metal, keras, dan hingar bingar terkadang membosankan. ada saatnya telinga kita perlu rehat. perlu mendengarkan yang manis-manis. perlu mencerna yang lembut-lembut agar terjadi keseimbangan. secara fakta band-band metal juga lebih dikenal dengan lagu-lagu slownya yang sering bisa menembus bursa tangga lagu dunia yang dengan santainya berdampingan bersama lagu-lagu ngepop lainnya.

akupun mengenal band metal melalui jalur itu. lebih mengenal scorpions dengan holiday, always somewhere, dan winds of change nya ketimbang 'rock you like a hurricane' lebih paham white lion dari when the children cry, till death do us apart, dan you're all i need nya. lebih tahu deep purple dengan soldiers of fortune nya dan love conquers all nya meskipun suka juga dengan smoke on the water yang pernah diartikan kakak sepupu saya dengan ' minum sambil merokok'. lebih menyenangi mr big setelah ada apal chordnya lagu 'to be with you. dan tentu saja bon jovi dengan lagu yang sedang digarap bandku, never say goodbye. dan banyak lagi dan banyak lagi. lalu semakin termotivasi mendalami kaset-kaset metal setelah muncul kaset-kaset kompilasi macam slow rock dan metal ballads volume satu hingga volume sekian.

suatu ketika pernah sedikit berdiskusi dengan erik ongoh bahwa kelebihan use your ilussion satu dibanding use your ilussion dua -nya GNR karena adanya lagu november rain dan don't cry versi 'original lyrics' yang balada abis. saat itu aku, ongoh, tedi 3b, dan eka hendak nonton 'dance with wolves' di bioskop sumbersari yang biasanya buka jam duaan siang. sembari menunggu loket dibuka tedi 3b ngajak ke toko kaset. saat itu bulan november. hujan pula. tedi 3b pun akhirnya memilih use your ilussion satu yang sampulnya berwarna nuansa kuning setelah menimbang antara lama kaset satu atau kaset dua.

lalu sang teman menambahkan teorinya bahwa band metal tanpa yang cinta cinta akan kurang lengkap. seperti ada yang kurang. seperti ketika kita hendak ke sekolah jaman-jamannya sd dan di pintu gerbang sekolah teringat ada sesuatu yang tertinggal,tapi entah apa dan hingga pulang masih saja memikirkannya sampai hilang saat tidur siang. sorry, lagi-lagi dia membuat deskripsi yang terlalu lebay. ketika menyebut band extreme yang terngiang-ngiang adalah uniknya kocokan gitar akustik 'more then words' dengan klip kalem hitam putih. atau intro memabukkan lagu 'love song' dari tesla yang pernah membuat aku dan ombi di kemudian hari berebut gitar akustik yang dibawa ke sekolah hanya untuk menunjukkan ke teman-teman bahwa 'lagu ini gue banget'. meskipun chordnya gak tepat, banyak senar yang gak perlu dipetik ikut bunyi serta selalu mikir lama di perpindahan dari kunci G ke Fis minor namun selalu sumringah penuh kemenangan saat mengakhirinya di kunci D. lantas begitu saja menyerahkan gitar ke yang lainnya karena emang apalnya cuma itu aja. padahal masih ada bab 'buruluk buruluk' yang harus dijalani.

tapi kalau hari ini aku menyukai 'the time alone with you' tentu saja bukan akibat telah memahami ajaran sang teman tadi. kaset bad english bertajuk backlash ternyata tidak memuat 'when i see you smile'. ya, setelah menabung sepuluh hari, meyisihkan sebagian uang jajan, dan rela berpuasa demi ngirit aku berhasil membeli kaset yang iklannya pernah ada di koran pr tersebut. aku menyukai lagu itu karena memang sama keren dengan when i see you smile dan liriknya lebih dewasa serta puitis. simak aja,..." when everything is cloudy, an the sun won't shine for me, and it seems like nothing's going right, there's a place i want to be". walaupun gak ngerti-ngerti amat tapi tak mengurangi keseriusanku mengulik lagu tersebut sendirian.

" kira-kira ada lagu yang bisa dimainkan ditingker?" tanya opik sambil membolak-balik sampul hitam 'backlash' yang tidak ada liriknya sama sekali itu di suatu jam istirahat.
" gak tahu...!" jawabku pendek
" pinjam ya...!" pintanya
" belum seminggu dibeli..., tapi gak apa-apa deh!" sahutku. dan opikpun merasa senang.
" sambil nyobain politron yang baru dibeli..." tambah opik.
" boleh..boleh..."

**

jaman itu biasanya kalau udah mampu beli kaset metal bangganya minta ampun. selalu dibawa ke sekolah. ditunjukkan kepada teman yang lain. dijelaskan kelebihannya. dipaparkan lagu mana yang bagus, lagu mana yang slow rock, dan lagu mana yang, " di FF aja, lagu itu mah...", maksudnya lagu yang gak disarankan sama sekali. he he dasar metal mania artificial. dan biasanya kemudian direlakan untuk digilir oleh teman-teman sampai sampulnya lecek dan suaranya bergelombang. ingat saja peristiwa kaset GNR 2 ugun yang bernasib sama.

banyak ending yang terjadi setelah proses peminjaman kaset dan mendengarkannya dengan saksama hingga puas. ada yang dengan sadar diri mengembalikannya dengan konsidi normal. ada yang sampai lagi ke tangan pemiliknya setengah utuh baik sampulnya maupun kasetnya. ada yang pura-pura lupa kalau tidak ditagih. ada yang meminjam kemudian meminjamkannya kepada teman lain, biasanya itu adalah kecengannya dan diaku-aku kaset miliknya. bahkan ada juga yang meminjam kemudian malah menghilangkannya baik sengaja maupun tidak sengaja. tapi tak jarang juga yang kemudian suka dengan kaset itu dan malah membelinya sendiri ke toko buat koleksi pribadi.

untungnya kaset backlash-ku kembali utuh dalam kondisi normal dari opik.
" kita bawain 'the time alone with you', yu!" usul opik kemudian
" itu mah pakai kibod, pik. agak susah " jawabku
" siapa ya, yang bisa main kibod di kelas kita ?" lanjutku
" katanya intan bisa main kibod, yan " sahut opik
" iya?"
" iya... tapi gak yakin juga.. baru belajar!"
" nanti nanti aja deh... kita perdalam dulu ilmu nepersey sama don kray"

iya, kayaknya ditingker emang belum butuh additional player untuk seksi kibod. ngurus personil segini aja masih kerepotan ngatur jadwalnya. apalagi nambah personil. mungkin di suatu saat perlu dicoba memakai kibod kalau ditingker sudah mulai ngebawain lagu dengan kompak. untuk sekarang kayaknya masih jauh. ya, cukup lihat axl rose aja main piano di klip november rain dan berkhayal-khayal kapan vokalis ditingker bisa kayak gitu serta nggak malah rebutan drum saat mau latihan di studio rental pak tulus.

aku sendiri sebenarnya pernah punya piano kecil hadiah dari lomba deklamasi saat tk. jadul banget, ya. saat itu aku juara harapan satu. hadiahnya piano dengan harmonika. dan seperti biasa belajar lagu 'ibu kita kartini' dengan diajari oleh bapak yang khusus beli buku lagu-lagu perjuangan yang ada not angkanya. namun selalu saja bingung saat ada nada yang naik satu oktaf. tahu sendiri kan, piano-pianoan kecil jaman itu sederhana sekali dengan jumlah tuts cuma sepuluh yang artinya satu oktaf lebih sedikit dan nggak ada nada setengahnya. lalu kaki-kaki pianonya itu hilang satu persatu sebelum akhirnya aku kecil membongkarnya karena penasaran seperti apa isi piano itu dan kenapa bisa menghasilkan denting suara jernih. bisa ditebak nasib piano hadiah itu pada akhirnya bersatu dengan mainan lainnya yang juga keadaannya tak kurang menyedihkan. setelah itu aku tak pernah belajar main piano lagi.

pernah juga belajar main pianika. itu tuh yang mirip pano tapi ditiup. yang ada selang panjangnya yang kalau habis dipakai selangnya dicabut dan dikibas-kibaskan agar air ludah yang nempel tertinggal berjatuhan. kalau belajar ini sewaktu kelas dua smp pada cecep gr. di kelas ia yang paling bisa memainkan alat musik ini. nafasnya lumayan panjang. sembari meniup dia memencet tutsnya. anak-anak paling doyan merequest dia lagu ' ini rindu'- nya farid harja feat. lucky reza. intronya kan pop banget. dan cecep gr dengan senang hati memainkan pianikanya.

ilmu pianika inipun tidak berlangsung lama. pertama, karena berat banget ketika harus meniup sambil memencet tuts. nafasnya harus panjang dan berkonsentrasi menghafalkan tuts yang harus dipencet. apalagi tutnya jarang ada tanda angkanya, sering bingung di tengah lagu. kedua, dikarenakan memang tidak memiliki pianika yang waktu itu emang nggak kebeli. jadinya semakin maleslah belajar memainkan pianika. dan cuma mampu belajar memainkan suling recorder yang harganya terjangkau untuk dibeli. lagi-lagi akupun belajar recorder pada cecep gr yang selain pandai memainkan lagu-lagu nasional, dia mampu meminkan lagu pop yang sedang tren seperti 'ini rindu' tadi.

" ini lagu apa?" tanya cecep gr biasanya pada anak-anak. gayanya udah mirip mc tantowi yahya di acara gita remaja tvri. pantesan aja namanya pakai 'ember-ember' gr.
" isabella...!" jawab anak-anak kelas yang sedang mengelilinginya dan mengagumi permainan recorder cecep gr. apal banget dengan lagu yang sering diputar di radio jaman-jaman itu atau du album minggu kita
" suci dalam debu !" kali lain anak-anak menjawab kompak.
dan cecep makin bangga, makin menggila. seluruh kemampuannya dikeluarkan.
" cinta kita ! amy dan inka christie!"
atau :
" maafkan ! slank!"
atau :
" sakit gigi ! megadeth. eh, meggy z"
kadang-kadang lagu ini :
" abang tukang bakso !" jawab anak-anak makin senang.
dengan modal yang seperti itu, cecep nilai pelajaran keseniannya paling tinggi diantara anak-anak kelas 2 tempatnya belajar dan 'berkonser'. tapi itu nggak cukup kuat buat ditingker untuk menariknya sebagai pemain kibod karena dalam UUD nya ditingker harus diisi oleh orang-orang sekelas. sementara cecep, pas kelas 3-nya beda kelas. lagian, kayaknya cecep lebih ingin bersolo karir dulu daripada ngeband. tapi jangan takut, aku dan cecep masih temenan. masih sering pulang bareng dari sekolah. masih menganggapnya master untuk urusan tiup meniup alat musik tiup.


***

kaset juga tidak hanya bisa dinikmati suaranya saja. kalau kita jeli sampulnya juga memiliki daya tarik sendiri. bukan hanya sebagai pelengkap tetapi bisa jadi karya seni yang layak dinikmati. bukan hanya sebagai panduan susunan lagu, daftar personil band, atau kumpulan teks-teks lagu dalam kaset tersebut, tetapi juga sebagai prasasti band atau penyanyi tersebut. namanya juga album. layaknya sebuah album foto, nantinya bisa jadi semacam penyimpan kenangan, baik menyenangkan maupun menyedihkan.

sampul kaset yang baik selalu didesain secara serius dan tidak asal-asalan seperti kaset-kaset lokal yang banyak beredar. secara, kaset lokal sampulnya seragam : menampilkan sang penyanyi, judul album yang selalu sama dengan judul lagu yang diunggulkan, warna yang norak, dan tanpa pesan, kesan serta filosofi yang hendak disampaikan. beda banget dengan sampul kaset (atau cd) dari luar yang keren tampilannya. sebenarnya nggak mutlak sih. tapi biasanya demikian.

yang paling berperan selain isi sebuah kaset tentu saja sampul luarnya itu. meskipun ada ungkapan ' don't judge a cassete by its cover', tetapi tetap saja cover album bisa menarik orang untuk membeli kasetnya. apalagi kalau materinya memang bagus. di antara yang the best menurutku waktu itu adalah sampul albumnya van halen : Fuck. juga sampul album slank : suit-suit he he. atau album-album metallica yang sarat dengan pesan sesuai isi lagu-lagunya.

dan kaset yang baru kubeli, bad english 'backlash' lumayan bagus juga desainnya. gambar modifikasi bendera inggris dalam warna gelap. sementara foto personil nongkrong di bagian dalam. sayangnya tidak ada teks lagu-lagu. karena itu satu-satunya kaset kojo saat ini maka aku bolak-balik membaca tulisan-tulisannya yang dalam bahasa inggris. keuntungan dari kaset non kompilasi adalah sifatnya yang pribadi. ada penjelasan lagu per lagu, siapa penulis lirik siapa penggubah musik. salah satu yang paling aku kagumi sampul kasetnya adalah album GNR use your ilussion baik part 1 maupun 2. isinya lengkap banget. dari mulai pencipta, penulis lirik, hingga siapa backing vocals tertera jelas. belum lagi gambar cover depannya yang katanya lukisan seorang seniman terkenal. nggak rugi mengkoleksi album itu. liriknya lengkap.

ternyata band-band metal umumnya saling menghormati satu sama lainnya. iseng-iseng aku membaca isi sampul kaset-kaset metal sampai ke 'thanks to' nya. ternyata bad english itu temenan dengan saigon kick dan skid row. itu dinyatakan dalam thanks to mereka. juga kutemukan di kaset-kaset lainnya. band-band yang berbudaya ternyata selain bersaing mereka juga berteman baik. satu hal yang patut dicontoh. apalagi kalau satu label perusahaan rekaman. biasanya mereka saling dukung. shanon hoon-nya blind melon mau aja jadi backing vocal di lagu don't cry GNR. atau eric clapton yang membantu rekaman phil collins.

sejak itu aku jadi kecanduan baca 'thanks to' di sebuah kaset. biasanya kan gak peduli banget. kini jadi paham bahwa bikin kaset itu ada sebuah proses panjang. jadi banyak pihak yang terlibat dan banyak pohak yang perlu di beri ucapan 'thank to'. lumayan juga pengetahuan ini, siapa tahu suatu saat ditingker rekaman jadi tidak terlalu shock. he he, berkhayal dikit. dan thanks to-thanks to yang ada di kaset aku beri stabillo oranye. terutama kalau disebut nama band lain yang di beri thanks to. kadang-kadang suka iseng ditambahkan thanks to nya yang ditujukan untuk diri sendiri. dan thanks to pun tak jarang berisi salam-salam atau curhatan sang penyanyi a.k.a band.

pelajaran yang bisa kupetik dari bedah kaset ini yakni bahwa ngeband juga perlu bersosialisasi. perlu saling mempelajari. selama ini ditingker emang sudah menjalani hal itu yakni berguru pada taher dan the changkilungnya. namun rupanya itu masih kurang. mungkin ditingkernya sebagai pendatang baru di blantika musik smpn 1 masih malu-malu maung. maklumlah masih pada belajar, takut salah dan takut diketawain. tapi setelah ini tidak ada takut lagi. terus belajar dan belajar. maksudnya belajar di sekolah dan belajar ngeband yang baik. juga belajar berterima kasih pada pihak-pihak yang membuka jalan ditingker untuk sukses meskipun saat ini belum. jangan aneh bila suatu saat di sampul dalam album terbaru ' the thinker', tertera thanks to : taher & the changkilung band (atas pendidikannya selama ini), yoga (sebagai fans berat hingga susah diangkat), ijo (atas kesetiaannya menjadi pramuka), pak tulus ( lampu merah : satu lagu lagi, pak!), a rahmat (atas pinjaman gitar bolongnya), blazer (kapan kita napak tilas lagi?), nanang (poison okey, poison! apa udah ganti?), stik jiljian, basecamp pasundan, dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu serta tidaklupa Allah SWT yang telah memberikan keridhoannya pada band ini. ya, siapa tahu. siapa tahu bubar.....



(thanks to : pui yang akhirnya tidur lelap dan mbu yang membiarkan ay ay tetap menulis meski malam mendekati sahur.)

Minggu, 23 Agustus 2009

pintu 13, senin yang digeser



kalaulah hari sabtu selalu identik dengan pramuka maka hari senin bisa disamakan dengan hari upacara bendera. kalau hari sabtu seragamnya coklat-coklat, maka hari senin seragam yang disarankan adalah putih-putih. kalau hari sabtu biasanya ada gairah yang tinggi ketika menjalaninya, maka di hari senin terkadang dihadapi dengan penuh kemalasan dan ogah-ogahan. masuk akal sih ditinjau dari 'what next'. hari sabtu menghadapi minggu yang libur dan waktu belajar yang lebih pendek. sementara hari senin dihadapkan pada lima hari ke depan yang terasa panjaaangg dan lamaaa.

padahal kan seharusnya nggak begitu, setiap hari bisa bernilai dengan cara kita mengisinya dengan kegiatan yang bermanfaat. setiap hari diusahakan lebih baik dari hari sebelumnya. setiap hari harusnya disyukuri karena kita masih diberi kesempatan untuk berbuat kebaikan dan kebaikan atau memperbaiki hari-hari lalu yang kurang bener.seharusnya itu tidak hanya teori kalau kita mencobanya dalam pelaksanaan.

seperti di hari senin itu, ketika kelasnya ditingker mendapatkan giliran untuk menjadi petugas upacara bendera. peraturannya emang demikian. setiap kelas mendapatkan jatah sekali atau dua kali untuk menjadi petugas upacara yang biasanya terdiri dari para pengerek bendera sampai di puncak tiang, pemimpin upacara, pembawa teks pancasila dan teks pembukaan UUD 45, pembawa teks doa, dan sisanya yang seabreg-abreg menjadi penyanyi aubade amatiran.

biasanya di hari sabtu siangnya, di saat anak-anak lain gembira ria pulang ke rumah dengan rencana malam mingguannya, maka kelas yang kegiliran jadi petugas upacara harus berela-rela berpanas-panas untuk sekedar latihan upacara supaya pas seninnya upacara bisa berjalan lancar. ya, semacam gladi resik kecil-kecilan. jangan salah, meskipun semenjak sd sudah akrab dengan yang namanya upacara bendera, tapi kalau jadi petugas upacara pasti aja ada semacam rasa gugup atau malu-malu maung. beda dengan yang jadi peserta doang, bisa cuek dan sambil ngobrol di barisan belakang. atau mencela-cela bila ada kata-kata yang salah, yang aneh, batuk-batuk, ehm-ehm-an dan yang norak-norak lainnya.

untungnya di kelas 3A orang-orangnya sudah banyak yang malang melintang di bidang upacara bendera. secara, opik dan ombi adalah manusia paskibra. ijo, dan erik manusia pramuka. untuk pengerek bendera ditugaskan kepada ombi, opik dan erik. ijo yang berpengalaman 3 tahun sebagai km menjadi pemimpin upacara. sofi menjadi mc. yang lain-lainnya adalahpetugas-petugas pembawa teks. termasuk nanang. iya, nanang yang 'poison okey poison!' itu ternyata mau juga ketika diminta sebagai pembawa teks pancasila untuk dibacakan pembina upacara.

" biarpun muka preman, tapi jiwa tetep merah putih!" begitu alasan nanang ketika ditanya motivasi dia jadi petugas upacara. dan untuk itu dia bela-belin meminjam kaos kaki, khusus untuk tugasnya sebagai pembawa teks pancasila. aneh juga sebenarnya, padahal pancasila sudah semenjak kelas satu sd dihapal, tapi kenapa setiap upacara harus aja pakai teks. apakah ini formalitas atau agar terlihat keren seperti bung karno tatkala membacaka proklamasi. nggak tahu juga. mungkin lain kali opik perlu menjelaskan lebih lanjut. atau emang agar nanang dapat kerjaan aja? ah, pembawa teks pancasila kan bukan cuma nanang.

dan tentang pancasila ini bukan hanya anak sd aja yang hapal, bahkan anak tk pun hapal meski terkadang baru sampai sila no 3, persatuan indonesia. jadi inget pengalaman sendiri ketika masih sekolah di tk. suatu saat guru tk mengetes hapalan pancasila anak-anak. sebelumnya emang sudah diajarkan dan malahan dipasang di dinding kelas tk. ada temanku, toni yang selain sekolah di tk juga sorenya mengaji di mang ojo. pas giliran dia ke depan kelas.

" satu, ketuhanan yang maha esa !" serunya mantap, meskipun mungkin nggak tahu maknanya.
" dua, kemanuasiaan yang adil dan beradab !", ujarnya lagi. bu guru mengangguk angguk.
" tiga, persatuan indonesia!" bu guru semakin bangga.
" empat... empat....eee...." toni agak tersedat. mungkin lupa lagi. tahu sendiri kan sila keempat panjang banget. jangankan anak tk, anak sma pun terkadang lupa lagi kalu gak konsentrasi.
" empat, apa toni?" tanya bu guru lembut. toni berpikir sejenak...
" empat, puasa.... lima, naik haji kalau mampu....!" seru toni keras banget. bu guru cuma bengong. toni cengengesan dan langsung duduk di bangkunya. he, he... rupanya toni langsung kepikiran dengan rukun islam yang juga lima yang dipelajari di tempat ngajinya.


**


" kepada! pembina upacara. hormaaaat grrakk !!' seru ijo yang jadi pemimpin upacara dengan mantap dan percaya diri. biasanya yang jadi pembina upacara adalah kepala sekolah atau wakilnya. atau kalau keduanya lagi males, maka guru-guru yang jadi korbannya. iya, karena kadang-kadang guru-gurupun sering ogah-ogahan kalau diminta jadi pembina upacara bendera. biasanya ada petikan dialog gini :

" ayo dong pak..."
" nggak ah....saya senin depan aja..."
" senin depan kan tanggal merah ?"
' ya udah, senin depannya aja lagi...."
atau :

" silahkan aja bapak, bapak kan lebih senior...."
" justru itu, yang muda harus mulai tampil ke depan... kan saya bentar lagi pensiun..."
" nggak enak ah,... bapak aja deh, lagian suara saya lagi serak".
" nggak apa, nanti saya bantu...dubbing dari belakang...." he he, emangnya sinema korea..

entah kenapa juga para guru gak mau jadi pembina upacara. mungkin karena harus berdiri di depan anak-anak sesekolah jadi takut gugup atau salah ucap. atau mungkin juga takut kepanasan karena berdiri lebih dari setengah jam sembari berjemur. padahal malahan bagus. kan, matahari pagi yang menyehatkan tubuh kita. tapi biarlah itu urusan para guru. kita, para siswa juga punya urusan masing-masing.

"kepada! bendera merah putih ! hormaaat... grrak !!" lagi-lagi ijo berseru keras sekali. ya, emang harus keras sekali agar kedengaran oleh seluruh warga sekolah peserta upacara. kan gak asyik kalau biasa-biasa aja atau lembut seperti ini : " kepada bendera merah putih, hormat gerak...". makanya khusus untuk jadi pemimpin upacara bendera hari itu, ijo merequest lagu 'seek and destroy' dari metallica ke radio rugeri. biar mantab katanya, pake b, meskipun nggak ada hubungannya apalagi manfaatnya. biarlah, tiap orang punya keanehannya masing-masing.

eh, ada yang kelupaan dikit. biasanya pas pemimpin upacara memberi aba-aba hormat gerak pada saat bendera akan dinaikkan, di antara hormat dan gerak ada, " hiduplah indonesia raya...(tu, dua...dalam hati)" dari dirigent tim aubade. jadi bunyinya ijo itu, "hormaaaaattt... 'hiduplah indonesia raya'... grrakk!!". barulah, kami tim aubade beraksi. menyanyikan lagu indonesia raya dari awal sampai akhir dengan khidmat. ya, sedikit fals memang. maklum amatiran dengan jam terbang cuma gladi resik sabtu. apalagi eka sok ngebas-basin suara. denger saja lafalnya jadi aneh, " hindonesaa.... tana hairku....thanah tumpah dharahkhu....". alhasil, semua anak laki-laki memakai suara basnya dengan tidak berpendidikan. apalagi sehabis ini ada dua lagu lagi nasional lagi yang selalu dinyanyikan tim aubade.

" mengheningkan cipta.." kata pembina upacara sambil celingak-celinguk. maksudnya mengamati barisan dari sisi kiri ke kanan, apakah sudah siap apa belum, apakah serius apa masih main-main, " mulai...!!"

kembali tim aubade menyanyikan lagu mengheningkan cipta. sementara para peserta upacara menundukkan kepala. ada yang berdoa, baca alfatihah, melamun, dan ada juga yang nerusin tidur. bahkan ada juga yang bisik-bisik sembari bergosip, " eh, lagu mengheningkan ciptanya, aneh ya...!".

lagu selesai. pembina upacarapun menyatakan selesai. muka-muka diangkat lagi. mc memberitahukan bahwa sekarang saatnya pembacaan-pembacaan teks. saatnya nanang beraksi. dengan serius menyerahkan teks pancasila pada pembina upacara. pembacaan teks pancasila diikuti oleh seluruh peserta upacara sampai selesai. dilanjutkan dengan pembacaan tek pembukaan UUD 45. lalu ada amanat pembina upacara. amanat pembina upacara biasanya diisi oleh sepatah dua patah kata nasehat agar para siswa lebih rajin lagi belajar, taat peraturan, dan yang gitu-gitu. pada momen-momen tertentu sangat panjang lebar kayak ceramah idul fitri. ada kalanya juga cuma sebentar kayak kultum.

sementara itu, bagi peserta upacara bab 'amanat' merupakan saat-saat rehat. kan, sebelumnya pemimpin upacara sudah mengaba-abakan, " istirahat di tempaaat, grak!!". makanya, para peserta mulai santai dan membuka dua kaki lebar-lebar setelah tegang semenjak awal. eh, para peserta juga sering tegang dan cemas lho. apalagi saat bab menghormat bendera. ya, takut kalau-kalau pas lagu 'indonesia raya' selesai bendera masih di tengah-tengah. atau sebaliknya lagu masih lama bendera udah sampai di puncak.

dan tegang yang kedua dikarenakan faktor non teknis. biasanya di awal-awal upacara bendera guru-guru suka ngontrol dari belakang barisan. ada aja kerjaannya. memeriksa rambut siswa yang panjang melebihi kerah, mencubit siswa yang bajunya tidak dimasukkan ke dalam celana, mencari-cari yang gak pakai dasi atau mengambil secara paksa sisawa yang main-main dan dianggap membahayakan keselamatan upacara bendera.

setelah bab 'amanat pembina' dilanjutkan dengan menyanyikan lagu nasional. biasanya lagu satu nusa satu bangsa atau bagimu negeri atau lagu lainnya yang liriknya pendek-pendek dan bolak balik. kadang-kadang kalau lagi semangat lagunya garuda pancasila atau maju tak gentar. tapi yang jadi favorit biasanya yang dirigent nya lantang menagwali ...." kita bela bersama...." dan langsung disambung tim aubade dengan, " satu nusa.... dst". atau lagu , "bagimu negeri... falling in love with you...". sorry, abis mirip sih...

sehabis para peserta sedikit terhibur dengan lagu nasional yang tetap dinyanyikan penuh nasionalisme meskipun nggak jelas mana sopran mana alto mana bariton dan mana tenornya, maka kembali keseriusan melanda para peserta upacara bendera. inilah bab baca doa. ya, kali ini gak ada main-main. pun bagi anak yang terkenal bengal macam rifan atau ridwan, saat baca doa pasti mata tertunduk dan melafazkan doa apa saja. atau sekedar mengaminkan doa dari pembina upacara.

"pembina upacara, meninggalkan lapangan upacara..." seru sang mc sofi. pikirnya, beres juga akhirnya. sementara itu para peserta berbisik-bisik di belakang, sambil ber- ha ha he he, "...pembina upacara, meninggal di lapangan...!". hus, nakal banget, sih. jangan ditiru, ya ! dan mc pun melanjutkan, "pengumuman-pengumuman...!"

dan ijo serentak berteriak dengan sisa tenaga dan suara yang diserak-serakin. katanya, biar kelihatan bahwa tugas ini lumayan berat.
"istirahat di tempaaaat, graaak....!"
nah, kalau udah di bagian ini nyanteipun gak terlalu dilarang. bahkan ngobrol-ngobrolpun diperbolehkan meskipun tetap di dalam barisan. di bagian pengumuman-pengumuman ini biasanya diisi dengan pengumuman siswa berprestasi, atau kelas berprestasi atau prestasi sekolah belakangan ini. anak-anak yang dianggap mengharumkan nama sekolah disuruh ke depan untuk mendapat ucapan selamat dari pihak sekolah. kadang-kadang ada piala yang dibawa ke tengah lapangan upacara. tujuannya bagus, biar siswa lain termotivasi untuk ikut berprestasi. juga agar kecintaan siswa terhadap sekolah semakin meningkat. dan di bagian-bagian ending ini barisan upacara sudah lebih mirip kerumunan. gak apa-apa juga sih, kan formalnya upacara bendera sudah selesai.

setelah pengumuman-pengumuman dianggap cukup maka pemimpin upacara membubarkan barisan upacara. kalau yang ini harus agak memaksa karena dengan berakhirnya upacara maka dimulailah proses belajar mengajar hari itu dan lima hari ke depan. ayo-ayo semangat lagi...

**

dan ditingker sedang full semangat senin itu. pasalnya nanti siang mereka akan berlatih band lagi alias capcay di rentalan milik pak tulus. kalau mau latihan band emang semangatnya suka ningkat. meskipun belum ada tambahan lagu yang berarti. paling mengompakkan lagu-lagu yang udah dipelajari. apalagi bagian-bagian melodi lagu belum sempurna aku mainkan.

opik udah punya stik baru lagi. tapi stik yang patah kemarin masih disimpan juga.
" gini-gini... ini stik pertama aku...." katanya bangga
" lho bukannya udah ada...!" kata ombi
" nggak, baru yang ini!"
" yang di bawah ?"
anak-anak pada ketawa. dasar lelaki. eh, pada ngerti, kan?

" mbi, yan... stik ini tidak akan kubuang...kenapa? karena stik bersejarah..." ujar opik lagi lebih serius
kami cuma mengangguk.
" nanti, kalau kita udah terkenal dan punya album...stik ini bakal diburu para kolektor..." jelas opik makin kemana-mana.
" iya gitu..?"
" iya, dong elvis presley aja buku rapot high skulnya meskipun nilainya ancur ditawar sekian juta dolar oleh kolektor..., siapa tahu stik patah ini ada yang minat nantinya..."
"iya deh, mudah-mudahan aja...."
karenanya stik itu disimpan dengan hati-hati oleh opik. dibungkus plastik dan setiap latihan dibawanya meskipun gak dipakai.

hari itu semangat sepertinya menyelimuti anggota ditingker. aku juga mau nyoba klaber baru dan efek metalzon yang kata taher udah ada di pak tulus. kemarin-kemarin memang the changkilung latihan di pak tulus.
" kita kan mau konser !" jelas taher ketika kami bertanya kenapa the changkilung sering banget latihan alhir-akhir ini.
" konser ?" sahur kami gak ngeh.
" manggung..... biasa tujuh belasan..." jawab heri.
" biar keren...bilangnya konser aja, ya..." tambah taher sambil cengegesan.
oke lah... the thinker juga siap-siap untuk konser. pas perpisahan nanti.
" pake efek metalzone mah tinggal injak aja kalau mau memelodian teh...!" kata taher lagi."... pokoknya mah lebih mudah dan lebih enak, gak usah jongkok dulu untuk cutrak-cetrek..."

ya, sebelumnya efek gitar yang dipakai adalah efek jadul model cetrek. makanya kami menyebutnya efek cetrek. dan biasanya ombi ngebantu aku mencetrekkan efek itu. aku yang belum terbiasa agak susah di saat bersamaan dengan memainkan gitar sementara tangan harus secepat kilat mencetrek efek. kalau gak mau mencetrek, maka sepanjang lagu efeknya nyala yang terjadang mengganggu instrumen lain.

makanya hari senin ini aku bersemangat ingin mencoba efek gitar yang baru.
" tapi biaya sewanya kalau pakai efek itu jadi 3000 perak..!" ujar taher sebelum berpisah dengan ditingker.
" nggak apa-apa lah... yang penting puas...." jawab kami

opikpun bersemangat karena hari ini mau mencoba stik baru yang kali ini bermerk sabian. bedanya kali ini dia gak mau mengklaim stik drum ini dipakai siapa. he he setelah peristiwa stik metallica dia gak mau sesumbar lagi. takut stiknya patah kayak yang dulu. yang jelas kali ini dia gak akan main sembarangan.

yang lain-lainpun cukup bersemangat tinggi. tapi aku tahu, pasti mereka ingin pada duluan duduk di set drum seperti dulu. entah kenapa alat musik yang itu selalu saja ingin dipegang meskipun tugasnya bukan di situ. mungkin karena drum jarang-jarang ada di rumahan, seperti alat musik gitar.

**

sepulang sekolah ditingker udah ngumpul. kali ini menyempatkan diri dulu untuk sholat dhuhur di sekolah meskipun airnya manpet dan wc-nya bau pesing. ya, biar tenang dan tidak terganggu pikiran karena belum sholat. sebagai pegawai band sholeh sholat tetap diutamakan.

kali ini mereka ngggak jalan kaki ke rentalan. ya, saking semangatnya mereka memilih naik angkot agar cepat sampai dan memainkan lagu-lagu yang telah dipelajari.
" mumpung awal bulan..." kata eka. he he kayak orang gajian aja.

jadilah mereka menyetop angkot 02 di jalan siliwangi. untungnya angkot banyak yang ngetem dan masih kosong. opik eka dan ugun memilih di belakang. sedangkan aku dan ombi memilih di depan dekat supir yang sedang bekerja.
" biar cepat sampai......!" begitu alasanku saat anak-anak nanya kenapa maunya di depan melulu. padahal kalau di belakang aku suka pusing dan pingin muntah. maklumlah, orang udik yang jarang-jarang naik mobil.

angkotpun melaju meskipun penumpangnya gak banyak. ya, karena angkot yang berikutnya keburu datang dan ngetem juga persis di belakang angkot yang kami tumpangi. dan pak supirpun tahu diri, berarti rejekinya ada di jalanan. dengan ikhlas dia menjalankan mobilnya. tentu saja kami senang berarti semakin cepat sampai ke tempat latihan. aku dan ombi cengar-cengir sembari berpandangan, ' are you thinking what i am thinking?'

pelan angkot melaju, jalan muhammadiyah melewati rumah yoga, belok kiri jalan ranggalawe, belok kanan lagi jalan cikurai, jalan pasundan. sempat rame-rame melirik ke basecamp, rumahku. angkot terus saja berhenti dan jalan. menikkan dan menurunkan penumpang. hingg di sukadana. perempatan ciledug, pasundan dan barakatakyuda. anak-anak smp lain ada yang naik dan ada juga yang turun. angkot laju lagi hingga korem hingga...
" kiriiii !!" seru eka dari belakang dengan penuh semangat.
ya, karena udah nyampe di tujuan... daerah kondang rege yang nggak ada hunbungannya dengan bob marley. buru-buru kami turun. bendahara ombi membayar ongkos. angkotpun berlalu.
" jalan sawah...?" tanya opik
" iya..dong..." jawab kami semua. he he berarti masih pada takut pada preman kondangrege yang belum pasti. atau takut pada pikirannya masing-masing?

**

nggak perlu diceritakan lagi bagaimana the thinker nyampe di tempat latihan. yang jelas kejadian kemarin-kemarin pasti terulang : terjebak di lumpur sawah, mengendap-endap di antara tatapan anjing kampung dan berdebat masuk gang kiri atau gang kanan. bedanya kali ini lebih nyantei, udah tahu medan sih....

seperempat jam kemudian mereka udah nyampe di tempat latihan band. sebuah band yang mebawakan lagu-lagu deep purple baru aja keluar dari tempat latihan. para aa-aa yang mungkin berusia di atas dua puluh tahunan tersenyum ramah. eka sempat terkagum-kagum pada suara sang vokalisnya yang tinggi banget dengan vibrasi mantap. belakangan aku tahu si aa nyanyiin lagu " child in time" nya deep purple. lagu jadul sih, tapi gak apa-apa juga soalnya yang nyanyiin juga jadul-jadul. jadi klop.

kamipun masuk ke studio yang mulai akrab itu. drum letaknya di sini. gitar di sini. mikropon di sini. ini ini ini...pokoknya udah kenal deh.
" pa, pake metalzone...!" pintaku ke pak tulus yang ngebantu-bantu kami ngeset sound sistem. pak tulus yang berkacamata itu masuk ke ruangan sebelah dan keluar lagi sambil membawa efek metalzon berwarna oranye. kelihatannya bukan efek baru. aku mencobanya. memetik gitar, memelodian, menggenjreng dan menginjak efek yang sudah diset oleh pak tulus. dan jeng..jeng..jeng.. jeng... jeng....
anak-anak terkagum-kagum dengan suara yang keluar dari gitar melodi yang kumainkan.
" bagus euy... mantap !" seru opik. yang lainpun sudah mulai beres menyetem gitar. ombi juga sudah puas menggebuk drum yang direlakan oleh opik.
" ayo, yan...lagu pertama !" teriak ombi setelah memegang mikroponnya
lampu hijau menyala. opik baru saja selesai pemanasan dengan solo drum yang mulai bergaya ngeprof.
" satu dua tiga..." seru opik memberi aba-aba. tapi...

tok ! tok ! tok ! pintu tiba-tiba diketuk. kamipun urung memainkan never say. saling berpandangan, huh ganggu aja...!
tok ! tok ! Tok pintu diketuk lagi lebih keras.
seseorang melongok dari kaca jendela. kali ini jendela kaca diketok juga lebih keras dari tadi. ombi membuka pintu.
" ada apa....!" tanya ombi.
langsung aja seseorang tadi yang kebetulan kukenal sebagai preman di kampung sebelah pasundan masuk.
" a... maaf bisa digeser sebentar !" katanya. beberapa pemuda juga masuk ke studio. wajahnya seragam, wajah preman sedang mabuk. ada bau alkohol menyeruak. digeser?
" maksudnya, apa a....?" tanyaku di antara ketakutan dan kaget. meskipun salah seorang teman kami yakni nanang adalah reman, namun melihat reman yang ini kami gak berani. reman yang ini beda banget. bukan reman reman kajajaden kayak nanang, yang masih menyempatkan diri jadi petugas upacara. dan nanang nggak mabok-mabokan. kayaknya yang ini biangnya reman. makanya wajar kalau opik dan ugun diam aja di pinggiran deket set drum, gak berani ngomong saking takutnya. eka apalagi. aku aja dan ombi dengan memberanikan diri menghadapi mereka meskipun lutut bergetar.
" begini... latihannya gue dulu.... mau manggung !!" teriak salah seorang dari mereka.
" iya, kalian nanti aja... digeser...!" tambah yang lainnya. tak ada roman muka meminta apalagi memohon maaf lebih dulu.

aku meminta persetujuan ditingker lainnya dengan 'are you thinking what i am thinking'. opik mengangguk. eka mengangguk. gitarnya udah ditaruh dari tadi. dengan lunglai kamipun melepaskan intrumen masing-masing. sorry ya metalzone ! sorry sabian....

" mau manggung di acara apa, a?" tanya ombi sok akrab. ya, basa-basi dikitlah.
" 17-an !" sahut salah seorang mereka kesel.

pak tulus masuk ke ruangan studio. belum sempat bertanya ketika salah seorang dari 'preman band'dengan tak ada sopan-sopannya bilang, " digeser pak...! latihan 3 jam...!". anak-anak ditingker udah gak tahan. "yang sopan dong, kang preman....!" dalam hati kami protes berat.
" nggak apa-apa pak... kami lain kali aja....!" ombi menerangkan. ya pak tuluspun kelihatan gak enak pada anak-anak ditingker yang lebih dulu menyewa studionya. di sisi lain pak tulus takut juga pada band preman yang kelihatan haus darah dan haus beneran. kelihatan salah seorang dari mereka dengan rakus meminum jatah air putih gratisan milik ditingker yang biasa disediakan bagi para penyewa studio.

ditingker keluar studio dan preman band yang berjumlah lima orang masuk menggantikan. menggeser, istilah mereka mah. wahetever, yang jelas ditingker gondok banget. cuma gak berani juga untuk protes langsung. mereka besar-besar dan reman-reman. hanya duduk-duduk di bangku panjang menatap kesel pada preman band yang sedang menyetel lagi alat musik.

"pulang..ah..." ajak opik. " tiga jam menunggu, mau ?"

dengan penuh kesal, bete, marah, bingung dan juga sedikit ingin ketawa karena ketidakberdayaan kamipun meninggalkan studio pak tulus. meninggalkan efek metalzone yang belum sempat diaplikasikan dalam lagu. meninggalkan ketukan stik sabian terakhir yang hanya baru di intro saja. meninggalkan semangat senin dengan canda di angkot 02 tadi dan juga meninggalkan pak tulus yang dibalik kacamata tebalnya menatap ditingker dengan penuh permintaan maaf dan rasa sesal.

ya, udah barudak.... capcaynya lain kali aja. toh, konsernya juga masih lama. lagian tadi kan udah aubadean di sekolah. anggap aja latihan. sabar, ya.....

Jumat, 21 Agustus 2009

pintu 12, every nanang has its thorn



di sebuah siang yang panas saat orang-orang kebanyakan lelap dalam tidur siang. ombi, eka, dan aku masih berdiri di depan pintu pagar besi yang sedang terbuka sebuah rumah besar di sekitar jalan kabupaten. ragu-ragu menyergap kami untuk sekedar memencet bel atau bilang permisi saja. kami bertiga masih memakai seragam biru putih yang udah lecek dan kemejanya dikeluarkan. aku dan eka bersepatu. sementara ombi, nyeker....

" ka, kamu dong yang duluan masuk....!" kata ombi setelah berlama-lama menunggu.
" gak mau !...kamu aja duluan...kan kamu yang butuh ...!" tukas eka. enak aja, ombi yang butuh kok saya yang jadi umpan.
" malu, ka... masa nyeker gini....!" ujar ombi
" iya ka... lagian kamu kan udah akrab sama dia, sejak kelas dua...." kataku mencoba membela ombi.
" apaan sih...?" eka masih tetap bertahan, " aku cuma nunjukin doang,... selanjutnya terserah kamu, mbi!"
" atuh ka.... malu nih, katanya dia juga kan suka ke kamu...." ombi kembali memelas.
" gak tahu ah, kalau soal itu.... " sahut eka sambil berbalik dan pura-pura lihat-lihat jalanan sekitar yang biasanya juga sepi. sempat juga melihat-lihat ke arah mesjid agung yang tak jauh dari situ.
akhirnya,...
" ayo mbi, masa malu sih... kita kan bukan mau maling. " ajakku. aku masuk pelan-pelan ke pintu pagar besi yang setengah terbuka itu. ombi mengikuti dari belakang. eka yang melihat dua sobatnya mulai berani masuk juga mengikuti dengan menjaga jarak tertentu. he he kayak spy aja lagaknya.
" assalamualikum.... punten....!" aku dan ombi bergantian mengucap salam. sekali belum ada respon dari empunya rumah. mungkin yang di dalam sedang di dapur atau sedang tidur. ah, belum tiga kali juga. lanjut, mbi..... kembali kami 'uluk salam'. sekarang lebih keras dari tadi.

kami melihat seseorang mengintip dari gordeng. unkown. kami gak jelas siapa dia dan kayaknya dia juga gak kenal siapa kami. cuma saling menyelidiki tapi gak ada aksi. ah, kesempatan terakhir, kamipun mengucap salam lagi. kali ini lebih keras dan lebih panjang. kalau dalam ngaji mah istilahnya mad. dan mad yang kami gunakan adalah mad yang lebih dari tujuh harkat. kebayangkan panjangnya.

seseorang perempuan seukuran mbak-mbak keluar dari pintu samping rumah. nah, ternyata mbak-mbak yang tadi ngintip. kami berucap syukur dalam hati, tidak sia-sia segala mad kami lafalkan dalam salam tadi.
" mau ketemu siapa ya...?" tanya si mbak dengan sedikit logat jowo.
" rina-nya ada, mbak...?" ombi yang jawab. disopan-sopanin.
" adik ini siapa? temennya ya?..." tanya si mbak lagi.
" iya...temen sekelasnya..." jawab ombi dan aku bareng.
" oh... tunggu sebentar ya. ayo silahkan duduk...!" sahut si mbak sembari menyilakan kami duduk di kursi rotan yang tersedia di teras rumah.
" makasih, mbak..." jawab kami. eka yang dari tadi cuma berdiri dari kejauhan menghampiri. dan langsung aja duduk di kursi yang tersedia dengan innocennya. he he kelakuan khas anak remaja smp di masa puber emang kayak gini. biasanya kalau mau main ke rumah teman cewek. datangnya rombongan. dan seseorang yang paling berkepentingan biasanya selalu merasa istimewa. yang lain disuruh maju duluan. pas jalan udah terbuka lebar baru deh memainkan peran dan merasa paling berjasa. ya, kayak cep eka ini. meskipun kali ini kasusnya agak beda.
" hei...." tiba-tiba sesosok cewek berpakaian jins dan tshirt ramah menyapa kami. sosok teman sekelas kami.
" hei juga, rin....! maaf, mau ganggu sebentar...!" kataku dengan agak malu-malu.
rina, teman sekelas kami itu langsung duduk di kursi yang masih kosong.
" iya ada apa? belum pada pulang, ya...?" tanya rina mengamati temannya satu-persatu. kucel amat temen-temen gue, pikirnya.
" ya... belum pada pulang. abis latihan band. ngg... ini nih, ombi ada perlu ..." jelasku langsung aja menyerahkan urusan pada ombi.
" ada perlu apa..mbi ?" tanya rina. sesekali matanya melirik ke eka yang sedang pura-pura melihat bunga-bunga di pot. aduuhh euy..., witt wiiiw....!
" maaf sebelumnya maaf ya rin.... saya mau minjam.... sendal.... boleh nggak?" kata ombi sambil malu-malu macan.
" ha, sendal?" rina malah balik nanya sembari heran.
" iya... sepatu saya hilang. di masjid agung...." jawab ombi. o la la... ternyata ombi nyeker gara-gara itu. hal yang gak aneh, di tempat sesuci masjidpun kriminalitas kecil-kecilan bisa saja berlangsung. seperti yang menimpa vokalis ditingker ini.
" iya rin... tadi abis latihan band kita sholat dhuhur dulu di masjid agung. eh, sepatu ombi malah ada yang nyuri. mana sepatunya masih baru...!" jelasku. Rina cuma bisa tersenyum dikulum. pikirnya, ke mana lagi minta bantuan. kan gue yang paling deket masjid agung. pingin ketawa juga dengan tragedi teman sekelasnya ini. tapi ditahan aja takut dituduh meledek.
" ada sih.... tapi sandal jepit gak apa-apa...!" ujar Rina akhirnya.
" gak apa-apa... buat pulang doang, kok... besok di kelas di balikin !" sahut ombi kegirangan. lumayanlah, daripada pulang nyeker.
" tunggu atuh sebentar " kata rina sambil berdiri dan masuk lagi ke dalam rumah.
alhamdulillah. bisa pulang juga deh mbi.... nanti-nanti mah kalau ke mesjid sepatunya dikantongin aja ya biar gak hilang.
tak lama Rina udah keluar lagi sambil menenteng sepasang sendal jepit warna hijau. sepasang sendal jepit yang masih baru karena mungkin jarang dipakai oleh pemiliknya. atau sendal jepit yang biasa dipakai khusus di dalam rumah saja.
" ada juga yang ini..... gak apa-apa?" kata Rina sambil meletakkan sandal jepit itu di lantai.
" nggak apa-apa rin... cukup cukup..." tukas ombi dan langsung mencobanya. agak kegedean dikit, sih. tapi gak apa-apa.
" orang rumah pada kemana, rin..." tanya ombi basa-basi setelah merasa akrab dengan sendal jepit pinjaman.
" ibu ada, sedang istirahat... kalau bapak pulangnya sekitar jam empatan..." jawab rina santai.
" eh, mbak-mbak yang tadi siapa rin. pembantu ya ?" tanyaku iseng.
Rina tersenyum sambil mengangguk.
" he he... kata ombi salam, tuh..." tambah kumat isengku
" apaan..! nggak ketang rin....kamu kali..." ombi protes berat.
Rina cuma tertawa. tawa yang suatu saat menurut eka mirip artis ita purnamasari. ah, iya gitu?
" eka, kenapa diam aja..." tanya rina pada eka yang sedari tadi emang manyun aja.
" nggak apa-apa. cuma lagi mikir dikit. eh, boleh nanya nggak?" tukas eka
" nanya apa...?"
" kalau di sini pakai sumur, jet pam, atau ledeng....?" tanya eka serius penuh.
" maksudnya ?.... ya, ampun... kalian belum dikasih minum ya.... maaf, lupa...!" seru rina baru ngeh. langsung aja rina berdiri dan masuk lagi ke rumah.
eka cuma terkekeh ringan. aku dan ombi memelototinya sembari, " malu-maluin...!"

rina nongol lagi dengan tiga buah gelas berisi air berwarna kuning keoranyean di atas baki alumunium. pasti orson. bukan ah, es jeruk. atau markisa...? markisa haqque!
" sok... diminum dulu....!" tawar rina di antara senyam-senyum ita-nya.
" wah, gak enak nih... jadi ngerepotin....."kata kami pura-pura menyayangkan. padahal seneng dari tadi kehausan sehabis jalan kaki dari kondangrege ke alun-alun.
" enggak kok... kebetulan aja lagi ada...." jawab rina ringan.
" makasih atuh...." sahut kami dan langsung aja mengambil gelas minuman begitu ditaruh di atas meja. regot....regot....leguk. sekejap tiga gelas berisi minuman yang tenyata air jeruk udah hampir habis. rina senang aja melihat kawan-kawannya begitu bersemangat. ya, kapan lagi nyenengin teman. apalagi ini ada ekanya, ya rin.

tiba-tiba saja kami teringat ugun dan opik yang lagi nungguin tas-tas kami di beranda masjid agung. ah, malang nian kalian. " rin, bisa minta dua lagi...dibungkus aja pake plastik. buat ugun dan opik yang lagi nunggu di masjid...."
ombi !! malu-maluin !
rina cuma bengong. emang lagi jualan?

**

nanang sableng lagi. kemana-mana sekarang dia bawa spidol besar merah yang susah dihapus. dan di mana-mana pula dia menulis 'poison, okey poison !. di atas mejanya ada tulisan itu. di kantongnya yang udah lecek juga ada. di whiteboard yang di depan kantor tata usaha juga. di lembar belakang buku tulisnya jangan ditanya lagi. terakhir, nanang menulis slogannya di lantai lapang basket. bahkan saking udah teracuninya nanang dengan poison dia menuliskannya di bagian belakang bawah kemeja sekolahnya dengan spidol warna merah dan hitam. berani banget uy...., tapi keren juga. kreatif. biasanya kan gambar-gambar sablon baju ada di depan atau di punggung. tiap pulang sekolah atau pas gak ada guru, baju seragamnya dikeluarin. tujuannya jelas, mamerin 'poison' nya itu.

suatu ketika aku penasaran juga dengan kepoisonan nanang yang udah mendarah daging itu. di suatu jam pelajaran kosong aku nyempatin ngobrol sama nanang. (eh, emang ada gitu pelajaran kosong? biasanya kan pelajaran bahasa indonesia, matematika, fisika, dll, dst, dsb...). maksudnya, jam pelajaran di mana gurunya berhalangan ngajar. bisa karena ada keperluan, bisa juga karena emang gurunya malas aja. atau gabungan keduanya.
" nang, tahu lagu unskiny bop?" tanyaku ngetes, setelah dirasa aman gak ada teman lain di bangku nanang.
" nggak... lagu siapa...? " sahut nanang cuek di sela kegiatan corat-coretnya di buku tulis. itu buku udah keriting aja. mengalahkan galingnya opik. habis, kadang-kadang nanang jarang bawa tas. jadi dia nyelipin begitu aja bukunya di dalam celana. kan jadi gak rapi. untungnya selama ini anak-anak cewek jarang merhatiin. kalau tahu, mungkin nanang gak bakal dikasih contekan pr matematika. sementara pulpen dimasukkan saku dan sering hilang atau tintanya mengotori seragamnya yang udah gak putih lagi itu.

" kalo bret michel, apal gak..? " tanyaku lagi, semakin penasaran.
" teuing atuh... kalo michael jackson tahu..." jawabnya, semakin gak konek.
" hm... grup metal poison mah tahu ?"
" tahu dong... poison, okey poison ! itu mah idola !" seru nanang
" lagunya yang gimana, nang ?" tukasku
" nngg... yang itu... pokoknya mah, poison okey poison...!"

ampunnnn deh... nang ! gue nyerah, lo emang beracun.
" mari, nang...ka warung dulu, udah bel istirahat..."
aku tinggalkan nanang dengan keasyikannya. beu, ternyata nanang emang poison mania. harus hati-hati, every nanang has its thorn.....


**

sebenarnya ide tulisan di belakang bawah baju seragam bukan murni ide nanang. dia juga cuma ikut-ikutan. emang, jaman itu nulis grup metal di belakang bawah baju seragam lagi ngetren karena di sekolah maupun di kelas gak akan diomelin guru. kan bajunya dimasukkan ke dalam celana. jadi rapi-rapi aja. nah pas bubaran sekolah barulah fashion show.

akupun ikut-ikutan. kalo nanang tulisan 'poison' meskipun gak ngerti lagunya, maka aku dengan tulisan 'white lion'. yang bikin adalah rahmat, teman kakak sepupuku itu. itu lho, yang minjamin gitar ke rumah. nah udah pada inget kan. ia juga ternyata jago gambar. maka nangkringlah tulisan whitelion, band yang nyanyiin yur ol ai nid, di seragamku bagian belakang bawah. gak apa-apa ngorbanin satu baju seragam. sing penting keren. yang lain juga ikut-ikutan. di seragam eka ada tulisan extreme dengan spidol merah.itu aku yang bikin karena agak mudah. ditambahkannya pula tulisan ' feat. more than words'. he he kayak iklan kaset aja. ijo malah lebih gagah dengan tulisan metallica. secara, ijo emang lagi belajar intro 'seek and destroy' bersama anak-anak kanssas. meskipun baru bisa intro, ijo cukup bangga. padahal dia belum apal chord gitar.pendeknya hampir setiap anak lelaki di kelas memiliki baju bertuliskan grup metal dengan huruf khasnya. dan rame-rame pas pulang sekolah dipamerin dengan cara mengeluarkannya dari celana.

termasuk ombi. yang baru belakangan nyadar dengan tren gak penting ini.
"yan,... sini !" katanya padaku yang lagi santai di kelas menjelang menjelang bel istirahat. sementara itu anak-anak lain udah pada jajan ke warung. mumpung jam kosong kata mereka. azas manfaat pisan nya.
" apa mbi...eh, sendal si rina udah dibalikin?" tanyaku ngingetin. kemarin udah janji.
" ada nih di kantong..." sahut ombi." yan, tuliskan yang kayak anak-anak itu....!"
" metal-metalan?" tanyaku
" iya...sok siniin bajunya...."
" ini, baju yang ini..." ombi menyerahkan seragam putihnya yang masih dibungkus keresek. busyet, niat amat.
"apa tulisannya?"
" the thinker !"
aku mengangguk-angguk. dasar narsis, tapi aku juga setuju habis. hitung-hitung promosi. siapa tahu ada yang mau ngondang kita ngeband. meskipun baru hapal tiga lagu.
" mbi, kasihkan sendalnya sekarang... mumpung lagi nyantei...." aku gak enak juga. soalnya kemarin sudah janji. siapa tahu sendalnya mau dipakai. orang sekaya rina? sendalnya cuma satu? gak punya sendal yang lebih baik lagi? iya? ...eh bukan gitu, ini mah about janji. janji harus ditepati. makanya...

" mana rinanya?" tanya ombi celingak-celinguk.
" di luar, kali!" jawabku pendek.

ombipun keluar kelas dengan sepasang sendal jepit dalam bungkusan keresek. sementara aku asyik berkarya di seragam ombi. ah, pakai dua warna aja biar tambah bagus.
" nang, pinjem spidol merah....!" pintaku ke nanang yang sedang di kelas juga. nanang menyerahkan senjata andalannya itu. dia sendiri lalu pergi entah ke mana. akupun asyik menulis the thinker, diukir-ukir hingga detil. bagus juga, gue gitu... lhoks !
tiba-tiba ombi datang.
" udah, mbi...?"
" wah, malu aku.... "
" kenapa ?"
" pas nyerahin sendal lagi banyak anak-anak....diketawain...si rina juga malu!" kata ombi cengengesan. ha ha akupun ketawa membayangkan hal itu.
" udah, simpan aja di bangkunya...." kataku. ombi nurut aja.
" iya.... nih udah beres ! gimana? keren?" tanyaku
" bagus..bagus... pakai ah...!" seru ombi takjub. membuka baju putihnya dan memakai baju sekolah dengan tulisan 'metal' karyaku. baju yang tadi digulungnya begitu aja. lalu dimasukkan ke tas sekolahnya.
" hayu ah...ke warung... lapar !" ajakku. aku dan ombipun melangkah menuju warung ibu ncus. sempat berpapasan dengan nanang yang masuk kelas.
" nang, spidol di atas mejaku. makasih !" teriakku
" sip !!" sahut nanang.

***

bel pulang udah dari tadi. km ijo baru saja selesai memimpin doa pulang. anak-anak 3A satu persatu pulang dengan tertib. pak bakti, guru elektro udah keluar duluan. seperti biasa dengan bangga baju sekolah pada dikeluarlan. terutama ombi, pendatang baru. it's show time. here we come "the thinker". aku mengedipkan mata ke ombi. ombi membalas dan menuju pintu keluar bak peragawan kelas tinggi. langkahnya berayun-ayun.
" ombi....!!" sebuah teriakan menghentikan langkahnya. ombi menoleh. rina yang tadi berseru. ada sofi dan juga novi di sana. lagi ketawa-ketawa gak jelas.
" sini dulu...." rina meminta ombi ke bangkunya.
ombi balik badan. saatnya memamerkan 'the thinker' pikirnya.
" ada apa rin? eh ada sofi sama novi juga...."
" kenapa sendal jepit rina dicorat-coret....!" seru rina to the point
" dicorat-coret. nggak, ah...." jawab ombi.
" ini buktinya...." rina mengeluarkan bungkusan keresek dari laci mejanya.. dikeluarkannya sepasang sendal jepit yang udah penuh coretan grafiti gak jelas." eh... kenapa begini...?" kata ombi diantara heran dan pingin ketawa.
" meni iseng.... " ujar rina kesel. pikirnya, udah ditolongin malah ngelunjak.
" bukan kerjaan saya, ini mah...!"
" bohong, siapa dong?"
" sini lihat apa tulisannya...." ombi mengamat-amati tulisan pada sepasang sendal jepit milik rina. diamati dan sekali lagi diamati. tulisan gak jelas, mungkin maksudnya seni, dengan spidol merah. ini kaligrafi atau apa....tanyanya dalam hati.
" siapa, mbi?" tanya sofi penasaran. " bentar...." sahut ombi. lalu....
" oh... ini mah pasti kerjaan si nanang..." jawab ombi girang. " lihat aja tulisannya,...." lanjutnya
" emang apa?"
" poison, okey poison !... tuh, poison okey poison....!" kata ombi sambil menunjukkan tulisan pada sendal jepit rina. ombi pun berlalu di hadapan tiga teman ceweknya itu sambil memaerkan ' the thinker' nya dengan penuh kemenangan.

iya siapa lagi, atuh rin ? sofi, novi, dan rina cuma bengong dan saling berpandangan. asli, mereka nggak negrti dan nggak bakalan ngerti. dunia nanang emang hanya dunia anak lelaki. tapi ombi sudah tahu pasti. jangankan sendal jepit, rin. lapang basket aja bermerk dia.... ah every nanang memang has it's thorn.....

Selasa, 18 Agustus 2009

pintu 11, gitar baru ugun

dari rumahku ke sekolah tidaklah terlalu jauh. begitu juga dari sekolah ke rumahku. jarak rumahku ke sekolah kalau diibaratkan sama dengan jarak dari rumah eka ke sekolah. ya, memang agak jauh dikit karena rumah eka pada jaman itu agak-agak minggir meskipun masih di tarogong. setiap hari, aku berjalan kaki ke sekolah. by foot, kata eko jangkung mah. begitupun teman-temanku yang lainnya rata-rata jalan kaki ke sekolah. kecuali kalau cuaca tidak memungkinkan atau hampir-hampir terlambat, barulah mencari-cari becak atau kendaraan lain seperti angkot. tapi kalau naik angkot agak susah juga. soalnya masih tetap harus jalan kaki. kan gak ada angkot yang berhenti tepat depan sekolah.

begitupun pulang dari sekolah. by foot adalah pilihan utama meskipun harus melawan terik matahari siang-siang. tapi kalau udah terbiasa sepanas apapun dijalani saja. apalagi kalau pulangnya bareng teman lainnya. sambil ngobrol-ngobrol sambil bercanda-bercanda dengan tiada terasa sampai pula di rumah. kecuali kalo sedang hujan biasanya kami patungan naik becak. walaupun sering juga diledek, " kok, anak laki-laki naik becak?". beneran, naik becak bagi sebagian orang waktu itu identik dengan kendaraan anak perempuan. padahal tidak ada dalam UUD 45 nya anak laki-laki gak boleh naik beca. kan emansisapi....

pernah ada kejadian yang berhubungan dengan naik beca. ceritanya waktu kelas dua sepulang ebsem. tahu kan ebsem? ia adalah sejenis ujian akhir semester. singkatannya aja evaluasi belajar semester. kalau sekarang mah uas. nah, pas pulang ebsem sekitar jam satuan, turun hujan lebat. mulanya aku jalan kaki dengan ugun menentang hujan. buku yang cuma bawa sebiji dimasukkan ke dalam baju. biasanya bertiga sama ijo. cuma saat itu ijo ada perlu di sanggar pramuka sirung.

awalnya hujan gak besar, tapi pas di depan toko adidas jalan cikuray hujan membesar. jadilah kami berteduh dulu. berhubung perut lapar maka kami putuskan pulang dengan naik beca.
" mang, narik mang...!" kataku di tengah deras hujan pada satu-satunya mang becak yang saat itu juga sedang berteduh sambil merokok pahpir.
" mangga, mangga cep..!" jawabnya. pikirnya, ah jadi juga nih anak naik becak saya. ditungguin dari tadi juga.
" berapa mang ? " aku menanyakan tarip beca. takut uangnya gak ada.
" kemana, cep...?" tanya si mang lagi
" pasundan !"
" pasundannya sebelah mana?"
" gang kartini !"
" udah, tiga ratus aja..." si mang beca akhirnya menyebutkan tarip.
" kurangin dong mang...!" tawar aku, uangku gak cukup, bo. cuma tinggal dua ratus. ugun katanya uangnya udah abis. atau mungkin malahan dia gak bawa uang dari rumah karena hari ini ebsem bukannya belajar.
" udah pas cep... jalannya kan nanjak " ujar si mang beca keuekeuh dengan ketetapan harga yang diberikan
" kan anak sekolah, mang...." aku masih berusaha membujuk si mang becak. siapa tahu dengan alasan ini dia tergerak hatinya membawa aku dan ugun berpulang ke rumah.
" udah murah, cep... seorangnya kan seratus lima puluh " jawab si mang beca mencoba bertahan. malahan disertakannya itung-itungan matematika.
aku dan ugun berpandangan. are you thinking what i am thinking?
" bentar ya mang...." aku dan ugun agak menjauh dari si mang becak.
" udah, yan.... kamu ada sendiri !" kata ugun
" gak apa-apa...?" aku ragu-ragu
" iya, sok...."
aku menghampiri si mang lagi. " mang, seorangnya seratus mapuluh?"
" iya " jawab si mang cepat
" ya udah... saya aja yang naik. sendiri. seratus lima puluh kan?" usulku di antara harap dan cemas. lumayan kalu disetujui masih sisa gocap.
" ya, gak bisa cep.... tiga ratus teh udah paket..... gak bisa diseorang-seorang...!" jelas si mang becak. gak balik modal dong saya, begitu pikir si mang becak.
" yah.. si mang mah... gak jadi aja deh....!" kataku kembali le ugun yang cengar-cengir. ya, sebenarnya itu juga udah murah. biasanya tarip beca jaman itu di atas lima ratusan. ini mah karena ke pelajar aja. jadi murah. begitu si mang melanjutkan pikirannya.

dan aku sama ugunpun akhirnya kembali menunggu hujan reda sambil menahan lapar dan hanya bisa menatap si mang becak yang udah dapat penumpang seorang ibu-ibu.
" alun-alun mang, berapa ?" ujar si ibu berpayung abu-abu
" lima ratus..."
" iya, jadi... " si ibu langsung naik becak sembari menutup payungnya. si mang pun memutar becaknya, menutup depan becak dengan plastik bening dan sempat pula tersenyum penuh kemenangan pada aku dan ugun. kami cuma hokcay melihat kepergian si mang becak.

untunglah hujan beranjak mereda. daripada menahan lapar, mendingan hujan-hujanan aja. aku dan ugun pun menembus hujan yang mulai mereda. tak lupa berseru, " poison, okey poison !"

**

kini aku, ugun, ijo, tedi, dan yoga sedang bejalan dalam rangka pulang ke rumah. hari ini cuaca sedang panas jadi gak perlu naik beca ataupun angkot. biar ngirit dan uang jajan bisa ditabung buat beli sesuatu. ya, aku sedang merencanakan beli kaset bad english. kemarin dengar lagunya di radio pas sore-sore. eh enak juga. judulnya kalau gak salah 'when i see you smile'. harga kaset masih berkisah 6000 perak. makanya aku juga hari ini gak jajan di warung ibu ncus agar bisa ngumpulin uang. dihitung-hitung kalau nggak jajan seminggu bisa beli kaset. uang jajanku biasanya sehari memang cuma seribu atau kdang-kadang kurang dari itu.

aku tergerak ingin nabung karena katanya ugun udah bisa beli gitar sendiri dari menyisihkan uang jajan sehari-hari. dan nanti malam gitar itu mau dibawa ke basecamp buat genjrang-genjreng. bassist gue, diam-diam rajin nabung juga meskipun bass beneran belum kebeli. lumayan lah bisa kebeli gitar akustik.

yoga belok kanan di simpang siliwangi cikurai.
" nanti ke basecamp !!" teriaknya dari jauh. kebiasaan yoga emang tukang teriak-teriak kayak gitu.
" oke...!" balas kami. sementara kami memilih lurus. perjalanan masih sekitar sekilometeran lagi. seperti biasa bila ada pr matematika buat besok pasti kami berkumpul untuk mengerjakannya.

belajar bersama memang telah aku biasakan semenjak sd. dulu-dulu, ketika sd aku sering belajar bersama. hingga lahirlah geng kelas pertama. namanya mf gosen. anggotanya anak-anak yang rumahnya di sebelah utara sd ciledug. orang-orang kaler, istilahnya. anggotanya cuma berenam : aku, taher, ugun, ricky rikwanto, aa abdullah, dan yopi bharata. kadang-kadang anak perempuannya seperti uyang dan fini suka ikutan juga kalau ada tugas-tugas tertentu dari pak mumun, guru kelas enam kami. atau pak rahmat, guru kesenian.

hampir setiap hari kami belajar bersama. biasanya di rumah aa abdullah di gang psii ciledug. pilihan di rumah aa abdullah bukan tanpa alasan tapi memang beralasan. di rumah aa abdullah sering banyak makanan. ortunya bener-bener pengertian. selain itu rumah aa cukup luas serta si belakngnya ada kebon buah-buahan. kami sering ngerujak di sana. tiap belajar bersama pasti ngerujak. jadinya ngerujak adalah salah satu motivasi kami belajar.

sekarang setelah smp kebiasaan baik itu masih terpelihara. belajar bersama meskipun tanpa rujak dan hanya air putih dingin dari botol bekas orson. mengerjakan pr matematika bu marni, sambil mendengarkan kiriman lagu-lagu dari radio, dan biasanya diakhiri main gitar. belajar lagu-lagu baru. yang belum bisa, sedikit-sedikit jadi bisa. yang udah bisa sekalian melancarkan. namun dari belajar bersama ini tidak otomatis semuanya pinter. selebihnya tergantung dari usaha masing-masing di kelas jika ada ulangan. maksudnya usaha nyontek masing-masing, he he.

dan, ssttt..... dalam hal teknik mencontek. yogalah yang paling jago. bisanya dia melipat kertas kecil-kecil. lalu dituliskan segala bentuk rumus, uraian dan sebagainya yang berhubungan dengan materi ulangan di sana. yogapun menuliskannya kecil-kecil. alhamdulillah, ilmu dari yoga ini aku amalkan hingga kuliah. nuhun nya ga.... cuma anehnya meskipun nyonteknya giat, ranking yoga tetep aja menengah ke bawah. apa yoga nyonteknya juga salah?

" yan, kemping ke citiis kayaknya jadi, mau ikut ?" sembari jalan ijo membuka forum.
" siapa aja, jo?" tanya aku, teringat ajakan ijo dulu saat napak tilas yang hancur berat.
" baru aku saja...." sahut ijo
" yaaah, itu mah namanya pingin ditemenin...tapi, ayolah..!" jawabku, tertarik juga adventure-adventur an lagi.
" ajak aja anak-anak thinker....!" usul ijo.
" iya, gimana gun, ted mau ikut?" ajak aku ke ugun dan tedi.
ugun mengangguk. tedi menggeleng, "... saya mah gak bisa" ujarnya.
ijo kelihatan senang rencananya mendaki gunung guntur bakal kesampaian lagi dalam beberapa pekan ke depan.

kami terus berjalan. menyebrang di simpang cikuray ranggalawe. berjalan lagi. sempat memelankan langkah di depan mie baso 'doi'. lumayan harumnya kuah mie dengan bumbu-bumbu khas mampir di hidung. buntutnya perut tambah lapar. ah sebentar lagi juga nyampe teman-teman, ayo !ayo ! lantas menyebrang lagi di simpang papandayan-cikuray- pasundan. agak hati-hati, jalannya cukup ramai dengan angkot berbagai jurusan. udah di jalan pasundan tambah dekat ke rumah masing-masing. tedi belok kiri di gang si ona maung.
" duluan ya....! dadah..."
tinggal bertiga. ugun belok kanan di depan rumahnya. "duluan yah, mampir dulu ?" katanya basa-basi. aku dan ijo menggeleng.
tinggal berdua.
sampai juga aku di depan rumah.
" 90 derajat yan....!" kata ijo
" apaan, jo...? sahutku gak ngerti
" maksudnya, kamu belok kanan.... aku lurus...!" jawabnya sembari memetakan tangan orang bersemapur.
" oh.... iya iya..." jawabku ngeh. ijo mungkin masih terkenang pelajaran tentang sudut menyudut dalam matematika. lalu digabung dengan jiwa pramukanya.

tinggal ijo sendiri, menyusuri jalan pasundan yang sedang panas-panasnya. sempat mengagumi fatamorgana yang terbentuk antara udara dan aspal jalan. di depan gang asrama keril ijo belok kiri. " min 90 derajat", katanya dalam hati. belok kanan lagi, " "90 derajat...." lanjutnya, masih di hati. dan di depan rumahnya, " min 90 derajat...!"udah jo, udah nyampe rumah ! makan...makan....

***

ada dua gitar malam itu. satu gitar bolong pinjaman yang biasa kami pakai. satu lagi gitar akustik baru punya ugun.
" berapa, harganya ?" itu yang pertama terlontar dari mulut anak-anak
" dua puluh...." jawab ugun bangga. ya, karena dialah yang pertama punya gitar sendiri di antara anak-anak thinker dan ijo-yoga. jadi wajar kalau bangga. harga-harga segitu dulu termasuk standar. gak mahal gak murah. disebut gak mahal karena mampu dibeli dan disebut gak murah, karena tidak mampu kami beli.....

namun demikian tetap aja kami kagum dengan gitar ugun yang mereknya entah apa itu. aku juga nggak peduli mereknya apa. yang penting dengan adanya dua gitar, saat brifing latihan bisa lebih efektif dan nggak saling berebut dan nggak saling nunggu yang biasanya diiringi dengan lupa chord B minor. sekarang, minimal satu bisa buat memelodian satu lagi bisa buat bas-basan. sementara buat drum, opik masih harus berpantomim sama acapelaan.

sehabis ngerjain matematika buat besok, gitar lebih dipilih. sementara radio udah dimaitiin. aku, yoga, ijo, dan opik sedang mengamat-amati gitar warna coklat tua milik ugun

" belum disetem, yan...!" kata ugun sambil menyerahkan gitar barunya.
" ah, mudah atuh nyetem gitar mah..." ujarku, mengambil gitar ugun dan memetiknya pelan. fals abis.
" E, pik ! " suruhku ke opik yang sedang genjrang-genjreng sekenanya dengan gitar lama.
" nih, gun...!" opik malah menyerahkan gitar itu ke ugun. he he udah lama main gitar masih bingung juga nama-nama nada senar gitar. opik memang cuma seorang drummer pemula yang baru bisa alat musik drum dengan anggota keluarganya yakni big bas, snare, hihat, simbal dan tomtom. dan di drum gak ada nada-nadanya, gak ada kunci-kuncinya. paling ketukan dua satu dua.
" E gun, E atas...."
Ugunpun memetik satu senar paling atas di gitar lama. dem...dem...dem... aku memetik dan memutar alat pemutar senar di ujung gitar ugun. nah sudah sama.
" A, gun..." suruh aku ke ugun. maksudnya nada A
dem...demmm..dem.... sama juga.
senar ketiga, D. dem dem dem... akur. senar keempat, G, agak susah. ting ting ting... akur. senar kelima. agak keras.
" hati-hati yan, nanti putus..." opik ngingetin sambil sedikit menjauh. anak-anak lainnya yang tadi asyuk melihatku menyetem gitar juga mengungsi.
" nggak, lah...ketakutan amat.... " sahutkku enteng. sementara ugun agak menjauh sambil memetik nada B, senar kedua dari bawah.
ting..ting..ting, agak susah uy... nah, akur juga.
" terakhir, E... paling bawah"
ugun memetik nada E bawah, nada paling tinggi. ting...ting...ting... wah keras sekali. susah pisan. berat. senar merentang tegang.
" udah, yan....hampir putus...!" opik kembali berseru. semakin mengungsi dia.
" nggak apa-apa...., masih belum akur !" kataku sembari terus memutar putaran senar di ujung gitar. ting..ting...ting... sedikit lagi. terus kuputar hingga...
" tes...!! "
senar kawat nada E akhirnya putus juga karena terlampau tegang.
" tuh kan,.... kataku juga apa?" opik berujar. sementara aku hanya bisa bengong. kok putus ya? untung gak melukai tangan atau apapun. gak enak juga kepada ugun yang menatap senar gitar barunya yang udah putus. padahal belum dicoba satu lagupun.
" nggak apa-apalah.... besok beli senarnya..." kata ugun pasrah. sedikit kilat kecewa di matanya.
" he he... kuganti besok... gun" kataku gak enak juga gitar baru ugun udah berantakan
" gak apa-apa.... cuma senar ini...." tukas ugun menatap sedih gitar barunya
" sok atuh langsung nyanyi..." seru yoga memecah suasana nggak enak di samping udah enggak sabar ingin melihat 'ditingker' ngeband.

aku dan ugun tukaran gitar. aku memainkan melodi. ugun bas-basan dengan senar yang tersisa. "don't cry, ...." kataku. lalu mengalunlah don't cry versi akustik plus drum acapela dengan bagian reff versi koor termasuk vokal tambahan ijo dan yoga. cuma bagian reff inilah yang dihafal mereka berdua.

" don't you cry...tonight... i still love you baby...."

terus saja....sampai malam. sampai jam sembilan lebih dikit. sampai jalanan pasundan mulai sepi. sampai saatnya pulang. kamipun bubar.

don't cry, ya gun... senar gitarnya besok kuganti... suer

Senin, 17 Agustus 2009

pintu 10, stik jiljian opik




"Ssstt.... ada si yudi,...!" anak-anak 'ditingker'serentak mengalihkan pembicaraan ketika yudi the zakers menghampiri bangku tempat mereka nongkrong saat pelajaran sejarah pa ayun kosong. ombi dan opik pura-pura ngobrolin kegiatan paskibra. ugun sibuk bikin gambar sesuatu di lembar belakang buku catetan. aku dan eka yang belum punya tema dadakan entah kenapa malah ngobrolin harga bawang di pasaran.
" yan, pinjem buku sejarah.....!" ujar yudi sok sok akrab. aku langsung menyerahkan buku yang dimaksud. yudi balik lagi ke bangkunya. anak-anak ditingker saling berpandangan dengan isyarat 'are you thinking what i am thinking ?'. mereka saat itu memang sedang merencanakan acara latihan nanti siang sepulang sekolah. karenanya nggak ingin ada makhluk gak penting mampir di kumpulan mereka saat itu. apalagi sebangsanya yudi yang disinyalir bakal mengganggu karir ditingker dengan kritikan destruktifnya. jelas ini akan mengganggu konsentrasi ditingker yang sedang semangat-semangatnya ngeband.
" yan, pinjem buku bahasa indonesia...!" tiba-tiba yudi udah datang lagi sembari menyerahkan buku sejarah tadi dan kembali meminjam buku lainnya. aku menyerahkan buku bahasa indonesia yang dimintanya. uh, anak-anak ditingker kesel. mana pembahasan latihan belum nyampe koma lagi. sabar, sabar man ! Yudi balik lagi ke bangkunya.
" nanti... gini-gini...gini....!" kamipun kembali ngobrolin rencana buat nanti. sedikit berbisik-bisik. kadang-kadang aku juga ngasih tahu sedikit-sedikit tentang chord lagu yang anak-anak sudah lupa. maklumlah, di rumah masing-masing belum punya gitar jadinya sering pada lupa dan jeleknya mereka pada jarang nyatet-nyatet buat ngingetin.
" yan, pinjem fisika....!" kembali the zaker udah nongol di bangku kami.
uuuhhh, the thinker kesel pisan. ni, anak apa maksudnya?
" nih.... nih ambil sekalian sama tasnya !" aku kesel juga. kuserahkan tas ransel "alpina' pada yudi. he he habis juga kesabaran mereka. apalagi saat yudi malah ketawa-ketawa sambil ninggalin bangku ditingker dan keluar kelas begitu saja. sebentar lagi memang jam istirahat. kumasukkan lagi tas dan buku-buku ke dalam laci meja.
" kesel, aku...!" kataku ke anak-anak yang mesem-mesem. ditingkerpun kembali ngobrolin rencana latihan siang nanti di pak tulus.

**

ada opik bangke, ada opik ocoy. keduanya ada di kelas 3A. keduanya juga ikutan diklat basket tiap senin dan kamis. tapi hanya satu yang jadi anggota ditingker, opik bangke. entah kenapa opik yang nama aslinya bagus diimbuhi bangke di belakang namanya. kata yoga, sejak kelas satu opik udah ditambahi bangke di belakang namanya oleh teman-temannya. opik sendiri jelas gak setuju awalnya. katanya mendingan opik galing aja, kan rambutnya galing alias keriting.

sementara opik ocoy juga nama aslinya bagus. sejak kelas satu juga dinamai opik ocoy oleh teman-teman sekelasnya. konon, dinamai opik ocoy karena untuk membedakan dengan opik bangke. secara, mereka memang di kelas satu sekelas. dan julukan berbau rasis itu melekat hingga kelas tiga. ya, semacam kutukan gitu, hingga adik-adik kelaspun tahunya nama itu aja. opik ocoy apa opik bangke? begitu kalau mereka nanya seputar per-opik-an. untunglah guru-guru nggak ikut-ikutan. mereka cuma mengenal taufik arif dan taufik rizal. keren kan namanya. selain guru-guru anak-anak ditingker juga jarang manggil bangke ke opik bangke. cukup opik. kecuali kalau lagi pada kesel karena sesuatu, sering terlontar umpatan, "... dasar bangke !" he he sorry menyorrry, pik.

opik ditingker aktivitasnya banyak selain ngeband. dia anak paskibra bareng ombi. dia juga anak basket bareng aku dan ugun. di rumahnya dia sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara. di rumah neneknya dia jadi cucu kesekian. sementara di rwnya dia hanya jadi warga biasa. di ditingker juga dia merangkap sebagai backing vokal dan penulis lirik meskipun ngaco-ngaco. nah, kebayang kan banyaknya aktivitas opik. apalagi dia sedang melakukan pedekate pada anak kelas dua.

dengan kegiatan seabreg itu dia harus pandai membagi waktu. kadang-kadang dia juga membantu usaha keluarganya yang bergerak di bidang makanan yakni memasukkan produksi makanan olahan industri rumah tangga ke toko-toko makanan. dari sana dia dapat uang jajan lebih. dari sana pula dia bisa ngumpul-ngumpulin uang. dari sanalah dia bisa membeli sepasang stik drum yang kini dipamerkan kepada kami.

" mereknya apa pik ?" tanyaku sambil mengamati stik dilapisi pernis mengkilap dan kelihatan masih baru itu
" jiljian....!" jawabnya bangga
" wah, bagus itu mah..." eka nimbrung, sok tahu juga.
" iya dong... lars ulrich metalika pake ini..." jelas opik
" iya ?" tanyaku gak yakin
" iya... katanya,.... bimbim slank juga pake ini...." sahut opik makin b besar
" iya?" aku nanya lagi tambah gak yakin
" katanya....!" kali ini eka yang jawab, sambil ketawa-ketawa. iya gitu?
tapi opik gak hirau. terus saja dia mainin-mainin stik dug tak dug tak, sesekali meropel dan berakhir di kepalaku sebagai simbal. ya, semua kelihatan udah pada hgak sabar menanti siang nanti. opik udah gak sabar ingin mencoba stik barunya. aku juga ingin nyoba klabber baru di gitar elektrik. dari kemarin main gitar pake uang gocapan melulu. khusus untuk klabber aku nanya ke suhu taher bagaimana cara makenya.
" kaya gini...., jempol dan telunjuk membentuk huruf O, tapi rada pipih !" taher menjelaskan sok teoritis.
" gini...?" aku langsung memperagakan
" kurang pipih, gini...." taher mencontohkan lagi. uh, pelajaran klabber susah juga.
" gini ?" aku nyoba lagi
" nah, gitu.....metiknya bolak-balik.... biar efektif !" sambung taher.
" ngerti...ngerti....!" ujarku senang sambil kembali memperagakan bagaimana menggunakan klabber.
" kapan latihan?" taher nanya lagi setelah yakin muridnya ini bisa make klaber.
" nanti siang..."
" di pak tulus...?" tanyanya lagi
" iya..."
" ada tempat latihan lain lagi.... masih kondangrege juga, tapi lebih bagus. kapan-kapan latihan bareng di sana..." jelas taher
" siap..lah..."

***

kembali ditingker sedang 'bebelesekan' di sawah menuju tempat latihan. sepatu udah dicopot biar gak kotor. tapi kali ini gak saling menyalahkan. semua kayaknya udah mengerti resiko dari sebuah alternatif. ya, karena menghindari daerah 'reman' maka pematang sawah berlumpur tidak bisa tidak harus mereka jalani. cuma inilah jalan satu-satunya yang terdekat menuju rumah pak tulus, sang pemilik studio. untuk nyari jalan alternatif terdekat lagi kayaknya udah gak ada. kecuali mereka bisa terbang, dan semua sepakat itu ngehayalnya terlalu lebay.

seperempat jam kemudian mereka sudah sampai di daerah gang-gang. tapi mereka di sambut... Gog !!
" ada, anjing !!" eka yang pertama di jalan gang langsung balik lagi ke anak-anak. di depan mereka seekor anjing berdiri sangar.
" jangan lari...jangan lari, ka...!" seru ombi. biasanya kan emang kayak gitu. kalau di perjalanan ketemu anjing, kita jangan lari. nanti anjingnya malah ngejar. tapi kalau panik kayak eka gini susah juga. akupun dan opik udah siap-siap mau lari. anjing kampung itu terus menggonggong bikin kami tambah 'ngeper'.
"kalem..kalem...jalan aja.." suruh ombi. tapi kelihatan wajahnya cemas juga.
eka yang paling deket dengan anjing itu hanya terpaku dengan muka merah padam. ketakutan abis. sementara anak-anak 'ditingker' lainnya antara ketakutan dan pingin ngetawain eka yang ketakutan. wajahnya itu... eka kan kulit dasarnya putih.a
" slowly..slowly..." kembali ombi yang kelihatan paling mengerti bab ' ketemu anjing di gang' memberi arahan. seorang penduduk setempat kebetulan lewat, " nggak apa-apa jang, ... baik anjingnya juga.!" katanya sambil berlalu. yey, bukannya bantu mengusirkan !
kamipun mengendap-ngendap sambil 'pupuntenan' dengan mata tak lepas dari sang anjing hitam dengan lidah keluar masuk. kami merapat ke tembok menghindari anjing.
"gog !!" anjing itu menggonggong keras.
" tenang...tenang !" kata ombi. perlahan dan perlahan dan perlahan...alhamdulillah, akhirnya satu persatu 'ditingker' berhasil melewati anjing yang terus menatap tajam seolah kami ini para maling kecil yang akan mangganggu ketentraman kondangrege sambil....
" gog !!" anjing itu menggonggong lagi pada kami
" udah jangan ditanggapi.... biarin aja" kata eka kesel. he he siapa juga yang mau menanggapi, kayak gak ada kerjaan aja. " cuekin, ...cuekin... jangan ditanya" opik yang juga baru hilang rasa takutnya langsung menimpali. kami tinggalkan anjing sialan hingga gonggongan terakhir yang sayup-sayup masih terdengar. ke kiri apa ke kanan ini teh, ka? di persimpangan gang kembali mereka bertanya-tanya.

***

dengan stik 'jiljian'nya, opik bermain drum penuh semangat. saat itu ditingker sedang sesi jam session setelah bosan dengan lagu yang diulang-ulang. never say, knockin' don't cry... balik lagi knockin', don't cry, never say.... lalu don't cry, never say, knockin.. bosen, maka opik mengusulkan improvisasi. jadi, lah ! instrumental dengan chord-chord ngaco kami mainkan. aku menjelajahi nada-nada gitar sekenanya. buruluk-buruluk gak beraturan.ugun mendentam-dentam kan basnya. bahkan dipukulnya. eka main-mainin efek gitar dan handle sambil he he he kayak anak kecil puas ngerusak mainannya. dan ombi teriak-teriak gak jelas antara nyanyi atau kesakitan. tapi yang paling kesetanan adalah opik. improvisasinya gila-gilaan. semua unsur drum hingga tamborin dia pukul keras banget. lagu kemana, musik kemana. hasilnya kebisingan luar biasa.
" bebas aja... kan bayar !" sahut opik ketika kutanya, " ini teh gak apa-apa?"
jadilah kita pemusik yang kerasukan improvisasi. hingga,....
"tak !!" suara keras terdengar di sela gak jelasnya aransemen musik dan sebuah benda di tangan opik melayang lalu jatuh dekat kakiku. semua berhenti. cuma ombi yang belum sempat, di antara gaya jim morison dan kurt cobain lagi mabok.
" kenapa ?" semua kaget melihat opik.
" patah !" jawab opik setengah bengong
" stik ?" tanyaku
" iya...." jawab opik cengar-cengir. walah... stik metalika bisa patah juga?
" terlalu keras mukulnya, kaya mukul bedug aja...." komentar ugun yang keasyikannya terganggu.
" udahan ah, cape.... !" dengan cuek opik keluar dari set drum. gitu aja, gak bertanggung zaenab pisan. dalam hati mungkin bete juga stik jiljiannya yang baru dipakai sekali udah patah. padahal stiknya slank tuh,.... katanya.
aku juga yang udah cape melepaskan gitar yang berat banget menggelayut di pundak.
" emang berapaan harga stik jiljian....?" tanyaku penasaran
" dua ribu lima ratus..." jawab opik pendek
" alah,... pantes atuh.... patah. palsu tuh..." sahut eka yang juga udah cape banget. sementara lampu merah udah nyala.
" satu lagu lagi.... sayang ah... " seru ombi lantas pindah ke balik set drum mengambil stik opik di atas snare dram . cuek aja gedug-gedug mesti stik yang utuh cuma satu, yang satunya lagi tinggal setengah.
" ayo yan.. gun...!" pintanya sambil ropel.
" sok...aku vokal...!" sahut opik mengambil mikropon. " never say goodbye, mbi..!"
" siap...!!" kata ombi. dengan gaya prof ombi ngabil intro drum never say....
tak dug tak dug dug......teng...teng...teng...teng.. akhirnya meski gak lancar dan banyak kepeleset, lagu penutup kami geber juga dengan perubahan posisi pemain. ya, hitung-hitung intermezzo.

sejam kami latihan. dan korban pertama latihan ditingker udah ada yaitu stik opik yang 'secara' adalah jiljian stiknya 'metallica dan slank'. gak apa-apa, besok beli lagi, pik ! besok banyak-banyakin lagi masukin jualan ke toko biar dapat uang ekstra. dan.... jangan berhenti, polisi ruang angkasa the thinker ! selamatkan bumi ! ingat kata voltus (walau gak nyambung):

"thinker lima sahabat kita semua....lima pemuda yang gagah perkasa... thinker lima tak pernah terkalahkan dari serangan luar angkasa..... stik jiljian andalannya, stik yang paling ditakuti...oleh lawan-lawannya, thinker lima..thinker lima...pahlawan bumi !!???"

ah, what a day, what a dog,... and what a stick !!

Rabu, 12 Agustus 2009

pintu 9, sabtu malam minggu




sabtu sepertinya merupakan hari yang sangat dinantikan oleh semua anak sekolah. tak peduli dia anak tk, sd, smp, apalagi sma. atau bahkan bagi para karyawan, pekerja kantoran, dan para bos perusahaan. sabtu bagi pelajar di jamanku, sering diidentikkan dengan harinya baju pramuka karena pada hari itulah kita disarankan setengah diwajibkan untuk memakai baju pramuka sehari dalam sepekan. makanya jangan heran kalau hari sabtu pastilah setiap pelajar memakai baju pramuka, atasnya coklat muda dan bawahnya coklat tua.

"yan, kenapa baju pramuka warnanya coklat ?" suatu ketika ijo yang pramuka mengetesku di hari sabtu. aku yang ketika sd dan smp emang gak pernah ikut kegiatan pramuka cuma menggeleng. dalam hati, who care? bukan urusan aku. cuma aku memang senang tiap sabtu harus pake seragam pramuka karena seragam biru putihku di akhir-akhir pekan sering udah kotor. terutama bagian atas kerah yang sering kotor akibat keringat.

" nggak tahu ya,..?" ijo semakin si atas angin demi melihat sobatnya ini buta tentang pramuka. ya, aku memang kurang senang pramuka-pramukaan. yang aku senang di pramuka hanyalah acara kempingnya. itupun dengan catatan kalau nggak ada acara lomba-lombaan yang biasanya diakhiri dengan hukuman bagi the loser yang kalau nggak nyanyi, ya joget. hiiy... mempermalukan diri sendiri. begitu pikiranku waktu itu. makanya mending nggak aja deh. dan akupun tidak bergabung dengan tim pramuka.

"nggak tahu? begini yan, kata 'kak haris 'itu dikarenakan warna coklat merupakan gabungan dari warna-warna darah para pahlawan kita, tanah, dan air. kalau dicampur warna-warna itu maka akan dihasilkan warna coklat seperti seragam pramuka sekarang ini" jelas ijo panjang lebar. entah benar entah enggak, aku belum pernah nekad mencampur darah dengan tanah dan air baik itu darahku atau darah ayam. dan entah apakah yang dikatakannya itu sabda ' kak haris' ataukah karangannya sendiri. sekali lagi itu gak penting. seenggak penting wajah ijo yang kelihatan puas banget telah memberi kuliah kepramukaan padaku. sementara aku hanya bilang 'ooooh' saja meski kurang yakin juga dengan penjelasan ijo, iya gitu?

" karena itu pramuka harus berjiwa pahlawan, pemberani dan senang berkorban !" sambung ijo semakin sok tahu. lha, kalau itu mah kayaknya bukan tugas pramuka aja. setiap orangpun diharuskan demikian tanpa harus jadi pramuka atau memakai seragam pramuka.

sudahlah, nanti-nanti kita cari tahu riwayat seragam pramuka yang lebih shahih lagi. yang jelas sabtu juga dinantikan anak-anak 'ditingker' karena, pertama biasanya waktu sekolah cuma 'setengah hari'. maksudnya kalau hari biasa non sabtu sekolah sampai jam setengah satu kurang lebih, tapi di hari sabtu cuma sampe jam sebelasan. kedua, karena besoknya bisa libur. kan minggu. dan di waktu-waktu tertentu sabtu bisa libur juga tanpa harus tanggal merah, misalkan kalau jum'atnya tanggal merah alias libur maka bagi kalangan tertentu di sekolah jum'at libur berarti sabtu bisa juga libur, istilahnya ditiir atau hari kejepit nasional. menurut penganut paham tiirisme ini sabtu boleh nggak sekolah, jadi hukumnya sunat. untung saja penganut paham tiirisme di sekolahku cukup sedikit. kalau banyak...apa jadinya generasi penerus bangsa?

sabtu malam rencananya anak-anak 'ditingker' mau pada ngumpul dan main ke luar. ya, bosan juga ngumpul-ngumpul di basecamp yang sekarang udah dinamai metal basecamp. metal base camp? iya, ide eka tuh. toh anak-anak termasuk yoga dan ijo setuju-setuju aja basecamp mereka dinamai begitu. akupun sempat menempelkan kertas bertuliskan 'metal basecamp' di salah satu dinding basecamp kami itu. oh ya juga, sementara ini penggemar ditingker baru dua orang yakni ijo dan yoga itu, itupun karena mereka sering ngumpul ngerjain tugas sekolah di pasundan. anak-anak kelas yang lain meskipun udah tahu bahwa di kelasnya sudah ada grup band tapi mereka cuek bebek aja. he he ternyata ngeband bagi mereka hal yang biasa banget. jadi malu, dulu-dulu pas mendirikan kita sok heboh. padahal.....

namun demikian meskipun cuma ijo dan yoga yang jadi fans, kami merasa bangga juga. malahan yoga pernah membela dithinker habis-habisan. seperti suatu saat di jam pelajaran oleh raga yang dilaksanakan di alun-alun yoga berseru," ey... nyontek thinker ! yan...opik... sini !"
aku melihat yoga sedang berdebat dengan yudi yang juga teman kami sekelas.
" ada apa..ada apa?" aku dn opik menghampiri mereka
" tuh di kantong yudi, nyontek thinker !" tunjuk yoga ke punggung yudi dimana tas gendong bertengger.
" enggak ah, enak aja....!" yudi berkelit
aku dan opik penasaran, melihat tas ransel yudi. oh...
" nyontek kan....?" ujar yoga keukeuh. ternyata di kantong yudi ada tulisan 'the zaker' dengan modifikasi tulisan mirip logo the thinker. sementara yudi juga keukeuh, " enggak ah...ini mah heureuy... bukan apa-apa"
" ey... nurutan, ini mah ampir sama dengan thinker kita yan !" seru opik yang sense of thinkernya tinggi kepancing juga. dia nggak rela thinkernya dibajak sedemikian rupa.
aku cuma mesem-mesem aja sementara yudi mukanya udah merah entah malu karena ketahuan atau entah apa. sejak saat itu kami tahu bahwa yoga cukup loyal sebagai fans meskipun gak ngarti banyak tentang musik. dan sejak itu pula yudi memproklamirkan diri sebagai pengkritik thinker nomor satu.

**

malam minggu, berarti sabtu malam. aku, opik, dan ugun sedang duduk dibawah tiang bendera alun-alun. padahal dingin dan padahal gelap, tapi kita gak peduli. harusnya kita berlima, tapi lagi-lagi eka yang jarang keluar malam dan ombi yang rumahnya agak jauh yakni di cangkuang tak bisa datang. jadinya cuma bertiga aja ngobrolin rencana-rencana band. sambil sesekali curhat masalah pribadi, masalah keluarga atau yang lainnya.

oh, ya sebelum ke alun kita sempat thowaf juga di pengkolan. maklumlah kota kami terlalu kecil untuk disebut kota. jadi kalau jalan-jalan ke kota artinya mutar-mutar hingga lebih dari dua balikan. start dari smpn 1, berjalan kaki hingga perempatan jl a yani jl barakatakyudha, nyebrang masuk ke asia, lihat-lihat barang tapi gak beli, keluar lagi. berjalan lagi hingga simpang ya yani ciledug. belok kiri, masuk toko nusantara, lihat-lihat kaset juga gak beli, kadang-kadang ke tempat permainan anak-anak dan main video gim. keluar lagi. terus nyebrang masuk toko merdeka. lihat-lihat sepatu atau apa, terus naik hingga ke lantai tiga. turun lagi dan main perosotan di pegangan tangga. lalu keluar dan belok kanan berjalan hingga pasar ceplak jalan siliwangi. nggak beli apa-apa meskipun para tukang makanan malam bejejer di situ. belok kanan lagi. masuk toko adidas, nanya harga bola basket dan lainnya tapi cuma beli klaber doang. keluar lagi belok kanan hingga perempatan a yani cikuray terus nyebrang mampir di budi suci. nanya-nanya harga gitar tapi gak beli juga. nyebrang lagi belok lagi di simpang a yani ciledug. jalan lagi. belok kanan lagi. begitu seterusnya dan orang-orang di kota kami merasa gak afdol kalau belum mengitari pengkolan lebih dari satu putaran.

dan yang lebih konyol lagi. orang-orang di kota kami termasuk kompak. begitu jam sembilan lebih dikit.... lessss....! tuh kota langsung sepi. orang-orang yang thowaf tadi begitu saja menghilang, maksudnya pulang kandang secara bersamaan. begitu juga toko-toko. mereka kompakan tutup. apalagi kalau hari hujan. bisa dipastikan kesunyian berlangsung lebih awal. paling yang setia bertahan para tukang makanan di ceplak yang beberapa saat kemudian juga membereskan dagangannya.

namun saat itu tidak sedang hujan dimana bassist, drummer, dan gitaris ditingker sedang bercengkrama di bawah tiang bendera. sebenernya bukan anak ditingker aja yang nongkrong di alun. ada juga beberapa aa-aa, remaja seumuran ditingker yang sedang nyemok alias ngerokok dan yang lebih gila ada beberapa anak sedang main bola. iya, main bola malam-malam. entah filosofi apa yang mereka pakai yang jelas ditingker tidak merasa terganggu dengan keberadaan mereka.

" selasa capcay, jadi ya ?" kata opik di satu pembicaraan
" jadi lah... kita coba lagi lagu yang kemarin....knockin' juga kita coba aja... melodinya mah asal aja dulu..." kataku. capcay adalah istilah baru ditingker. artinya latihan band. ini semacam sandi anak thinker bila mau merencanakan latihan band. lagi-lagi eka yang melontarkan istilah ini. dan lagi-lagi anak-anak thinker setuju dengan bego-begoannya eka yangs satu ini.
" biar kita nggak diusili yudi zakers lagi...!" begitu eka memberi alasan ketika anak-anak nanya kenapa. anak-anak cuma "oohhh..." lalu,
" ya, enak aja kedengerannya..." begitu eka memberi alasan ketika anak-anak nanya kenapa passwordnya capcay. anak-anak mengerutkan kening sebelum mengangguk-angguk tanda setuju. sejak saat itu kalau mau latihan band, anak-anak bilangnya 'capcay'. dan selasa sepulang sekolah ditingker akan capcay lagi

" tapi senin malam ngumpul dulu, ya " kataku pada yang lainnya.
" iyalah, kita kompakin dulu lagu barunya, biasa...gigitaran...." sahut ugun sambil memandang anak-anak yang main bola malam. sesekali ia ikut menendang ketika ada bola yang menuju ke arahnya.
" insya allah besok mau beli stik drum !" kata opik
" nah, gitu dong... selagi drumnya belum kebeli... stiknya dulu sama kemampuannya..!" kataku memberi semangat.
" iya kamu juga.... beli klabbernya dulu. gitarnya mah nanti-nanti...." lanjut opik. nggak lucu, tapi kita pada ketawa-ketawa juga. ya, perjuangan untuk jadi pegawai band tetap memang masih panjang. sementara honorer aja dulu dengan kemampuan yang ada. dengan lagu-lagu yang baru bisa.
" lagu ciptaan kemarin, mau dicoba ?" tiba-tiba ugun bertanya.
" yang mana?" tanya opik juga.
" yang itu... apa judulnya teh, yan...? jawab ugun sambil nanya juga. he he jadinya patanya-tanya, kumaha ieu teh?
" masa lupa pik, lagu ciptaan kita kemarin....kisah sedih berakhir gembira, kisah gembira berakhir sedih..." jawabku.
" oh, iya.... he he...aneh pisan judulna !" ujar opik. " gak usah dulu deh...., yang lain belum pada tahu, eh gimana lagunya teh yan....?" lanjutnya
" ya, gitu....!" aku juga lupa lagi gimana nadanya. maklum lagu baru dari band yang baru berdiri. " kalau ada gitarnya pasti inget...." kataku lagi. begitulah pemain band dadakan yang gak tahu not dan gak apal nada, mudah lupa dan susah ingat.
" gini...gini... kisah sedih berakhir gembira......" ugun mencoba menyanyikan acapela lagu dimaksud dengan nada-nada yang menurut aku dan opik aneh.
" bukan gitu.... gimana, nya?" opik protes lalu mikir-mikir. aku juuga mengingat-ingat, kok lupa ya.
" ya udah, nanti kita inget-inget lagi pake gitar.... nanti mah kalau bikin lagu teh direkam pake tip biar gak lupa" usulku. anak-anak cuma ngangguk.

" udah malam ah, pulang yuk...!" ajak opik pada akhirnya. ini memang hampir jam setengah sepuluhan dimana batas waktu main bagi anak seusia kami hampir habis. meskipun besoknya libur. iya, kecuali kalau mau tidurnya di teras rumah dan kedinginan karena gak dibukain pintu sama orang tua yang udah tidur dari tadi.

akhirnya kamipun beranjak meninggalkan tiang bendera alun yang setia mendengarkan perbincangan kami.kami berjalan dan terus berjalan hingga berpisah di simpang siliwangi cikuray. opik ke kiri belok kanan lalu kiri lagi sebelum akhirnya belok kiri lagi dan masuk sebuah gang, sementara aku dan ugun belok kiri lalu lurus hingga pasundan dan belok kanan di depan rumah masing-masing. mengetuk-ngetuk pintu hingga orang rumah nongol dan sembari kesel bilang, " ngablu wae !!" dan kami cuma cengengesan. perjuangan, perjuangan.

malam bertambah malam. dan dingin saja yang tersisa hingga subuh hingga pagi bermatahari.

Selasa, 11 Agustus 2009

pintu 8, lagu baru.....




empat orang pemuda berambut gondrong keluar dari ruangan studio sumpek itu. tersenyum ramah pada anak-anak 'ditingker' yang saat itu ada yang sedang duduk di kursi panjang, ada juga yang jongkok cingogo yang kalau ada yoga pasti bilang "udah penuh tuh, siram dulu ! bau !". ada-ada aja, emangnya wc.
" pingin ke wc, uy.... di mana ya?" bisik ombi padaku yang tengah mengagumi penampilan para rocker asli yang baru saja mengakhiri 'konsernya' dengan lagu ' i remember you' skidrow. dari wajahnya kelihatan ombi udah banget ingin buang air, entah besar entah kecil.
" nggak tahu, .... pik, wc sebelah mana ?" jawabku dan langsung menyerahkan urusan ombi pada opik. opik menunjukkan ke mana arah wc yang benar kepada ombi, secara waktu latihan pertama dulu opik pernah nyewa wc pemilik studio. ombi pun menuju arah yang ditunjukkan opik, sebelah lain dari rumah pemilik studio.

sementara aku masih juga memelototi para pemain band gondrong yang mungkin bukan anak sma, apalagi smp. sepertinya mereka anak-anak kuliahan. agaknya mereka sudah profesional sebagai tukang band. ini bisa dilihat dari alat musik yang mereka bawa sendiri. hm, yang bawa gitar listrik pasti gitarisnya.
" latihan, a ?" ups, si gitar listrik nanya ke aku. mungkin basa-basi. udah jelas kita datang ke studio latihan band. masa mau belanja? aku hanya mengangguk. ada juga yang bawa bass listrik. seorang yang pakai bandana di rambut gondrongnya bawa seperangkat alat sholat, eh bukan tapi seperangkat efek-efekan buat gitar. wah, jauh amat ama thinker, stik aja opik minjam dari heri. sementara aku cuma berbekal pick atau klaber uang gocapan. yang lainnya mah paling bawa semangat dan harapan tinggi kelak jadi tukang band yang terkenal.
" yu, ah duluan..." pamit si bandana pada 'ditingker' yang langsung menyahut 'mangga a...mangga a'. he he , kayak udah kenal aja. tapi bagi ditingker dipamitin gitu membanggakan juga. ya, setidaknya ada tukang band yang udah profesional yang menganggap mereka eksis.

setelah para rocker profesional berlalu. para rocker amatiranpun langsung masuk ruangan studio sumpek. yang dituju bukan kewajiban alat musik masing-masing, tapi pada berebutan menuju set drum. eka yang duluan duduk di kursi drummer langsung memukul-mukul apa saja dengan stik yang tersedia. sepasang pemukul yang sebenarnya gak layak disebut stik drum saking ancurnya. tapi eka cuek aja.
" salah... bukan gitu ka...!" opik yang paling bisa meskipun sebenarnya baru bisa ketukan dua satu dua mencela. sementara aku dan ugun udah di gitar dengan bas dan langsung mencocokkan nada. sementara eka gak peduli pada kritikan destruktif opik, tinggallah opik yang gusar banget karena udah pingin mraktekin dua satu dua yang kemarin dipelajarinya. ombi yang datang belakangan malah ikutan nongkrong dekat eka.
"tos, eka abdi heula nya pik...!" pintanya dengan sopan pada opik yang tambah bete. dasar para tukang band tidak berdedikasi, katanya pingin maju.
" E !" kata ugun padaku yang udah selesai menyetem gitar.
"dem ! dem ! dem !" aku memetik senar paling atas. ugun mengikuti sambil sesekali memutar pemutar senar bas E.
" A !" seru ugun lagi. maka akupun memetik senar kedua, dim..dim...dim...
sementara itu eka yang mulai bosen di drum meraih gitar ritem dan ikut mencocokkan nada. giliran ombi yang mukul-mukul drum. gak jauh dari eka malah tambah kacau.
" udah mbi...udah mbi...!" dengan tak sabar opik memelas.
" bentar, pik...! sahut ombi "dug dug tak dug dug dug dug dug cesss! nah udah...." sambung ombi setelah ropelan semampunya. lalu keluar dari set drum. bergabung dengan aku dan eka yang masih mencocokkan nada.
opik pun langsung mempraktekkan kemampuannya main drum, sekalian melepaskan kekesalan karena tadi dahului sobat-sobatnya. dengarlah pukulannya, dug dug dug ! Prang ! he he... udah dong pik, kan sama sama bayar....

lima menit kemudian gitar-gitar dan bas kelihatan udah oke untuk dimainkan.
" siap, ini teh ? " tanya ombi
" siap, siap !!" sahut yang lainnya.
pintu dalam studio terbuka, sebuah kepala nongol. kepala seorang bapak-bapak berkacamata baca tebal dengan logat agak jawa.
" berapa jam ?" tanyanya
" satu jam, pak !" jawabku. tak lama lampu hijau nyala. tanda hitungan mundur satu jam dimulai. ditingkerpun langsung memainkan lagu kebangsaannya, tak dug dug ces.....

never say good bye mulai bagus, don't cry dicoba masih gak kompak pas mau reff. ulangi lagi dari awal, kali ini vokalnya keteteran pas di reff tapi musik jalan terus. pas interlude aku belum bisa. berhenti begitu saja. never say goodbye lagi. don't cry lagi, ombi nyanyinya dengan gaya axl di video klip. 'tonight' nya dibuat se-axl mungkin. malah mirip orang nyanyi dangdut. anak-anakpun ketawa-ketawa. lagu don't cry itupun gagal total. never say goodbye lagi tapi nggak full, keburu bosan.

" pik, coba knockin on heavens door, apal ?" pintaku pada opik. opik mengangguk, pikirnya ah... drum mah cuma ngikuti aja.
" bisa, mbi ?" aku nanya ke ombi yang dijawab dengan gelengan kepala, kemarin dia memang cuma fokus ke don't cry. " eh, kita coba aja, yan..!" ujar ombi. maka akupun memberi instruksi chord-chordnya ke eka dan ugun.
"pas lagu, G D Am, G D C...." jelasku. eka dan ugun menggenjreng chord yang dimaksud.
" nah gitu...., pas reff G D C aja....! lanjutku. eka dan ugun kembali mengikuti instruksiku.
"siap....!" akupun langsung memainkan intro knockin disusul opik dengan dug tak dug tak dug jes nya. masuk bas dan ritem menimpali. rame deh... masuk vokal aku ngebantu ombi nyanyi sementara teks lagu dari sampul kaset GNR use your ilussion II punya ugun yang sekarang lecek abis dipegang ombi.lumayan, dimainkan tanpa briefing langsung agak kompak. lagunya sederhana sih. nambah lagi deh rencana lagu buat ditingker. paling nanti bagianku ngulik bagian melodinya.

beres knockin kembali lagi ke neversay goodbye dengan khusyu. don't cry dengan vokalisnya rame-rame sambil ngebantu ombi yang mulai serak, mungkin itulah don't cry versi koor yang pernah ada. pas, mau mainin knockin lagi keburu lampu merah.
" satu lagu lagi euy...." seru opik ngingetin. maka, tak dug dug...

.......never say goodbye yeah.... you and me and my old friends, hoping it would never end......


**

belakangan kami tahu bahwa pemilik rentalan musik di kondangrege dalam itu bernama pak tulus. ya, yang kepalanya tempo hari nongol dan nanya berapa jam kita mau latihan. itu diketahui dari opik yang dia juga mendapatkan informasi itu dari heri. heri sendiri sudah sering latihan di pak tulus bersama band lingkungan tempat tinggalnya. sementara taher sendiri selain ngeband bareng heri juga punya grup tersendiri. jadi sebenarnya mereka masing-masing udah punya pengalaman ngeband dan manggung yang banyak.

beda dengan 'ditingker' yang serba baru. belajar gitar baru, denger lagu-lagu band baru, beli kaset rock juga baru-baru. sementara para personilnya gak punya alat musik band. paling juga masing-masing punya suling di rumahnya. itupun dikarenakan di kelas guru musiknya cuma mengajarkan itu. dan dengan suling ini anak-anak cuma jago menanyikan ' ibu kita kartini' dengan air ludah terkumpul di dalam seruling saking semangatnya. tapi gak apa-apa, itupun menurut bu guru udah cukup. habis, ibu gurunya sendiripun cuma bisa teorinya.

sementara heri semenjak kelas satu udah belajar ngegebuk drum. taher malahan sejak sd udah jago main gitar. aku kenal pasti sama taher because dia adalah teman sd. enam tahun, bo kita sekelas. dia anak yang lumayan pintar. dengan aku saling berkejaran ranking kelas. dari kelas 1 hingga kelas 4 selalu rangking 1 sementara aku rangking 2. pas di kelas 4 sampai 6 aku dan dia selalu tukar posisi antara rangkin 1 dan 2.

ketika kelas 4 taher juga ikutan dokter kecil bersama teman lainnya. masih inget, kan? jaman-jaman itu masih ada program yang dokter-dokter kecil gitu bagi para siswa sd. dari tiap kelas 4 sd diambil sekitar 5 orang untuk dilatih jadi dokter-dokteran. aku yang sebenarnya berhak ikut pelatihan dokter kecil karena termasuk golongan ranking malah gak ikut dengan suatu alasan. jadinya anak-anak lainnya yang ikut. mereka adalah ricky rikwanto, dewi jedingstun, leni, dan asep rosad.

lengkaplah sudah curikulun viti taher dengan diikutkannya dia pada program siswa teladan tingkat sd yang diadakan dakdikduk (baca : departemen pendidikan dan kebudayaan) kabupaten. salah satu syarat untuk bisa jadi siswa teladan adalah harus bisa alat musik. nah, taher cocok di bidang ini. diam-diam dia ternyata pandai memainkan si enam senar. dengan bantuan pak rahmat diapun berlaga di komba antar sekolah mewakili kelas kami. konon, di lomba itu dia dapat juara kesekian di kabupaten.

" gimana latihannya kemarin, yan ?" tanya taher saat bareng denganku mengacak-ngacak gehu bala bala cireng di warung ibunya Ncus yang sedang ramai-ramainya setiap jam istirahat seperti ini.
" lumayanlah... nambah satu lagu ..." jawabku sambil meraih satu gehu yang masih anget.
" lagu apa ?" tanya taher lagi sembari memasukkan cireng pilihannya ke dalam sambel cair pedes.
" GNR, don't cry... tapi melodinya belum bisa...!" jawabku. gehunya, panas keneh uy.
" ah, babari....!" seperti biasa sang suhu cuma berujar demikian.
" ajarin, ya...!" pintaku.
" bisa..." jawabnya. " aku ke si heri dulu, ya....!" lanjutnya
" iya " akupun bergabung bersama teman sekelasku lainnya yang lagi pada jongkok di pinggir lapang basket memandangi anak-anak kelas lain yang sedang sut-sutan basket.

sama sepertiku ada juga teman-temanku yang sedang menikmati gehu atau cireng atau bala-bala. itu memang makanan khas kami siswa smp 1 di saat istirahat belajar. tidak seperti di kantin-kantin sekolah kota besar yang biasanya dikonsep kayak restoran, yang ada mejanya, ada kursinya, ada jejeranbotol-botol saus dan kecap dan berbagai minuman ringan, maka di sekolahku cukup dengan goreng-gorengan, es teh manis dalam plastik atau limun manis rasa kimia jeruk, lalu makannya cukup dengan nongkrong di pinggir lapang sambil menunggu bel masuk.

***

di basecamp lagi selepas isya. aku, opik dan ugun plus yoga baru saja menyelesaikan pr matematika. sementara eka dan ombi berhalangan karena ada keperluan keluarga. he he, tadinya di papan absen kita mau nulis 'nihil'. seperti biasa setelah belajar bareng dilanjutkan dengan ngobrol-ngobrol ringan sambil mendengarkan radio. acara request-request lagunya sebenarnya sudah selesai. tumben, hari ini gak ada satupun teman yang request lagu sambil kirim salam.

" duluan ah, ..." yoga akhirnya pamit. "mau bareng pik ?"
" nggak ah... mau gigitaran dulu...!" sahut opik. yogapun berlalu dengan sepada bmx kesayangannya.

" bikin lagu, yu..?" ajakku pada teman-temanku yang sekarang udah mulai nyantei.
" ayo..." ugun yang merespon. opik masih berkutat dengan gitar yang mulai digenjrang-genjreng di kunci A.
" ayo pik... A " kataku ke opik. opik dengan semangat menchord A. Jrenggg, masih fals dikit.
" E !" kata ugun iseng. Opik berhenti, "... E, gimana Yan !"
aku menunjukkan senar-senar yang harus dipencet jari kaku opik. Jrengg.... lumayan.
" A gini. jreng.... E Gini jreng...!" opik tambah semanget. " bener, ya..?"
aku dan ugun mengangguk.
" cukup ah... udah apal dua konci...!" kata opik sambil menyerajkan gitar padaku.
akupun menggenjreng A dan E sambil bersenandung na na na na...
"lagu apa, yan ?" tanya ugun
" iya... ngarang aja..." jawabku asal
" aku bikin teksnya..." opik inisiatif.
kamipun membolak-balik chor A dan E serta sesekali D karena dirasa rada nyambung.

Suer, di antara kami gak ada yang paham teori musik, not balok, bar-baran dan yang lainnya. cuma mengandalkan feeling aja genjrang genjreng dan na na na na. awalnya iseng lalu berubah serius ketika merasa genjrang-genjreng ini jadi kerangka sebuah lagu yang setengah utuh, mudah diingat dan enak didengar. maka jadilah lagu pertama ditingker malam itu. musiknya by ditingker dan liriknya by opik dan ditingker juga. sementara judul belum ditentukan. kira-kira liriknya begini :

kisah sedih berakhir gembira, tak selalu kita dapatkan.
kisah gembira berakhir sedih, itu yang selalu terjadi
tak selamanya.... tak seterusnya....

kisah sedih berakhir sedih, itu saja yang selalu ada
kisah gembira berakhir gembira, tiada pernah kita rasakan
tek selamanya.... tak seterusnya....

bagaimana? cukup ancur kan....? maklumlah, namanya juga lagi belajar.

setelah dirasa puas dengan lagu karangan yang setengah jadi, 'ditingker 'pun bubar pulang ke rumah masing-masing. udah hampir jam 10 bulanpun nampaknya mulai kedinginan.